DALAM kitab Tarikh Ar-Rusul Wal Muluk karya Imam At-Thabari jilid 1 halaman 79 disebutkan, diriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau berkata, “Nabi Adam as diturunkan di India dan Hawa di Jeddah. Lalu beliau mendatanginya dan bertemu di Muzdalifah (dekat Mekkah) dan bertaaruf lagi di Arafah dan karena itu lalu dinamakan tempat itu Arafah.
Disebutkan juga bahwa tempat turunnya Nabi Adam itu di Inda (Hind), namun tidak tepat persis dengan sebuah negara yang namanya India sekarang ini, melainkan wilayah Hind. Tepatnya di sebuah gunung yang paling tinggi di dunia. Para ahli sejarah lalu menafsirkan bahwa barangkali gunung yang dimaksud itu adalah Mount Everest, karena puncak itulah yang merupakan puncak gunung tertinggi di dunia (halaman 80).
Disebutkan juga oleh Ath-Thabari pada halaman 81 sebuah riwayat dari Nafi’ bahwa beliau mendengar dari Umar r.a. berkata bahwa Allah SWT mewayhukan kepada Adam yang saat itu ada di Hind untuk pergi haji ke Baitullah. Maka berangkatlah Adam dari Hind ke Baitullah dan bertawaf di sekelilingnya dan menjalankan manasik selengkapnya.
Sedangkan Ustadz Mahmud Syakir mengatakan bahwa Nabi Adam itu kuat diperkirakan ada di Barat Laut Asia kemudian di Jazirah Arabia. Meskipun ada juga yang berpendapat bahwa Adam itu di India atau di bagian utara Iraq. (lihat At-Tarikh Al-Islami oleh Mahmud Syakir jilid 1 halaman 29).
Semua pendapat ini kiranya tidak terlalu bertentangan, karena menunjukkan sebuah rentang wilayah yang relatif berdekatan. Karena kemudian Nabu Adam a.s. memang berkeluarga serta berketurunan di Jazirah Arabia atau di tempat di mana ka’bah berada.
Sedangkan riwayat pendirian Ka’bah sebenarnya bukan didirikan oleh Nabi Adam, melainkan oleh para malaikat yang telah dikirim Allah jauh sebelum Nabi Adam diturunkan ke muka bumi. Sehingga ketika Adam diturunkan di Hind, beliau diperintahkan Allah SWT untuk pergi haji. Ini berarti memang ka’bah sudah ada lebih dahulu sebelum Adam. Di dalam Al-Quran disebutkan hal yang senada.
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (QS Ali Imran: 69)
Dengan demikian, paling tidak kita bisa menerima teori yang menyebutkan bahwa awal mula peradaban manusia memang dari Jazirah Arabia atau tepatnya dari baitullah. Barangkali itulah hikmah adanya syariat pergi haji ke baitullah, yaitu sebagai perjalanan nostalgia bangsa manusia ke tempat asal muasal peradaban mereka.
Bahkan perintah haji itu tidak hanya kepada umat Islam saja, namun Allah SWT menggunakan panggilan kepada seluruh manusia. Dan Nabi Ibrahim diperintahkan untuk memanggil semua umat manusia untuk berkumpul di lembah di mana dulu nenek moyang mereka membangun peradaban pertama kali.
“Dan panggilah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS Al-Hajj: 27) Wallahu a’lam bishshawab. []
SUMBER: DINUL ISLAMI