Ini 3 Nabi yang Mendapat Julukan Bapak Manusia

Ini 3 Nabi yang Mendapat Julukan Bapak Manusia

Artikel ini akan membahas tentang 3 Nabi yang mendapat julukan  bapak manusia. Sejatinya, manusia ialah makhluk Allah yang paling mulia. Namun meski demikian, tak layak bagi kita untuk meremehkan atau mencaci makhluk lain. Bahkan meski rupanya jelek, sebab ia juga ciptaannya Allah azza wa jalla. 

Keyakinan kita sebagai muslim, manusia bukanlah hasil dari evolusi kera sebagaimana dijelaskan dalam sebuah teori. Nenek moyang kita adalah Nabi Adam As, Manusia yang mulia, di mana ketika selesai diciptakan, semua makhluk diperintah untuk sujud (sebagai bentuk penghormatan) kepadanya. 

Nabi yang Mendapat Julukan Bapak Manusia

Dalam khazanah Islam, manusia berasal dari manusia itu sendiri. Pertama, ialah Nabi Adam. Ialah adalah moyang semua manusia berasal dari keturunannya, sehingga beliau dikenal sebagai bapaknya manusia. Namun yang mendapat gelar ini, bukan hanya Nabi Adam saja. 

Kedua, adalah Nabi Nuh juga disebut sebagai bapak manusia. Ibnu Qayyim al-jauziyah mengatakan:

وَالله سُبْحَانَهُ جعل إِبْرَاهِيم الْأَب الثَّالِث للْعَالم فَإِن أَبَانَا الأول آدم وَالْأَب الثَّانِي نوح وَأهل الأَرْض كلهم من ذُريَّته كَمَا قَالَ تَعَالَى {وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُ هُمُ الْبَاقِينَ}

“Allah Swt menjadikan Nabi Ibrahim As sebagai bapak manusia yang ketiga, setelah Nabi Adam dan Nabi Nuh As. Mengenai alasan Nabi adam As menjadi bapak manusia yang pertama, sudah jelas alasannya. Sedangkan Nabi Nuh As, mengapa digelari sebagai bapak manusia yang kedua, sebab seluruh keturunan yang ada merupakan keturunan beliau. 

Hal ini bermula ketika dunia dilanda musibah yang sangat besar, yaitu banjir bandang, yang menyebabkan seluruh umat manusia di penjuru dunia meninggal semua kecuali yang ikut bahteranya Nabi Nuh As. Sebagaimana firman Allah dalam surat As-shaffat ayat 7 yang terjemahnnya berbunyi “Dan kami jadikan keturunan Nabi Nuh As saja yang selamat dari musibah ini”, Oleh karena ini, beliau dijukuki sebagai bapak manusia yang kedua”.  

Lantas Mengapa Nabi Ibrahim As disebut sebagai bapak manusia yang ketiga? Dijelaskan;

وَالْمَقْصُود أَن إِبْرَاهِيم عَلَيْهِ السَّلَام هُوَ أَبونَا الثَّالِث وَهُوَ امام الحنفاء ويسميه أهل الْكتاب عَمُود الْعَالم وَجَمِيع أهل الْملَل متفقة على تَعْظِيمه وتوليه ومحبته وَكَانَ خير بنيه سيد ولد آدم مُحَمَّد صلى الله عَلَيْهِ وَسلم يجله ويعظمه ويبجله ويحترمه 

“Alasannya adalah karena Nabi Ibrahim As adalah pemimpinnya agama (Hanif, agama tauhid yang kemudian dikenal sebagai Islam). Ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) menjulukinya sebagai pondasinya semesta. Semua agama mengagungkan dan mencintainya. Paling bagusnya makhluk, Nabi Muhammad Saw, juga menghormatinya, memuliakannya Serra mengagungkannya”.

Syahdan Nama Nabi Ibrahim As yang berasal dari bahasa Suryani, juga bermakna “Bapak yang penyayang”. Keturunan beliau lestari, hatta Nabi Muhammad saw merupakan salah satu keturunannya. Bahkan diriwayatkan bahwasanya Rasulullah SAW adalah dzurriyah Nabi Ibrahim As yang paling mirip secara fisik.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan:

وَكَانَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم أشبه الْخلق بِهِ كَمَا فِي الصَّحِيحَيْنِ عَنهُ قَالَ رَأَيْت إِبْرَاهِيم فَإِذا أقرب النَّاس شبها بِهِ صَاحبكُم يَعْنِي نَفسه صلى الله عَلَيْهِ وَسلم

“Rasulullah saw merupakan keturunan Nabi Ibrahim As yang paling mirip dalam segi jasmaninya, seperti pengakuan Rasulullah saw (yang disampaikan dalam Sahih Bukhari Muslim). Beliau mengatakan “ketika aku miraj, aku bertemu nabi Ibrahim As. Ternyata, aku sangatlah mirip dengannya (dalam segi fisiknya)”.

Melalui keterangan dari Ibnu Qayyim Al-jauziyyah ini, bisa diketahui bahwasanya Bapaknya manusia itu ada tiga. Yaitu: Nabi Adam As sebagai bapak pertama, Nabi Nuh As sebagai bapak kedua, dan Nabi Ibrahim As sebagai bapak ketiga. Semoga Keselamatan senantiasa mengarungi beliau-beliau,  Khususon kepada bapak kita, Al-fatihah.

Demikian penjelasan 3 Nabi yang disebut sebagai bapak manusia. Keterangan ini disarikan dari kitab Jala’ al-Afham fi Fadl al-Shalat ala Khair al-Anam karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (751 H) halaman 267-270.

BINCANG SYARIAH