Islam itu agama yang mulia. Agama penuh dengan cinta dan kasih. Dalam Islam, yang di bawa Nabi Muhammad, menjadi rahmat bagi semua alam. Bukan saja bagi manusia, tetapi juga alam semesta. Bukan saja bagi yang muslim, Islampun menjadi rahmat bagi manusia umat non muslim.
Itulah wajah Islam sejati. Kata itu dituturkan oleh Habib Syech bin Abdul Qodir bin Abdurrahman Assegaf, begitu nama panjangnya. Beliau adalah seorang tokoh masyarakat, ulama, public figure, pemimpin, dan pembina di pelbagai organisasi. Sejatinya, menurut Habib Syech—panggilan populernya—, Islam itu adalah agama persaudaraan. Wajah Islam itulah yang harus ditonjolkan di tengah masyarakat muslim Indonesia
Pada salah satu hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim tergambar bahwa seorang muslim dengan muslim lain seperti sebuah bangunan yang kokoh. Dalam sebuah bangunan tidak ada yang lebih dominan. Tidak ada yang lebih superior. Kaca tidak lebih baik dari jendela. Tiang pun tidak lebih berharga dari atap. Lantai tak lebih hina dari sebuah pintu. Semuanya saling membutuhkan satu dengan yang lain.
“Kesempurnaan bangunan itu terjadi, kalau sempurna semuanya. Jadi diperumpamakan ada yang jadi genteng; siang kepanasan, malam kedinginan ia tidak peduli asal yang di bawahnya ternaungi. Ada yang jadi lantai. Ada yang jadi tiang. Menopang gerak atap. Satu sama lain menjadi rangkaian yang luar biasa,” begitu nasihat bijak Habib Syech dalam video berjudul Bersatulah Bangsaku.
Nabi bersabda;
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
Artinya; Seorang mukmin dengan mukmin yang lain itu seperti bangunan yang menguatkan satu sama lain.” (HR. Bukhari/6026 dan Muslim/2585).
Pada sisi lain, Nabi juga mengabstraksikan seorang muslim dengan yang lain dengan kal jasadi wāhid (satu batang tubuh). Hal ini mengindikasikan, satu anggota dengan yang lain ada keterikatan yang kuat. Misalnya ada satu yang sakit, maka anggota tubuh lain ikut juga merasakan. Tangan kanan sakit; tidak otomatis dibuang dan dicampakkan, tetapi dirawat dan diobati. Sebab yang lain akan merasakan sakit juga.
Satu tubuh merasakan sakit maka yang lain ikut merasai. Begitulah gambaran seorang muslim dengan yang lain. Betapa indahnya gambaran persaudaraan dalam Islam yang digemborkan Rasulullah. Tidak ada yang lebih mulia antara satu dengan yang lain. Tidak ada yang lebih berharga antara satu dengan lain. Pasalnya, setiap orang memiliki peran dan fungsi masing-masing.
Allah berfirman dalam āli Imrān/3:191 ;
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا
Artinya: “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Alangkah hebatnya Nabi, mampu membuat perumpaan yang indah. Itulah Islam sejati. “Islam tidak membunuh sesama Muslim, Islam itu tidak mencaci sesama muslim, Islam itu tidak mengakafirkan sesama muslim. Islam tidak menghina sesama muslim, Islam itu agama yang dikatakan seperti yang dikatakan Nabi kal bunyāni wāhid, kal jasadi wāhid,” demikian jelas Habib Syech.
Pun Indonesia. NKRI ini merupakan satu bangunan. Negeri itu berdiri dengan bangunan. Yang menopang satu dengan lainnya. Negeri ini dibangun dengan persatuan. Kewajiban bagi setiap anak bangsa untuk menjaga keutuhan Indonesia.
Untuk itu, bila ada yang mencoba menjelek-jelekkan negeri ini kita tidak terima. Kalau ada pemimpin kita dijelekkan, kita tidak terima. Pun ketika ulama sebagai dijelekkan, kita tak boleh membiarkan. “Mereka semua adalah saudara kita setanah air. Lantas Kenapa kita justru bangga orang yang dijelekkan karena tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan,” tanya Habib Syech.