TERSEBUTLAH kisah dua orang mujahid di medan perang bernama Hatim Al-A’sham dan Shaqiq. Shaqiq merupakan seorang perawi hadits dari Ubad bin Katsir serta sahabat karib Ibrahim bin Adham. Ia menemui syahidnya dalam Perang Kulan pada tahun 194 H.
Salah satu malam dari banyaknya malam yang ia habiskan di medan perang, dimana sepanjang mata memandang hanyalah pandangan kepala yang tertebas dan pedang saling beradu. Shaqiq bertanya, “Wahai Hatim, kita berada di antara dua baris pejuang. Bagaimana menurutmu hari ini? Apakah seindah malam pertamamu?”
“Tidak, demi Allah,” jawab Hatim.
emudia Shaqiq berkata, “Demi Allah, pada hari ini, saya merasa lebih bahagia daripada apa yang saya rasakan ketika malam pertama.” Lalu, ia berbaring di antara dua baris pejuang yang mati syahid dan menempatkan tameng dari kulit di bawah pipinya sampai tertidur pulas dan dengkurannya terdengar.
Shaqiq juga sempat berkata, “Bertemanlah dengan orang-orang seperti dirimu ingin bermain dengan api, ambil yang bermanfaat dari mereka. Tapi berhati-hatilah jangan sampai terbakar.”
Begitulah indahnya malam Jihad fi Sabilillah bagi para mujahid hingga mereka menemui syahidnya. Bahkan lebih indah dibandingkan malam pertama bagi seorang pengantin.
Dan, sebagaimana pesan beliau, alangkah indahnya bila kita mampu berteman dengan mereka yang baik akhlak dan ibadahya. Karena sungguh, jauhilah teman-teman yang buruk meski mereka dekat, dan dekatilah teman-teman yang baik meski mereka jauh dari hidup kita. Selamat mencari teman hidup ya. [DOS]>
– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2375348/ini-dia-kenikmatan-yang-melebihi-malam-pertama#sthash.KYVoYXpL.dpuf