Selasa, 21 November lalu, jam masih menunjukkan pukul 08.30 WITA. Puluhan orang sudah berkumpul di sebuah teras. Tampak beberapa orang bertato di tangannya, ada yang bertato di betis kakinya, dan ada juga yang bertato di sebagian lehernya.
Orang-orang yang bertato itu adalah warga binaan pemasyarakatan (WBP) kelas IIA Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim). Mereka mendapatkan pengarahan dari pihak Lapas dan tim Islamic Medical Service (IMS). Sebab, hari itu akan diadakan kegiatan hapus tato.
Tepat pukul 09.00 satu-persatu warga binaan tersebut masuk ke sebuah ruangan. Mereka dites kesehatannya oleh tim medis dari IMS. Kemudian lanjut dilakukan anestesi untuk mengurangi rasa sakit selama penghapusan tato.
Setelah menunggu beberapa menit, satu-dua orang bergantian dipanggil untuk dihapus tatonya dengan menggunakan laser.
Hendra, salah seorang pasien hapus tato merasa senang. “Terima kasih ada kegiatan ini. Saya hapus tato bergambar kawat berduri. Saya ditato ini saat berumur 17 tahun,” ujar Hendra.
Menurut pria yang divonis 8 tahun karena kasus narkoba ini, ada hikmahnya ia tinggal di balik jeruji. “Saya di sini jadi bisa ngaji dan melaksanakan shalat 5 waktu. Bahkan sudah khatam membaca al-Qur’an sebanyak 4 kali,” ujar pria 44 tahun ini.
“Terima kasih al-Qur’annya, ini sangat bermanfaat bagi kami di sini,” ungkap Hendra kepada salah seorang pengurus Yayasan Wakaf Al-Qur’an Suara Hidayatullah (YAWASH).
Sementara Budianur, pria berusia 46 tahun ini, akan dihapus tatonya yang bergambar naga di tangannya. Tato itu dibuat oleh temannya saat berumur 22 tahun. “Dulu saya putus cinta, saya kecewa, lalu saya ditato gambar naga,” ujarnya. “Putus cinta lagi, saya ditato gambar hewan penyengat,” imbuhnya.
Kini Budianur mulai sadar. Selama menjalani masa tahanannya, ia mulai berubah. “Saya bertobat. Keluarga sangat mensupport perubahan saya. Karena itu, saya akan berusaha memperbaiki diri,” ungkapnya.
Pada hari pertama kegiatan hapus tato yang berlangsung di Lapas kelas IIA Samarinda, ada 50 orang warga binaan yang dihapus tatonya.
Kasi Binadik Lapas kelas IIA Samarinda, Pariadi menyampaikan ungkapan terima kasihnya.
“Saya mewakili Kalapas menyampaikan ucapan terima kasih kepada IMS yang telah memberikan pelayanan hapus tato bagi warga binaan kami. Ini sangat bermanfaat,” ujar Pariadi.
Selain itu, Pariadi juga mengungkapkan terima kasihnya kepada YAWASH. “Terima kasih juga kami sampaikan kepada Yayasan Wakaf Al-Qur’an Suara Hidayatullah yang telah memberikan al-Qur’an bagi warga binaan di sini,” kata Pariadi.
Tabligh Akbar
Pada hari kedua, Rabu, 22 November, kegiatan hapus tato berlangsung di Lapas kelas IIA Balikpapan. Di Lapas ini, hapus tato diikuti sebanyak 50 orang warga binaan.
Ada yang berbeda pada hari kedua kegiatan hapus tato dan wakaf al-Qur’an. Di Lapas kelas IIA Balikpapan ini diadakan acara tabligh akbar.
Dalam sambutannya, Kresyanto, Kepala Seksi Giat Lapas IIA Balikpapan mengajak warga binaan untuk memanfaatkan kegiatan ini sebaik mungkin.
“Kita lahir dalam keadaan bersih, maka pulang pun (meninggal) harus bersih,” ujar Kresyanto.
Ia kemudian menganalogikan. “Kita dipinjami buku, maka ketika dikembalikan kepada pemiliknya, buku itu harus dalam keadaan bersih. Kalau kotor atau dicoret-coret maka si pemilik buku akan marah,” paparnya.
Imron Faizin, Direktur IMS mengatakan bahwa IMS sudah menjadi mitra Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) Kementerian Hukum dan HAM sejak tahun 2018.
“Bahkan pada tahun 2019 kami mendapatkan penghargaan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Bapak Yasona H Laoly,” ungkap Imron.
“Semoga kami bisa datang lagi untuk melakukan pelayanan berikutnya,” imbuhnya.
Kepala BMH Kalimantan Timur, Rifa’i menyampaikan bahwa BMH dan IMS sudah lama menjalin kerjasama. “Sudah 4 kali BMH dan IMS bersinergi dalam kegiatan hapus tato. “Kami pernah juga membuat acara buka bersama di Lapas ini,” ujar Rifa’i yang didampingi pengurus IMS Kaltim Suriansyah Mugeni.
Khaerul Anwar, Direktur MTT Kaltim, mengatakan merasa senang karena program CSR bermanfaat bagi warga binaan pemasyarakatan. “Semoga CSR MTT kedepan lebih banyak memberi manfaat dan keberkahan,” ujar Khaerul.
Sementara itu, Ustadz Naspi Arsyad, da’i dari Hidayatullah dalam tabligh akbarnya mengingatkan bahwa semua hamba Allah akan pulang ke kampung akhirat. “Karena itu, harus punya amalan yang akan menyelamatkan kita,” ujarnya
Kemudian Naspi melanjutkan, “Ada 8 pintu surga yang bisa kita masuki ke dalamnya, di antaranya lewat pintu puasa, sedekah, shalat, berbakti pada orang tua, dan menahan amarah.”
“Silakan bapak-bapak mau masuk lewat pintu yang mana?” ujar Naspi. “Yang penting konsisten dan mudah dikerjakan,” tegasnya.
Pada kedua kegiatan tersebut, YAWASH yang sudah lama bersinergi dengan IMS menyerahkan al-Qur’an wakaf dari para donatur.
“Semoga al-Qur’an yang kami berikan dari para donatur ini bermanfaat bagi warga binaan di Lapas ini,” ujar salah seorang pengurus YAWASH.
Kegiatan yang didukung oleh BMH, MTT, Pertamina, BDI, dan JC Clinic ini berlangsung lancar dan disambut baik oleh warga binaan Lapas.*