Di Balik Gelar Al-Masih Nabi Isa

Di Balik Gelar Al-Masih Nabi Isa

Orang Yahudi masih menunggu kedatangan Masyikha yang lain.

Oleh IMAS DAMAYANTI

Sebagai salah satu nabi yang dihormati oleh umat Islam dan umat agama Samawi lainnya, Nabi Isa kerap diberi julukan tambahan Al-Masih. Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan, kata Al-Masih sebagai gelar dari Isa anak Maryam adalah kalimat Ibrani yang di-Arabkan. Asal katanya ialah Masyika, yang asal artinya ialah yang diurapi dengan minyak.

Meski kemudian diberikan menjadi gelar kemuliaan bagi raja yang sudah dinobatkan. Sebab tiap-tiap raja yang dinobatkan (dikukuhkan sebagai raja), terlebih dahulu diurapi (diperciki) badannya dengan minyak suci oleh Kahin (pendeta).

Menurut kepercayaan Bani Israil, setelah raja-raja mereka yang besar seperti Daud dan Sulaiman mangkat, satu kali akan datang lagi Al-Masih Raja Besar mereka yang kemudian akan mendirikan kerajaan kembali. Setelah beberapa lama kemudian, Tuhan mengutus Nabi Isa anak Maryam AS. Dia diberikan gelar Al-Masih yang berarti raja itu.

Buya Hamka menjelaskan, pemberian gelar Al-Masih kepada Nabi Isa AS oleh Allah SWT adalah sebagai kedudukan seorang ‘raja’ yang memperbaiki jiwa yang telah rusak. Namun demikian, orang-orang Yahudi tidak ingin mempercayai sebab mengganggu kedudukan mereka yang telah kokoh dalam masyarakat.

Mereka memfitnah Nabi Isa kepada penguasa Kerajaan Romawi yang menguasai Yerusalem saat itu.  Mereka berkonspirasi agar Nabi Isa AS dibunuh saja. Oleh sebab itu, kata Buya Hamka, hingga saat ini pun orang Yahudi masih menunggu kedatangan Masyikha yang lain. Sebab menurut mereka, dia belum juga datang. Sedang menurut orang-orang Nasrani, Nabi Isa itu adalah raja, putera Daud yang menjanjikan Kerajaan Allah yang di Surga.

Semasa hidupnya, Nabi Isa dikenal sebagai Nabi yang shalih, tawadhu, dan tunduk kepada Allah SWT

Sedangkan nama Nabi Isa pun asalnya merupakan bahasa Ibrani yang di-Arabkan. Asal Ibraninya adalah Yasyu. Adapun bahasa Ibrani dan Arab adalah serumpun dari bahasa Semiet dalam bahasa Yunani disebut Yezuz. Semasa hidupnya, Nabi Isa dikenal sebagai Nabi yang shalih, tawadhu, dan tunduk kepada Allah SWT. Nabi Isa adalah Nabi yang terkenal di antara nabi-nabi dan rasul-rasul Allah SWT. Tak sedikit dari ahli tasawuf Islam, terutama Imam Ghazali di dalam kitab Ihya Ulumiddin pun banyak mengambil perumpamaan tentang zuhud dari sosok Nabi Isa AS.

Nabi yang terlahir dengan proses istimewa tersebut dalam Islam tidaklah dianggap sebagai anak Allah SWT. Nabi Isa adalah manusia biasa ciptaan Allah yang diutus untuk memperbaiki jiwa-jiwa yang rusak. Dan agama Islam, kata Buya Hamka, membantah sekeras-kerasnya tuduhan orang Yahudi bahwa Isa Al-Masih bukanlah anak suci. Nabi Isa jelas anak yang suci, yang istimewa, dan mulia karena terlahir dari rahim wanita suci yang pernah Allah ciptakan.

Sebagaimana diketahui, Nabi Isa AS dikenal dengan nama gelarnya Al-Masih. Di berbagai agama samawi, gelar Al-Masih memang dinisbatkan hanya kepada Nabi Isa seorang. Lantas sebenarnya, berasal dari bahasa apa nama gelar Nabi Isa dan nama ‘Isa’ itu sendiri?

Nama Nabi Isa di dalam agama-agama samawi memang dikenal, meski dikenal dengan perspektif yang berbeda-beda. Sebelum menelusuri lebih jauh mengenai gelar Nabi Isa, di dalam Islam nama gelar Al-Masih ini juga diabadikan di dalam Alquran. Tepatnya di dalam Surat Ali Imran ayat 45, Yang artinya, “(Ingatlah) tatkala berkata Malaikat: Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah memberitakan kepada engkau bahwa engkau akan mendapatkan satu kalimah daripada-Nya, namanya Isa Al-Masih anak Maryam, yang termulia di dunia dan di akhirat, dan seseorang dari mereka yang dihampirkan.”

Dalam sebuah hadis shahih, dikatakan bahwa Nabi Isa AS kelak akan turun ke bumi di akhir zaman. Umat Nabi Muhammad SAW kemudian meminta Nabi Isa untuk menjadi imam shalat. Namun Nabi Isa menolak.

Hal itu diketahui dalam hadis yang tercantum dalam Shahih Muslim, sebagaimana diriwayatkan dari Jabir RA. “Diriwayatkan dari Jabi RA, dia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sekelompok umatku akan terus memperjuangkan kebenaran sampai Hari Kiamat.”

Perawi berkata, “Kemudian turunlah Isa putra Maryam shollallahu’ alaihi wa sallam, lalu seorang pemimpin mereka (umat Muslim) berkata, ‘Kemarilah, untuk mengimami sholat kami’. Kemudian Nabi Isa AS berkata, ‘Tidak, sesungguhnya sebagian kalian adalah pemimpin untuk sebagian lainnya. Ini adalah penghormatanku kepada umat ini’.” (HR Muslim)

Dari hadis tersebut, bisa diketahui bahwa umat Islam adalah umat yang mulia karena merupakan umat terakhir di dunia dan nabinya pun adalah nabi terakhir di dunia. Nabi umat Islam diutus kepada seluruh manusia sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.

Seruan Nabi terakhir itu adalah seruan yang berlaku sampai akhir zaman, sehingga umat Islam akan tetap menjadi penyeru atau pendakwah terakhir untuk mengajak orang-orang kembali kepada Allah SWT. Berpegang pada kebenaran yang nyata, dan banyak umat manusia yang melawan umat Islam karena kebenaran yang dibawa oleh para Muslim.

Dari hadis itu juga, Nabi Muhammad SAW memberitahu umatnya bahwa sekelompok umat Islam akan terus berperang melawan musuh agama dengan cara memperjuangkan kebenaran (haq) dan agama, serta mengibarkan panji-panji agama. Islam akan meraih kemenangan dan akan tetap dalam keadaan tersebut sampai datang tanda selanjutnya dari Hari Kiamat.

Tanda selanjutnya yang dimaksud ialah angin yang membawa ruh setiap orang yang beriman kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Amr bin Ash:”Kemudian Allah mengirim sebuah angin yang baunya seperti bau misk dan lembutnya seperti lembut sutera, tidaklah ia melewati seseorang yang di dalam hatinya terdapat keimanan meskipun hanya seberat biji benih, kecuali ia pasti akan diwafatkannya. Maka tinggallah orang-orang jahat saja, lalu terjadilah hari kiamat.” (HR Muslim)

REPUBLIKA