TERINGATLAH saya pada satu hukum alam bahwa dunia ini memiliki hukum perputaran, sebagaimana bumi juga berputar. Lalu saya juga teringat pada hukum alam lainnya bahwa setiap perbuatan manusia itu sejatinya adalah untuk dirinya. Jika perbuatannya baik, maka kebaikan itu akan kembali pada dirinya pada suatu waktu. Demikian juga perbuatan yang tak baik.
Hadits menyatakan: “amalmu adalah karyawanmu.” Kapankah waktu terbalaskannya perbuatan kita? Itu adalah rahasia Allah kapan waktu pembalasan itu tiba. Namun yakinlah bahwa semua pasti terbayarkan. Karenanya, selalulah lakukan kebaikan, jangan pernah lakukan kejelekan yang membuat orang lain merasa terdzalimi.
Sebuah kecelakaan terjadi di jalan raya yang sebenarnya tak begitu ramai. Enak dan mulusnya jalan seringkali melenakan para pengendara. Sering sekali kecelakaan terjadi bukan di jalan berlumpur dan jalan berlubang, melainkan di jalan mulus dengan aspal berkualitas. Kecelakaan hidup juga sering terjadi saat seseorang tengah jaya, bukan saat tak punya apa-apa. Karena itu, saat jaya, lebih berhati-hatilah.
Dalam kecelakaan yang saya ceritakan di atas, seorang lelaki patah tulang serius, kaki, tangan dan rusuknya. Wajahnya pun penuh luka. Kata para saksi, andai tak segera dilarikan ke rumah sakit, entah takdir apa yang akan terjadi padanya. Seorang supir yang kebetulan kendaraannya ada di belakang mobil yang kecelakaan itu bergegas turun membantu mengevakuasi lelaki itu, digotongnya ke dalam mobilnya dan dibawanya ke rumah sakit.
Lelaki itu pingsan. Si supir segera mengambil handphone yang ada di kantong baju si lelaki itu untuk mencari tahu keluarganya, menghubunginya agar segera menyusul ke tumah sakit. Dicarinya nomer yang paling sering dihubunginya dan segera ditelponnya. Seorang wanita mengangkat telpon itu dan menangis menjerit atas musibah ini. Wanita yang adalah istri lelaki yang kecelakaan itu bergegas mendatangi rumah sakit.
Sang supir adalah sang pahlawan. Bajunya penuh dengan darah. Namun dia tetap setia menunggui lelaki yang kecelakaan itu. Tetap tak sadarkan diri, namun sudah dalam penanganan dokter. Lalu datanglah istri lelaki itu dan langsung memeluk suaminya yang sedang pingsan itu. Setelah itu, dia menoleh kepada supir yang telah menolongnya untuk berterima kasih.
Sangat perlu berterimakasih kepada semua orang yang telah membantu kita. Jangan pernah melupakan orang yang telah berjasa kepada kita. Namun begitu terkejutnya si istri korban setelah melihat supir itu, dan begitu terkejutnya si supir melihat wanita itu. Dua-duanya kaget dan terdiam kaku. Mengapa? Ternyata, supir itu adalah lelaki yang dulu lamarannya pernah ditolak oleh si wanita itu, ditolak dengan umpatan dan cacian karena profesinya sebagai supir. Janganlah pernah menghina orang lain, siapa tahu suatu waktu dia menjadi pahlawan bagi kita. Dunia adalah berputar, saudaraku dan sahabatku.
Profesi supir bukan profesi tak baik. Semua profesi yang halal adalah profesi baik. Saya juga kadang “nyambi” menjadi supir. Lalu, apakah yang terjadi setelah saling diam? Kisahnya sangat panjang. Namun panggilan boarding pesawat sudah mengharuskan saya menyudahi tulisan ini. Salam, AIM. [*]
Oleh :Â KH Ahmad Imam Mawardi