SAAT membaca surat an-Nisa’ ayat 9, saya terlarut dalam perenungan panjang yang mengantarkan saya pada sebuah kesimpulan betapa Allah sangat memotivasi semua orang tua untuk peduli akan masa depan anak-anaknya.
Sebenarnya bukan hanya satu ayat diatas itu yang berbicara tentang relasi orang tua anak, ada banyak ayat lainnya. QS an-Nisa ayat 9 itu adalah sebagai berikut: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 9)
Para orang tua harus semangat membentuk generasi pelanjut yang kuat, tidak lemah, serta cerdas, tidak bodoh. Lemah tidaknya generasi adalah sangat berkaitan dengan ketakwaan orang tuanya. Lebih dari itu, juga berkaitan dengan sikap hidup orang tua. Demikian yang bisa kita simpulkan dari ayat di atas.
Kesalehan orang tua sungguh sangat besar pengaruhnya pada masa depan anak. Penelitian menunjukkan bahwa 48 persen kebahagiaan anak adalah ditentukan oleh faktor orang tua. Sangat wajar dan layak diteladani apa yang dilakukan oleh sahabat bernama Ibnu Mas’ud, bahwa setiap kali beribadah di malam hari beliau memandang wajah anaknya sambil berkata: “Ini adalah demi kamu anakku.”
Lalu Ibnu Mas’ud membaca QS al-Kahfi ayat 82: “Dan adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang saleh. Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya.” (QS. Al-Kahf 18: Ayat 82)
Atas QS al-Kahfi ayat 82 itu sebagian ahli tafsir berkata bahwa ayat itu menyiratkan adanya jaminan dari Allah bahwa keshalehan orang tua berpengaruh besar pada keshalehan anak. Bayangkan, Allah sampai mengutus Nabi Musa dan Nabi Khidir untuk membangunkan rumah bagi dua anak yatim yang orang tuanya sangatlah shaleh sebagaimana digambarkan oleh ayat di atas. Jadilah orangtua yang shaleh. Salam, AIM, Pengasuh Pondok Pesanren Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]