Di antara cara berdzikir yang paling agung adalah beribadah kepada Allah Ta’ala dengan membaca Al-Qur`an.
Sungguh bahagia orang yang Allah Ta’ala jadikan Al-Qur`an sebagai penyegar dalam hatinya, cahaya dalam dadanya, penawar kesedihannya, pemusnah kegalauan dan kepedihannya, dan penggiringnya ke arah rahmat dan keridhaan Allah Ta’ala.
Dalam kaitan ini, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah suatu kaum duduk di suatu majelis, dimana mereka mengingat Allah, melainkan mereka dikelilingi para malaikat, dipayungi rahmat Allah, dituruni ketenteraman, dan Allah ceritakan hal-ihwal mereka di kalangan makhluk-makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)
Adapun dzikir-dzikir yang sangat penting dan patut untuk diamalkan, antara lain adalah dzikir-dzikir pada dua penghujung siang.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِيْنَ
“Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah.” (QS. Al-A’raf: 205).
Di antara kasih-sayang Allah dan karunia-Nya atas hamba-hamba-Nya–sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam– adalah Dia akan memberi balasan bagi orang yang banyak mengucapkan wirid atau dzikir-dzikir.
Dengan balasan itu diharapkan akan tumbuhlah semangat mereka untuk melakukannya. Contohnya, seperti sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ زَادَ عَلَيْهِ
“Barangsiapa mengucapkan ‘Subhanallahi wa bihamdihi’ di waktu pagi dan sore (masing-masing) seratus kali, maka pada hari kiamat takkan ada seorang pun yang datang dengan membawa sesuatu yang lebih utama dari apa yang dia bawa, kecuali orang mengucapkan seperti yang dia ucapkan atau lebih dari itu.” (HR. Muslim).
Begitu juga, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، مَنْ قَالَ حِينَ يُمْسِي فَمَاتَ مِنْ لَيْلَتِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Penghulu istighfar adalah, ‘Allaahumma Anta Rabbii laa ilaaha illaa Anta, khalaqtanii wa ana ‘abduka, wa ana ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastatha’tu. A’uudzu bika min syarri maa shana’tu, abuu`u laka bi ni’matika ‘alaiya, wa abuu`u bi dzanbii faghfir lii. Fa innahuu laa yaghfirudz dzunuuba illaa Anta’,
(Ya Allah, Engkaulah Rabb-ku, tidak ada sesembahan selain Engkau. Engkau telah menciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku setia pada perintah-Mu dan janjiku kepada-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa-apa yang aku perbuat. Aku mengakui nikmat-Mu [yang diberikan] kepadaku, dan aku mengakui dosaku.
Oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Engkau). Barangsiapa mengucapkan kalimat ini di waktu sore lalu meninggal pada malam harinya, maka dia masuk Surga. Dan, barangsiapa mengucapkannya di waktu pagi lalu meninggal pada hari itu, maka dia masuk Surga.” (HR. Al-Bukhari)
Sesungguhnya konsistensi seorang muslim terhadap wirid-wirid yang syar’i akan membuahkan kedamaian jiwa, ketenteraman, rasa aman, dan terpelihara. Selain itu, ini adalah hal yang telah teruji kebenarannya.
Demikian dikutip dari kitab Salwa Hazin karya Sulaiman bin Muhammad bin Abdullah Al-Utsaim. Semoga bermanfaat. Aamiin.