Perkembangan percetakan di dunia Islam terlambat. Lalu, sejak kapan percetakan karya-karya bertema Islam mulai berkembang?
Percetakan buku-buku bertema agama Islam baru terjadi pada paruh kedua abad ke-19 M. Geliat aktivitas percetakan Islam itu mulai terjadi di Kesultanan Usmaniyah di Turki dan Iran. Bahasa Arab, Persia, dan Turki menjadi bahasa utama yang digunakan dalam mencetak buku-buku keislaman.
Menurut Esposito, fenomena serupa juga terjadi di Mesir. Di Negeri Piramida itu, percetakan lebih fokus dalam mencetak karya-karya bertema teknik modern. “Karya bertema sejarah dan sastra juga dicetak,” kata Esposito.
(Baca Juga:Perkembangan Percetakan Dunia Islam Tertinggal)
Pada 1822 M, Muhammad Ali Pasha (1770-1849) mendirikan percetakan Bulaq. Lewat percetakannya itu, ia tak lagi bergantung kepada Istanbul, cenderung praktis, dan tak berorientasi teologis. Ali Pasha menggunakan teknologi percetakan untuk membangun sebuah negara yang modern agar mampu menghadapi kekuatan Eropa serta sultan.
Percetakan Bulaq tak mencetak buku bertema Islam. Hanya karya-karya yang berorientasi nilai-nilai praktis saja yang dicetak di penerbitan yang berjaya selama 18 tahun dari 1822-1840 M itu.
Fenomena yang lebih menarik muncul di Iran. Di negeri para Mullah itu, percetakan buku-buku keislaman berlangsung lebih awal dibandingkan di Turki dan Mesir. Menurut sejumlah sarjana, percetakan buku di Iran sudah dimulai sejak 1812 M.
“Ada bukti bahwa seseorang yang bernama Manuchihr Khan sudah mencetak buku-buku keislaman di Teheran pada 1820-an,” ungkap Esposito. Selain itu, ada pula buku panduan shalat dan ritual berjudul Zad Al-Ma’ad karya Muhammad Baqir al-Majlisi, pemimpin Syiah abad ke-17 yang produktif, dicetak sebanyak 20 kali selama abad ke-19 di Tabriz dan Teheran, Irak, serta di Lucknow, India.
Meski begitu, industri penerbitan buku di Iran dinilai berkembang sangat lamban. Bahkan, penerbitan buku baru mulai bergerak setelah berdirinya sekolah pertama yang memakai kurikulum Eropa, Dar Al-Funub, pada 1851. Penerbitan dan percetakan buku di dunia Islam bertambah marak ketika mesin cetak litografis diperkenalkan pada 1850 M. Sehingga, percetakan dan penerbitan buku menjadi lebih murah. Pada masa itulah, di Iran, Turki, dan Mesir, penerbitan buku-buku bertema agama berkembang pesat.
“Percetakan-percetakan yang ada pada saat itu mencetak buku-buku bertema agama dengan format yang sederhana,” papar Esposito. Tak heran jika kemudian buku-buku agama itu laris di pasaran. Sedangkan, buku-buku tebal dan besar yang diterbitkan pemerintah hanya dicari untuk koleksi perpustakaan.
————————————————————-
Dapatkan Papan Motivasi di sini!