Memaafkan orang lain bukanlah tindakan yang mudah, apalagi ketika kita dilukai secara mendalam. Namun, dalam ajaran Islam, memaafkan memiliki hikmah dan keutamaan yang sangat besar. Imam Nawawi, seorang ulama besar, banyak menerangkan tentang hikmah memaafkan orang lain.
Sejatinya, orang yang telah di bicarakan kejelekannya oleh orang lain, baik ia mengetahui atau tidak mengetahui, maka dianjurkan baginya untuk memaafkan orang yang telah membicarakan kejelekannya dengan penuh kerelaan hati.
Orang yang memaafkan kesalahan orang lain, misalkan memaafkan ketika ia di ghibah atau disakiti, maka Allah akan menambah kemuliaan bagi dirinya sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
وما زاد الله عبدا بعفو إلا عزا
Artinya: “Dan tidaklah seorang hamba memaafkan (perbuatan zalim orang lain), kecuali Allah akan menambah kemuliaannya”. (HR. Muslim : 4689)
Imam Nawawi dalam karyanya Al-Adzkar An-Nawawiyyah Juz 1, halaman 845, menjelaskan tentang sikap atau tindakan orang yang dibicarakan kejelekannya oleh orang lain. Beliau menegaskan:
ﻭﺍﻋﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﻟﺼﺎﺣﺐ ﺍﻟﻐﻴﺒﺔ ﺃﻥ ﻳﺒﺮﺋﻪ ﻣﻨﻬﺎ، ﻭﻻ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﺫﻟﻚ ﻷﻧﻪ ﺗﺒﺮﻉ ﻭﺇﺳﻘﺎﻁ ﺣﻖ ﻓﻜﺎﻥ ﺇﻟﻰ ﺧﻴﺮﺗﻪ، ﻭﻟﻜﻦ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﻟﻪ ﺍﺳﺘﺤﺒﺎﺑﺎً ﻣﺘﺄﻛﺪﺍً ﺍﻹﺑﺮﺍﺀ، ﻟﻴﺨﻠﺺ ﺃﺧﺎﻩ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ ﻣﻦ ﻭﺑﺎﻝ ﺍﻟﻤﻌﺼﻴﺔ ﻭﻳﻔﻮﺯ ﻫﻮ ﺑﻌﻈﻴﻢ ﺛﻮﺍﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﻣﺤﺒﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﺍﻧﺘﻬﻰ ﻭﻫﻮ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ
Artinya: “Ketahuilah bahwa dianjurkan bagi orang yang dighibah untuk memaafkan kesalahan orang yang mengghibah. Namun hal yang demikian tidaklah wajib karena hal itu merupakan perbuatan baik yang menjadi haknya, maka hal itu menjadi kebaikannya.
Akan tetapi dianjurkan baginya untuk memaafkan agar dia dapat mensucikan saudaranya sesama muslim dari perbuatan maksiat. Dan apabila telah memaafkan, maka dia akan beruntung yaitu mendapatkan pahala besar dan cinta dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. yang demikian itu adalah perkataan imam syafi’i”.
Penjelasan Imam Nawawi di atas, memberi arahan di saat kita di bicarakan kejelekan kita oleh orang lain. Arahan tersebut terbagi menjadi dua bagian. Adapun uraiannya sebagai berikut:
Pertama, memaafkan orang yang berghibah. Orang yang memaafkan kesalahan atau kelalaian orang lain, ia akan mensucikan perbuatan dosa orang lain. Karena ghibah termasuk haqqul Adami (hak anak Adam) dosa yang berkaitan dengan hak anak Adam tidak akan termaafkan, kecuali ia meminta maaf atau ridha dari orang yang telah ia sakiti atau dighibahi.
Memaafkan orang yang mengghibah memang tidak mudah. Butuh kesabaran, keikhlasan, dan kekuatan iman untuk melakukannya. Namun, jika kita mampu melakukannya, maka kita akan mendapatkan banyak kebaikan dan keutamaan dari Allah.
Kedua, orang yang memaafkan kesalahan orang lain, ia yang akan beruntung. Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain, dan ia akan dicintai oleh Allah, karena ia mempunyai sifat pemaaf. Sebaliknya Allah sangat murka kepada orang yang sombong dan tidak mau memaafkan kesalahan orang lain.
Dalam Islam, memaafkan kesalahan orang lain merupakan salah satu sifat terpuji yang dianjurkan oleh Allah SWT. Orang yang memaafkan kesalahan orang lain akan mendapatkan banyak kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat.
Di dunia, orang yang memaafkan kesalahan orang lain akan merasakan ketenangan jiwa dan pikiran. Ia tidak akan terbebani dengan rasa dendam dan amarah. Hal ini akan berdampak positif pada kesehatan fisik dan mentalnya.
Selain itu, orang yang memaafkan kesalahan orang lain akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Allah SWT akan meninggikan derajatnya dan memasukkannya ke dalam surga.
Sebaliknya, orang yang tidak mau memaafkan kesalahan orang lain akan mendapatkan murka dari Allah SWT. Ia akan direndahkan derajatnya dan dimasukkan ke dalam neraka
Semoga kita bisa menjadi orang yang dapat memaafkan kesalahan orang lain. Sungguh sangat indah menjadi seorang pemaaf, hatinya merasa lega dan tenang. Dan akan mudah untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap sesama.
Demikian hikmah memaafkan orang lain. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bishawab.