Anggota Akademi Penelitian Islam di Mesir, Syekh Dr Muhammad al-Syahat al-Jundi menjelaskan, Islam memerintahkan untuk menghormati ibu meski ibu tersebut berbuat buruk kepada anaknya. Misalnya melecehkan atau tidak merawat anak.
“Keburukan seorang ibu kepada anaknya adalah dosa besar dan merupakan kesalahan, tetapi ini bukan pembenaran bagi anak-anaknya untuk tidak menaati ibu mereka,” kata dia seperti dilansir Elbalad, Senin (31/1).
Perbuatan buruk yang dilakukan oleh seorang ibu kepada anaknya bukan mustahil akan mendapat ampunan dari Allah SWT karena ia telah menanggung penderitaan dan susah payah dalam melahirkan anak-anaknya.
Seorang ibu memiliki hak yang besar atas anak-anaknya. Maka, kewajiban anak adalah menghormatinya, tidak peduli apa yang ibunya lakukan kepada mereka. “Karena ibu memiliki hak yang besar atas anak-anaknya yang tak lekang oleh waktu,” kata dia.
Dalam riwayat Asma binti Abu Bakar RA, dia berkata, “Ibuku datang (ke tempatku) dan dia adalah seorang musyrik- pada masa perjanjian damai antara suku Quraisy dan Nabi SAW. Lalu aku mendatangi Nabi SAW bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku datang dan dia ingin bertemu denganku. Apakah aku boleh menyambung silaturahmi dengannya?” Nabi SAW menjawab, “Ya, sambunglah silaturahmi dengannya.” (HR Bukhari)
Syekh al-Jundi menuturkan, tidak mungkin menghapus sebagian dari akidah Islam dan bagi anak-anak untuk menghalangi ibu mereka hanya karena ibu tersebut tidak memenuhi peran dan kewajibannya terhadap mereka.
“Hukum Islam mendesak permohonan ampunan bagi mereka yang bersalah kepada kita dan orang asing, apalagi dengan ibu yang bekerja keras agar anak-anaknya bisa hidup kembali,” kata dia.