Tak hanya piawai berdakwah dan mengobarkan semangat juang, Haji Sulong al-Fatani pandai juga menulis. Sejumlah kitab dan artikel telah tercipta dari kepintarannya menulis.
Salah satu kitab bahkan ditulis saat ia mendekam di Penjara Nakhon Si Thammarat. Ketika dipindahkan ke Penjara Bang Kuang di Bangkok, ia pun menghasilkan beberapa karya tulis, yakni empat buah kitab agama dan sebuah buku autobiografi . Sayang seribu sayang, semua karya tulis yang tercipta di balik jeruji besi penjara Bang Kuang itu lenyap, tak jelas rimbanya.
Beruntung, tak semua karya tulis Haji Sulong lenyap. Setidaknya ada dua yang terselamatkan, yakni Kitab Cahaya Islam dan Kitab Keselamatan. Kitab Cahaya Islam disusun pada 1943 saat masa darurat Perang Dunia II. Kitab ini kemungkinan terdiri atas beberapa jilid, tetapi yang berhasil diterbitkan hanya jilid pertama yang dicetak pada 23 Rabiul Akhir 1372 H atau 10 tahun setelah selesai ditulis.
Kitab Cahaya Islam membahas tentang Maulid Nabi Muhammad SAW. Pada lebih dari separuh kitab ini, Haji Sulong menjelaskan panjang lebar mengenai bid’ah. Dalam hal ini, Haji Sulong menolak pendapat golongan ter tentu yang mengatakan bahwa mengadakan perayaan maulid adalah bid’ah.
Menurut dia, merayakan maulid Nabi SAW termasuk dalam kategori bid’ah hasanah atau sunah jika dikerjakan. Untuk mendukung pendapatnya, Haji Sulong mengutip pendapat ahliahli hadis terkenal, seperti Syekh Ibnu Hajar al-‘Asqallani, Imam as-Sayuthi, dan al-Muhaddits Muhammad bin Mas’ud al-Kazaruni.
Sedangkan, Kitab Gugusan Cahaya Keselamatan adalah kitab terakhir yang ditulis Haji Sulong saat berada di penjara Ligor. Kitab ini ram pung ditulis pa da 28 Agustus 1949 dan baru dicetak pertama kali pada 1958. Secara garis besar, kitab ini menceritakan kisah perjuangan Haji Sulong dalam menghadapi penguasa Siam.
Pada bagian awal, Haji Sulong menuliskan pandangannya tentang perjuangan yang berpegang pada akidah. Ia pun mengutip firman Allah bahwa sesuatu tiada terjadi pada seseorang melainkan yang sudah ditentukan oleh Allah.
Dalam kitab ini, Haji Sulong pun menulis bahwa jalan perjuangannya adalah mengikuti apa yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya dalam membela Islam. “Maka, tidaklah jadi pelik dan dukacita, oleh karena perjalanan saya mengikut dasar mereka itu, yaitu meninggikan agama yang mahasuci,” tulis sang ulama pejuang kebanggan rakyat Patani itu.