Banyak cara agar kita dicinta oleh Sang Maha Pencinta dari segala cinta. Salah satu caranya adalah dengan meneguhkan ketakwaan kepada Allah. Bagaimana caranya agar ketakwaan itu teguh dan tidak goyah?
Tentu dengan menjaga ketaatan dan menanamkan rasa takut di dalam hati (hanya) kepada Allah saja. Sehingga, rasa takut dan sadar untuk taat itulah yang mendorong diri kita mampu beribadah dan mengerjakan amalan-amalanahlus sa’adah (ahli surga) dengan mudah dan dipermudah oleh-Nya. Hadits di bawah ini menggambarkan bahwa betapa Allah merasa sangat kagum dan berbahagia perihal dua orang hamba (lelakinya). Siapa sajakah mereka? Mari kita simak hadits di bawah ini:
Dari Ibnu Mas’ud ra, dari Rasulullah Saw bersabda, “Rabb kita Azza Wajalla sangat kagum terhadap dua orang laki-laki yaitu seorang laki-laki yang meninggalkan tempat tidur, selimut dan keluarganya untuk melaksanakan shalat, lalu Rabb kita berfirman, wahai para Malaikat-Ku lihatlah hamba-Ku ini dia meninggalkan kasur dan selimutnya juga keluarganya untuk melaksanakan shalat karena mengharap balasan di sisi-Ku dn takut adzab di sisi-Ku.
Dan seorang yang berperang di jalan Allah Azza Wajalla lalu pasukannya mendapat kekalahan—yang meski dalam keadaan kalah, ia mengetahui besarnya dosa jika ia lari dari medan perang dan pahala yang ia peroleh jika ia kembali berperang. Lalu ia pun kembali ke medan perang hingga tumpah darahnya karena mengharap balasan di sisi-Ku dan takut adzab di sisi-Ku, lalu Allah Swt berfirman kepada para malaikat-Nya, ‘Lihatlah hamba-Ku ini dia kembali berperang karena mengharap balasan di sisi-Ku dan takut akan azab-Ku hingga ia tumpah darahnya (syahid),” (HR Ahmad)
Maha Suci Allah, dua lelaki di atas ialah lelaki yang dengan perbuatan mereka Allah kagum dan ridha. Tiada balasan atas perbuatan mereka kecuali rahmat Allah yang akan membawa mereka masuk ke dalam surga-Nya. Adapun rahasia yang telah membuat Allah kagum kepada mereka ialah ketaatan mereka kepada Allah dan rasa takut (khauf) yang kuat di dalam hati mereka. Rasa takut yang mendorong mereka untuk mau bersusah payah, berjuang melawan kantuk yang teramat kuat hanya untuk menghadap Allah (shalat) demi mengharap keridhaan-Nya.
Beberapa hadits telah menggambarkan keutamaan shalat malam, dikatakan utama karena Rasulullah senantiasa mengerjakannya. Dari Aisyah ra, berkata, bahwa Nabi Saw tidur di awal malam dan bangun di akhir malam kemudian shalat,” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadits lain yang diriwayatkan dari Al-Aswad, ia berkata, “Aku bertanya kepada Aisyah tentang cara Nabi Saw melaksanakan shalat malam.” Aisyah ra menjawab, “Beliau tidur pada awal malam dan bangun pada akhir malam lalu shalat. Kemudian, beliau kembali ke tempat tidurnya. Bila muadzin sudah mengumandangkan adzan, maka beliau bergegas. Dan bila saat itu beliau punya hajat kepada isterinya, maka beliau mandi junub. Tetapi bila tidak, maka beliau hanya berwudhu lalu keluar rumah untuk shalat berjama’ah,” (HR Bukhari, Shahih Bukhari, Juz 1, No Hadits 1146)
Satu lagi adalah lelaki yang kembali ke dalam medan peperangan sebab ia tahu besarnya dosa jika saja ia kabur atau lari dari peperangan. Hingga akhirnya ia kembali turut berperang (meski ia tahu pasukannya telah kalah), hingga akhirnya ia wafat di medan perang. Tiada balasan yang lebih baik selain surga untuk para syuhada yang berjuang di jalan Allah.
Demikian, Allahu a’lam
Oleh: Ina Salma Febriany