Kini minyak goreng langka di masyarakat. Yang menimbulkan antrean dan kesulitan di tengah masyarakat. Lantas, bagaimana hukum menimbun minyak goreng dalam Islam?
Dalam fikih ada yang disebut dengan ihtikar. Yang terjemahannya dalam Bahasa Indonesia adalah menimbun barang atau monopoli. Pengertian Ihtikar adalah oknum yang membeli barang melebihi kebutuhannya. Yang tujuannya untuk menimbun barang, sekaligus menguasai pasar. Kemudian dijual dengan harga tinggi pada masyarakat.
Fenomena menimbun barang, belakangan marak di Indonesia. Pada awal Covid-19, ramai-ramai menimbun masker. Tak berselang lama, APD tenaga medis juga mengalami kelangkaan. Tentu itu sangat menyulitkan, terlebih masker, membuat harganya melambung tinggi.
Yang terbaru, kelangkaan minyak goreng. Yang mengakibatkan antrean panjang ibu-ibu. Menahan panas dan terik cuaca, demi untuk mendapatkan minyak goreng. Lebih jauh lagi, harga minyak goreng naik dua kali lipat. Nah dalam Islam, bagaimana hukum menimbun minyak goreng tersebut?
Imam Alauddin Abi Bakri bin Mas’ud al Kassani al Hanafi dalam kitab Badai’ al Shanai’ fi Tartib al Syarai’ jilid V, mengatakan bahwa menimbun barang hukumnya haram. Monopoli barang termasuk tindakan zalim. Yang menimbulkan kesusahan di tengah masyarakat. Simak penjelasan berikut;
ولأن الاحتكار من باب الظلم لأن ما بيع في المصر فقد تعلق به حق العامة فإذا امتنع المشتري عن بيعه عند شدة حاجتهم إليه فقد منعهم حقهم ومنع الحق عن المستحق ظلم وأنه حرام وقليل مدة الحبس وكثيرها سواء في حق الحرمة لتحقق الظلم
Artinya: “Sesungguhnya praktik monopoli atau menimbun barang, termasuk bab kezaliman, pasalnya pelbagai barang yang dijual di pasar berhubungan langsung dengan hajat hidup masyarakat luas. Maka jika seorang pembeli terhalang dari membelinya karena sangat membutuhkannya, maka sebab praktik menahannya penjual atas pembeli dari mendapatkan hak serta menahan hak dari yang berhak menerima adalah kezaliman, sehingga hukumnya haram, dijangka waktu yang singkat ataupun lama, penahanan tersebut hukumnya adalah sama-sama haram. Pasalnya, keharamannya merupakan sifat zalim.”
Pada sisi lain, praktik tersebut menyulitkan masyarakat umum, dan termasuk perbuatan zalim, membuat Syekh Zakaria Al Anshari dalam kitab Asnal Mathalib, mennghukumi perbuatan menimbun barang termasuk perbuatan yang haram. Lebih jauh lagi, monopoli barang tersebut, menyulitkan masyarakat dari segi barang dan harganya;
فَيَحْرُمُ الِاحْتِكَارُ لِلتَّضْيِيقِ عَلَى النَّاسِ
“Maka ihtikar (menimbun barang atau monopoli) hukumnya adalah haram, pasalnya mengandung unsur menyulitkan masyarakat umum.”
Terkait keharaman menimbung barang, termasuk dalam hal ini minyak goreng, Nabi Muhammad dalam sebuah hadis riwayat Imam Ahmad dari Ma’qil bin Yasar, Rasulullah bersabda:
مَن دَخَلَ في شيء مِن أسعارِ المسلمين لِيُغْلِيَهُ علَيهِم، فَإِنَّ حَقًّا على الله أَن يُقْعِدَهُ بِعظم مِن النَّارِ يومَ القِيَامَةِ.
“Siapa yang masuk ke dalam (memonopoli) harga (barang-barang) kaum muslimin untuk menaikkan harganya, maka sudah menjadi ketetapan Allah Swt untuk mendudukkan pada tulang yang terbuat dari api kelak di hari kiamat.” (HR Ahmad).
Demikian hukum menimbun minyak goreng dalam Islam. Semoga bermanfaat. (Baca: Hukum Ikut Jual Beli Barang Lelang di Pegadaian.