Ibrahim bin Adham Tanggalkan Baju Istana

Ibrahim bin Adham Tanggalkan Baju Istana

Ibrahim bin Adham menukar baju istananya dengan pakaian jelata, dan bekerja sebagai kuli di ladang dan kebun, agar tercegah dari meminta-minta

Ibrahim bin Adham lebih masyhur daripada yang dikenal selama ini. la pemimpin para zahid, panutan para ahli ibadah, pemimpin para kesatria (futuwwah), ahli ilmu dan amal.

la tak punya hajat pada manusia, berpegang teguh kepada Allan, pejuang yang selau siaga (a-mujâhid al-murábith). la sangat hati-hat memiih yang halal dalam pekerjaannya.

la gugur tahun 162 H dalam pertempuran Angkatan Laut melawan Romawi. lbrahim bin Adham tumbuh di keluarga mewah dan megah.  Ayahnya salah seorang Raja Khurasan, Ibráhim bin Adham gemar bersenang-senang.

Hari itu, ia pergi berburu menunggang kuda ditemani anjingnya. Ketika ia mengendapi seekor rubah, tiba-tiba sebuah suara menghentikannya.

“Hai Ibrahim, bukan untuk ini kau diciptakan. Bukan untuk ini kau diperintahkan.”

Ibrahim memandang ke sekitar dalam kebingungan. la tak melihat siapa-siapa. la menyangka didatangi setan. “Allah mengutuk iblis.”

Ibrahim kembali memacu kudanya. Tiba-tiba suara itu terdengar lagi: “Hai Ibrahim, bukan untuk ini kau diciptakan. Bukan untuk ini kau dititahkan.”

Ibrahim kembali terdiam. la memandang sekitar.

Tapi tak kunjung menemukan siapa pun. “Allah melaknat iblis,” gumamnya lagi.

la kembali memacu kudanya. Tiba-tiba suara itu, kini keluar dari pelana kuda: “Hai Ibrahim, bukan untuk ini kau diciptakan. Bukanlah untuk ini kau diperintahkan.”

Ibrahim berhenti dan turun dari kudanya. “Aku insaf, aku sadar. Aku telah didatangi seorang juru peringat dari Tuhan semesta alam. Demi Allah, mulai hari ini aku tak akan pernah bermaksiat kepada Allah selama Pelindungku menjagaku, “ demikian batinnya.Ibrahim akhirnya pulang ke istana dengan hati yang bukan hati ketika ia pergi. la tinggalkan kudanya.

la pergi dengan muka berseri-seri. Ia telah bertekad pergi menuju Tuhannya.

Ia pergi menemui para gembala yang sedang menggembalakan ternak ayahnya. Baju istananya ditanggalkan dan diberikan kepada mereka.

Ia menukar bajunya dengan pakaian jelata dari salah seorang mereka. la terus menempuh perjalanan hingga tiba di Iraq.

Di negeri itu, Ibrahim bekerja sebagai kuli di ladang dan kebun, agar dirinya tercegah dari meminta-minta.*(Dalam Al-Hilyat al-Auliyá’, karya Abů Nu’aim, dari buku Qisasul Auliya’)

HIDAYATULLAH