Ulama merupakan seseorang yang patut menjadi rujukan bagi mereka yang tidak mempunyai keilmuan yang tinggi. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa ulama merupakan pewaris nabi.Mereka menjadi jembatan pesan- pesan Allah dan nabi kepada masyarakat awam.
Oleh karena itu, mendekatkan diri dengan ulama merupakan anjuran yang sering ditekankan kepada orang awam. Dari para ulama, umat bisa mendapatkan ilmu tentang Alquran dan hadis mengenai apa yang harus dikerjakan dalam kehidupan sehari- hari.
Ustaz Muhammad Nuzul Dzik ri dalam kajian di Masjid Nurul Iman Blok M, Jakarta Selatan, Sabtu (31/3) menjelaskan tentang hakikat ilmu. Menurut Ustaz Muhammad, inti dari ilmu adalah bertambahnya rasa takut kepada Allah.Ia membuka kajian yang mengambil tema Ilmu Itu Rasa Takut dengan ayat Alquran surah al-Muddassir, yaitu Dan pakaianmu bersihkanlah. Makna pakaian dalam ayat tersebut, kata Ustaz Muhammad, adalah jiwa.
Ulama kita mengatakan penting memperhatikan jiwa dan hati, itu adalah wadah untuk ilmu, ujar Ustaz Muhammad.
Kesuksesan seseorang dalam hidup, menurut Ustaz Muhammad, tidak terletak dari kecerdasan, melainkan pada hati mereka.
Mereka yang pandai menata hatinya dengan menjadikan hati penuh keimanan dan tauhid diyakini akan mendatangkan kesuksesan.
Dalam kesempatan tersebut, Ustaz Muhammad juga mengutip surah Fatir ayat 28 yang berbun- yi, Dan demikian (pula) di antara manusia, bintang-bintang melata dan bintang-bintang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.
Ayat tersebut dikutip oleh Ustaz Muhammad karena sangat penting dalam dunia ilmu. Imam Ibnu Rajab bahkan memiliki risalah khusus tentang ayat ini. Ustaz Muhammad mengatakan, para ulama menyatakan bahwa surat tersebut memberikan penjelasan inti dari ilmu adalah rasa takut.
Abdullah bin Abbas, kata dia, mengatakan, barang siapa yang takut kepada Allah menandakan bahwa dia adalah ulama. Pendapat Abdullah bin Abbas tersebut juga disampaikan oleh Imam asy- Sya’bi.
Kealiman Imam asy-Sya’bi, kata Ustaz Muhammad, ia tunjukkan lewat sikap kerendahhatiannya. Pernah dalam suatu waktu terdapat seseorang yang memin ta fatwa kepada dirinya.Orang tersebut menyebut Imam asy-Sya’bi dengan sebutan ula ma.
Namun, ia tidak bangga dengan sebutan ulama dari orang yang meminta fatwa tersebut. Ia bahkan menilai dirinya belum pantas menyadang predikat ulama. Ia mengatakan, sesungguh- nya orang yang alim adalah ia yang takut kepada Allah.
Sebagian ahli ilmu mengatakan Imam Sya’bi memberikan pesan bahwa saya masih jauh dari kriteria ulama, kata Ustaz Muhammad menjelaskan kerendahanhatian Imam asy-Sya’bi.
Padahal Imam asy-Sya’bi, kata dia, merupakan satu dari tiga ulama yang alim. Dua di antaranya adalah Abdullah bin Abbas dan Sufyan ats-Tsauri.Kendati masuk ke dalam tiga jajaran ulama penting, Imam Sya’bi tetap merasa takut mengeluarkan sebuah fatwa.
Imam asy-Sya’bi merasa takut jika fatwanya mencelakakan orang lain. Sebab, fatwa harus didasari dengan ilmu. Contoh kerendahhatian Imam asy-Sya’bi tersebut diminta oleh Ustaz Muhammad agar ditiru oleh umat Muslim.
Ustaz Muhammad menying- gung mudahnya fatwa yang dikeluarkan oleh seseorang, tapi tidak didasari oleh kekuatan ilmu yang mendalam. Akibatnya, banyak fatwa yang tidak membawa kemaslahatan kepada masyarakat.
Semakin kita berilmu semakin takut kepada Allah, kata Ustaz Muhammad menegaskan.
Ustaz Muhammad mengajak Muslim agar membangun perasaan takut kepada Allah di dalam jiwa. Perasaan tersebut, menurut Ustaz Muhammad, yang membuat para sahabat menjadi orang- orang yang hebat.
Selain itu, Ustaz Muhammad juga mengajak agar meningkatkan keikhlasan kepada Allah.Sebagaimana telah banyak dicontohkan oleh para ulama. Dia mengatakan, salah satu ciri orang ikhlas adalah ia merasa khawatir jika perbuatannya tidak dilakukan dengan keikhlasan.