Berikut empat senjata menurut Al-Ghazali agar tidak diganggu setan menjalani spiritual. Imam al-Ghazali mengatakan bahwa seseorang yang ingin menempuh jalan spiritual harus memiliki seorang guru yang bisa menuntunnya selama perjalanan.
Selain itu, agar tidak terseret ke dalam jalan-jalan setan yang terlampau banyak yang senantiasa mengintainya. oleh sebab itu, menjadi suatu keniscayaan seseorang memiliki guru spiritual.
jika sudah melaksanakannya, maka tugas seorang guru yang dipercayai itu harus melindungi dari gangguan-gangguan yang merintangi jalannya seorang murid menuju Tuhannya. Di samping itu, seorang guru harus membekali beberapa senjata untuk dijadikan perisai dan benteng dari tangan-tangan setan yang akan merampok di tengah perjalan spiritual.
Adapun hal yang bisa dijadikan senjata menurut Imam al-Ghazali ada empat. sebagaimana ditegaskan dalam kitab-nya Ihya Ulumiddin juz tiga.
وهو أربعة أمور الخلوة والصمت والجوع والسهر وهذا تحصن من القواطع فإن مقصود المريد إصلاح قلبه ليشاهد به ربه ويصلح لقربه
“Adapun senjata itu ada empat hal, yaitu khalwat (isolasi diri serta melakukan meditasi dan kontemplasi), tidak banyak bicara, tidak banyak makan, dan tidak banyak tidur. empat ini adalah senjata untuk melindungi dari perampok (jalan spiritual). karena tujuan seorang murid adalah memperbaiki hatinya agar bisa menyaksikan Tuhannya dan layak berdekatan dengannya”
Hal ini, selaras dengan konsep yang diajukan oleh Sahal al-Tustari dalam memberi penilaian laku seorang wali Abdal.
وقال سهل بن عبد الله التستري ما صار الأبدال أبدالاً إلا بأربع خصال بإخماص البطون والسهر والصمت والاعتزال عن الناس
“Sahal al-Tustari berkata, tidak akan menjadi wali abdal kecuali dengan empat perkata, yaitu mengosongkan perut, jarang tidur malam, diam dan menjauhi sosial”
kenapa harus lapar, diam, tidak tidur dan khalwat? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, penting untuk digaris bawahi bahwa yang dimaksud dengan diam, lapar, tidak tidur dan khalwat bukan berarti tidak boleh makan sama sekali, bukan tidak boleh tidur sama sekali, demikian pula bukan bukan berarti mesti khalwat setiap saat.
Namun, menurut teori al-Ghazali, harus makan sekedar untuk memenuhi kebutuhan primer, atau dalam istilah Imam al-Ghazali adalah qadru al-Dharurah, atau bahasa melinialnya lebih familiar dengan teori minimalis. dengan demikian, seseorang yang menempuh laku spiritual tetap boleh bicara secukupnya, makan secukupnya, tidur secukupnya dan khalwat sekedarnya.
Sementara alasan kenapa empat hal tersebut menjadi benteng dalam perjalanan spritual, Imam al-Ghazali mengemukakan alasan sebagai berikut.
Lapar
Pertama, kondisi lapar bisa mengurangi darah hati dan membuat hati menjadi bening. dan dalam kebeningan itulah sinarnya hati akan memancar. tidak hanya itu, lapar juga membuat lemaknya fuad (bagian hati) menjadi lebur sehingga fuad menjadi lembut. kelembutan fuad itulah yang menjadi kunci untuk menyingkap tabir.
Sebagaimana kerasnya fuad menjadi sebab terhijab dari Allah. Dengan demikian, setiap kali stok darah itu berkurang maka berkurang pulalah jalan musuh. karena jalur musuh adalah urat yang dipenuhi dengan syahwat (makan).
Tidak Tidur Malam (al-Sahr)
kedua, tidak tidur kecuali sekedar kebutuhan. Mengurangi tidur, hati seseorang menjadi mengkilat, bersih dan bercahaya. Mengurangi tidur ini sesungguhnya juga hasil dari kondisi lapar sehingga keduanya neniliki relasi yang simultan. Karena tidak tidur dalam kondisi kenyang kemungkinan besar tidak bisa.
Imam al-Ghazali mengatakan;
والنوم يقسي القلب ويميته إلا إذا كان بقدر الضرورة فيكون سبب المكاشفة لأسرار الغيب
“Tidur bisa mengeraskan hati dan membunuhnya kecuali sekedar kebutuhan maka ada tidak tidur itu menjadi sebab tersingkapnya rahasia-rahasia ghaib”
Diam
Ketiga, diam menjadi senjata untuk melindungi dari perampok di tengah jalan spiritual karena diam memudahkan seseorang untuk mengisolasi diri. hanya saja, orang yang mengisolasi diri tetap bicara sekedarnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya misalnya makan, minum dan lain-lain.
Di sisi lain, banyak bicara bisa menyibukkan hati dari selain Tuhan. Sementara kecenderungan hati untuk bicara sangatlah besar dan sulit untuk fokus berzikir. Oleh sebab itu, diam bisa membuahkan ide dan menjadikan seorang bersikap hati-hati dan memahami takwa.
Khalwat
Keempat, khalwat sebagai senjata karena bisa menangkal hal yang destruktif dan membatasi pendengaran dan penglihatan dari hal-hal yang tidak berguna.
Imam al-Ghazali menganalogikan hati layaknya telaga yang dialiri oleh air yang busuk, keruh dan kotor. dan panca indra adalah sungai yang menjadi tempat masuknya air keruh tersebut ke dalam telaga atau hati. Maka dengan berkhalwat yang tujuannya tidak lain untuk menutup sumber air keruh tersebut bisa membersihkan hati.
Demikian empat senjata Agar tak diganggu setan saat dalam laku spiritual. Semoga kiat ada amalan agar tidak diganggu setan dalam beribadah ini bermanfaat.