Perang Ahzab terjadi pada Syawal tahun 5 Hijriyah. Tempat terjadinya perang Ahzab itu di Madinah. Yang membawa bendera Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Zaid bin Haritsah dan Sa’ad bin ‘Ubadah. Sedangkan pemimpin pasukan musuh adalah Abu Sufyan bin Harb. Jumlah pasukan kaum muslimin 3.000, melawan 10.000 pasukan musuh. Surah yang membicarakan perang Ahzab adalah ayat-ayat dalam surah Al-Ahzab.
Perang Ahzab disebut pula dengan perang Khandaq. Hal ini dikarenakan umat Islam menggali parit pada perang tersebut. Khandaq berarti parit, khandaqa berarti menggali parit.
Ini adalah perang ketika Allah menguji hamba-hamba-Nya yang beriman dengan memasukkan iman ke dalam dada para wali-Nya yang bertakwa serta menampakkan apa yang selama ini disembunyikan oleh orang-orang munafik dalam hati mereka. Kemudian Allah menurunkan pertolongan-Nya guna membela mereka, memporak-porandakan pasukan musuh dengan kekuatan-Nya, memuliakan para tentara-Nya, menjadikan orang-orang kafir kembali dengan kekecewaan, melindungi kaum mukminin dari kejahatan mereka, mengharamkan mereka untuk tidak lagi dapat memerangi umat Islam, mereka kalah dan Allah menjadikan golongan-Nya meraih kemenangan yang gemilang.
Ibnu Ishaq berkata, “Perang Khandaq ini terjadi pada bulan Syawal tahun kelima Hijriyah. Latar belakang peperangan ini adalah karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusir Bani Nadhir hingga mereka pergi ke perkampungan Khaibar yang mayoritasnya penduduk Yahudi yang memiliki keterampilan dalam perang. Oleh karena itu, berangkatlah Huyai bin Akhthab, Kinanah bin Abdul Haqiq, Haudzah bin Qais Al-Waili, dan Abu Amir Al-Fasiq (yang terkenal dengan kefasikannya) serta yang lainnya menuju Makkah.
Mereka mengajak Quraisy dan pendukung-pendukungnya untuk memerangi Muhammad. Mereka membentuk pasukan koalisi. Mereka berkata kepada orang-orang Quraisy, “Kami akan bersama kalian hingga kita dapat mengalahkan Muhammad. Kami datang untuk bekerja sama dengan kalian untuk menjadikannya musuh bersama dan memeranginya.” Kemudian orang Quraisy menyambutnya dengan semangat dan gembira.
Mereka juga mengajak suku Ghathafan dan Bani Sulaim untuk memerangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka pun menyambut ajakan tersebut serta berjanji akan bergabung bersama kaum Quraisy.
Kemudian keluarlah Abu Sufyan dengan pasukan Quraisy dan kabilah-kabilah lainnya. Sedangkan Bani Sulaim dipimpin langsung oleh Sufyan bin Abdusy Syamsi, Ghathafan dipimpin oleh Uyyainah bin Hushain, Bani Murrah dipimpin oleh Harits bin ‘Auf, suku Asyja’ oleh Mas’ar bin Rukhailih. Pasukan gabungan tersebut dengan kekuatan 10.000 personil siap berangkat ke Madinah di bawah pimpinan Sufyan bin Harb.
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui informasi tentang pasukan gabungan ini, beliau mengajak para sahabat untuk bermusyawarah. Kemudian Salman Al-Farisi menyarankan untuk menggali parit. Sarannya itu membuat mereka takjub dan mereka memilih untuk menetap di dalam kota Madinah.
Sumber https://rumaysho.com/37895-faedah-sirah-nabi-perang-ahzab-perang-khandaq-dan-pelajaran-di-dalamnya.html