Bagaimana hukum puasa 6 Syawal? Pasalnya, tak sedikit orang yang bertanya terkait masalah ini? Nah berikut penjelasan terkait hukum puasa Syawal.
Menurut Syekh Abdul hami asy Syarwani dalam kitab Hawasyi Tuhfatul Muhtaj bi Syarah al-Minhaj, halaman 457 mengatakan bahwa puasa 6 hari Syawal [setelah] Ramadhan, mengandung keutamaan yang sangat besar. Pasalnya, pahala puasanya sama dengan puasa setahun penuh.
إذ من صام مع رمضان ستة غيرها يحصل له ثواب الدهر لما تقرر فلا تتميز تلك إلا بذلك وحاصله أن من صامها مع رمضان كل سنة تكون كصيام الدهر فرضا بلا مضاعفة ومن صام ستة غيرها كذلك تكون كصيامه نفلا بلا مضاعفة كما أن يصوم ثلاثة من كل شهر تحصله أيضا وقضية المتن ندبها حتى لمن أفطر رمضان وهو كذلك إلا فيمن تعدى بفطره ؛ لأنه يلزمه القضاء فورا بل قال جمع متقدمون يكره لمن عليه قضاء رمضان أي : من غير تعد تطوع بصوم ولو فاته رمضان فصام عنه شوالا سن له صوم ست من القعدة ؛ لأن من فاته صوم راتب يسن له قضاؤه
Artinya; “Barangsiapa yang berpuasa enam hari selain Ramadhan, dia akan mendapatkan pahala puasa seumur hidup. Hal ini telah ditetapkan, dan tidak ada keistimewaan bagi puasa tersebut selain itu. Kesimpulannya, orang yang berpuasa enam hari selain Ramadhan setiap tahun, pahalanya sama dengan berpuasa wajib seumur hidup tanpa penggandaan pahala. Dan orang yang berpuasa enam hari selain Ramadhan, pahalanya sama dengan berpuasa sunnah seumur hidup tanpa penggandaan pahala.
Begitu pula, orang yang berpuasa tiga hari setiap bulan, dia juga mendapatkan pahala yang sama. Mengenai qada (mengganti puasa yang ditinggalkan) dari teks ini, dianjurkan bagi orang yang berbuka puasa Ramadhan, baik dengan sengaja maupun tidak. Kecuali bagi orang yang berbuka puasa dengan sengaja, dia wajib menggantinya segera.
Bahkan, beberapa ulama terdahulu mengatakan bahwa dimakruhkan bagi orang yang memiliki kewajiban qada Ramadhan (tanpa berbuka dengan sengaja) untuk berpuasa sunnah, meskipun dia telah kehilangan puasa Ramadhan dan berpuasa di bulan Syawal sebagai gantinya. Hal ini karena orang yang kehilangan puasa wajib, dianjurkan untuk menggantinya,”.
Sementara itu Imam Nawawi dalam kitab al-Majmu’ Syarah al-Muhadzab, Jilid VI, halaman 427 bahwa dalam mazhab Syafi’i, bahwa hukum melaksanaka puasa 6 Syawal hukumnya adalah sunnah. Sementara dalam mazhab Maliki, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Muwatha’, hukum puasa Syawal adalah makruh.
فقال أصحابنا : يستحب صوم ستة أيام من شوال ; لهذا الحديث قالوا : ويستحب أن يصومها متتابعة في أول شوال فإن فرقها أو أخرها عن شوال جاز . وكان فاعلا لأصل هذه السنة ; لعموم الحديث وإطلاقه . وهذا لا خلاف فيه عندنا وبه قال أحمد وداود . قال مالك وأبو حنيفة : يكره صومها . قالمالك في الموطإ : ” وصوم ستة أيام من شوال لم أر أحدا من أهل العلم والفقه يصومها ، ولم يبلغه ذلك عن أحد من السلف وأن أهل العلم كانوا يكرهون ذلك ويخافون بدعته ، وأن يلحق برمضان أهل الجفاء والجهالة ما ليس منه لو رأوا في ذلك رخصة عند أهل العلم ، ورأوهم يعملون ذلك ” هذا كلام مالك في الموطإ . ودليلنا الحديث الصحيح السابق ولا معارض له .
Artinya; “Para sahabat kami berkata: Sunnah hukumnya untuk berpuasa enam hari di bulan Syawal. Berdasarkan hadits ini, mereka mengatakan: Dianjurkan untuk berpuasa secara berturut-turut di awal Syawal. Jika dipisahkan atau diakhirkan setelah Syawal, maka diperbolehkan. Hal ini berdasarkan inti dari hadits ini, yaitu keumuman dan keluasannya. Dan tidak ada perbedaan pendapat tentang hal ini di kalangan kami. Demikian pula yang dikatakan oleh Ahmad dan Daud.
Malik dan Abu Hanifah mengatakan: Makruh untuk berpuasa enam hari di Syawal. Malik berkata dalam Muwatta’: “Aku tidak melihat seorang pun dari ahli ilmu dan fiqih yang berpuasa enam hari di Syawal. Dan tidak sampai kepadanya informasi tentang hal itu dari salah seorang pendahulu. Dan para ahli ilmu membenci hal itu dan takut menjadi bid’ah. Dan orang-orang yang kasar dan bodoh akan menganggapnya sebagai bagian dari Ramadhan, padahal bukan. Jika mereka melihat adanya kelonggaran dalam hal ini dari para ahli ilmu, dan mereka melihat mereka melakukannya.” Ini adalah kata-kata Malik dalam Muwatta’. Dalil kami adalah hadits sahih sebelumnya, dan tidak ada yang menentangnya.”
Terkait keistimewaan puasa sunnah Syawal, terdapat dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda bahwa pahala orang yang melakukan hal tersebut seolah-olah telah berpuasa selama satu tahun penuh.
حدثنا يحيى بن أيوب وقتيبة بن سعيد وعلي بن حجر جميعا عن إسمعيلقال ابن أيوب حدثنا إسمعيل بن جعفر أخبرني سعد بن سعيد بن قيس عن عمر بن ثابت بن الحارث الخزرجي عن أبي أيوب الأنصاري رضي الله عنه أنه حدثه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin Sa’id dan Ali bin Hujr semuanya dari Isma’il dan Ibnu Ayyub berkata :
Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ja’far telah mengabarkan kepadaku Sa’d bin Sa’id bin Qais dari Umar bin Tsabit bin Harits Al Khazraji dari Abu Ayyub Al-Anshari radliallahu ‘anhu, bahwa ia telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah saw bersabda;
“Siapa yang berpuasa Ramadlan kemudian diiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, maka yang demikian itu seolah-olah berpuasa satu tahun,”. (HR. Muslim No. 1164).
Dengan menjalankan puasa enam hari Syawal, umat Islam diharapkan dapat meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah SWT, serta menegakkan disiplin diri dalam beribadah.
Mari jadikan bulan Syawal sebagai momen untuk memaksimalkan amal ibadah dan meraih pahala sebanyak-banyaknya. Puasa enam hari Syawal menjadi salah satu kunci untuk meraih keutamaan tersebut.