Hakikat Lailatul Qadar Menurut Para Ulama

Hakikat Lailatul Qadar Menurut Para Ulama

Berikut hakikat lailatul qadar menurut ulama. Lailatul Qadar atau yang disebut juga dengan “Malam Kemuliaan” atau “Malam Kebenaran” adalah malam yang sangat istimewa dalam agama Islam, karena pada malam tersebut turunnya Al-Quran mulai disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW oleh Malaikat Jibril. 

Memaknai hakikat Lailatul Qadar adalah untuk meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya ibadah dan menjadikan ibadah sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Malam Lailatul Qadar mengajarkan kita tentang keagungan dan kebesaran Allah SWT, serta mengingatkan kita bahwa kita harus selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Dalam rangka memaknai Lailatul Qadar, umat Muslim dianjurkan untuk melakukan ibadah dan amal yang baik, seperti sholat, membaca Al-Quran, sedekah, dan berdzikir kepada Allah SWT. Melakukan amal-amal ini pada malam Lailatul Qadar akan memberikan banyak keutamaan dan pahala yang besar, serta membantu kita untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Al-Qur’an membahas seputar Lailatul Qadar terdapat pada surah al-Qadar ayat 1-5

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ  #وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ #لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ #تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍ # سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ࣖ# 

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar 1] , Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? 2] Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan 3]. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan 4]. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar 5”

Pada ayat ini Allah menyebut prihal Lalilatul Qadar sebagai tanda dari turunnya al-Qar’an melalui Malaikat Jibril. Dimana pahala ibadah atau nilai kemuliyaan yang di peroleh bagi mereka yang mendapatkan melebihi seribu bulan.

Melalui ayat ini Muhammad ibn Musa bin Isa bin Alial al-Damiri menukil perkataan Muhammad Ibnu Rusyd yang mengatakan bahwa Lailatul qadar atau Lail al-Mubrakah adalah waktu al-Qur’an diturunkan ke langit dunia secara utuh lalu diturunkan secara berangsur ke dunia.

Pada malam Lailatul Qadar, menurut beliau, Allah perintahkan malaikat untuk membagikan rahmatnya kepada para manusia yang ada di bumi. Sebagaimana Muhammad ibn Musa bin Isa bin Alial-Damiri menyebutkan dalam kitab al-Najm al-Wahhaj fi Syarh al-Minhaj [3/173] berikut:

قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ رُشْد: لَيْلَةُ الْقَدْرِ هِيَ اللَيْلَةُ الْمُبَارَكَةُ اَلَّتِيْ ذَكَرَ اللهُ أَنَّهُ أَنْزَلَ فِيْهَا الْكِتَابُ الْمُبِيْنُ, وَأَنَّهُ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمِ وَأَنَّهَا [خَيْرٌ مِنْ أَ لْفِ شَهْرٍ [القدر: 3] وَأَنَّ الْمَلَائِكَةَ تَتَنَزَّلُ فِيْهَا بِكُلِّ أَمْرٍ وَأَنَّهَا سَلَامٌ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ.

Muhammad Ibnu Rusyd berkata: lailatul qadr adalah malam penuh berkah yang menjadi waktu turunnya alguran. Pada malam dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. Malam itu “lebih baik dibanding seribu bulan” [al-Qadr: 3] Para malaikat turun dengan membawa segala sesuatu [dari Allah]. Dan lailatul qadr adalah malam penuh kesejahteraan sampai terbit fajar. 

Sementara turun atau penetapan Lailatul Qadar, Ulama menyebut bahwa sepuluh terahir dari bulan Ramadan merupakan waktu yang berpotensi untuk mendapatkan bulan yang penuh mulia ini. Bahkan, tujuh hari terahir merupakan anjuran bagi mereka yang merasa tidak mampu untuk mendapatkan Lailatul Qadar. Sebagaimana Imam al-Syaibani dalam kitab Musnad Ahmad [9/346] berikut; 

اِلْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ يَعْنِي لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلَا يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِي

“Carilah Lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir, jika salah seorang dari kalian merasa lemah atau tidak mampu, maka janganlah sampai terlewatkan tujuh hari yang tersisa dari bulan Ramadhan

Selain Ibnu al-Damiri, Imam Fakhruddin al-Razi dalam Mafatih al-Ghaib pun ikut berkomentar putar Lailatul Qadar. Pemilik kitab Tafsir al-Ra’yi ini menjelaskan, bahwa dalam beberapa hal terkait waktu memperoleh keutamaan dan balasan pahala besar dalam ibadah, sengaja Allah rahasiakan agar manusia berlomba-lomba memperolehnya. Allah tidak menyebut dimana, kapan, waktu maupun tempat tertentu.

Sebagaimana al-Razi menjelaskan;

 أنه تعالى أخفى هذه الليلة لوجوه أحدها: أنه تعالى أخفاها، كما أخفى سائر الأشياء، فإنه أخفى رضاه في   الطاعات، حتى يرغبوا في الكل، وأخفى الإجابة في الدعاء ليبالغوا في كل الدعوات، وأخفى الاسم الأعظم   ليعظموا كل الأسماء، وأخفى في الصلاة الوسطى ليحافظوا على الكل، وأخفى قبول التوبة ليواظب المكلف على   جميع أقسام التوبة، وأخفى وقت الموت ليخاف المكلف، فكذا أخفى هذه الليلة ليعظموا جميع ليالي رمضان. 

 “Sesungguhnya Allah swt telah merahasiakan malam Lailatul Qadar karena beberapa alasan. Pertama, Allah telah merahasiakannya sebagaimana Ia rahasiakan beberapa hal. Sebagaimana Allah merahasiakan ridha-Nya dalam ketaatan, sehingga manusia menyukai semua ketaatan. 

Merahasiakan dikabulkan doa di antara doa-doa, agar manusia bersungguh-sungguh dalam setiap doanya. Merahasiakan ismul a’zham di antara nama-nama-Nya, agar manusia mengagungkan semua nama-Nya. Merahasiakan shalatul wustha di antara semua shalat lima waktu, agar manusia menjaga semua waktu shalat. 

Merahasiakan diterimanya taubat di antara taubat-taubat, supaya manusia bersungguh-sungguh dalam setiap taubatnya. Merahasiakan kematian di dalam kehidupan, supaya manusia takut kepada Allah. 

Demikian pula merahasiakan malam Lailatul Qadar di antara malam-malam Ramadhan, supaya manusia bersungguh-sungguh beribadah pada semua malam Ramadhan.” 

Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya, Fathul Bari [5/155], menyebut alasan kenapa Allah merahasiakan penetapan Lailatul Qadar. Alasannya, orang yang sudah mengetahui tanggal turunnya sudah barang tentu tidak ada kesungguhan ibadah di hari yang lain. Mereka akan menunggu hari atau tanggal dimana Lailatul Qadar sudah ditetapkan. 

Dari alasan ini memang sangat perlu untuk merahasiakan kapan turunnya. Hal ini tak lain agar manusia memang dan bersungguh-sungguh untuk mengejar, mencari dan memperolehnya. 

Dari penjelasan ini kita bisa mengetahui kapan dan kenapa Lailatul Qadar perlu dicari oleh kita. Selain itu, bentuk ikhtiar di bulan Ramadhan ini maka seharusnya para insan atau manusia memang berusaha untuk mencarinya. Dikarenakan, sebagaimana yang telah di sebutkan di atas, Lailatul Qadar hanya berada di bulan Ramadhan saja, tidak di bulan-bulan yang lain. 

Demikian penjelasan seputar hakikat dari Lailatul Qadar menurut para ulama. Semoga bermanfaat. Sekian!

BINCANG SYARIAH