MAKKAH— Jamaah haji dari berbagai dunia melakukan lempar jumrah Aqabah sejak pagi 10 Dzulhijjah hingga malam hari atau Jumat (1/9). Tak sedikit jamaah haji Indonesia, bahkan sejumlah negara, banyak yang bertumbangan karena kelelahan saat melakukan prosesi lempar jumrah Aqabah ini.
Berdasarkan pantaun Republika.co.id, suasana lokasi jamarat, sejak sore 10 Zulhijjah, sudah dipenuhi lautan masa. Jumlah tersebut semakin bertambang menjelang malam. Kepadatan mulai memuncak justru mulai magrhib hingga lewat tengah malam. Sebagian jamaah ada yang memutuskan mabil di sekitar lokasi jamarat di pelataran dan bahkan jalanan utama untuk melaksanakan mabit tanggal 11 Dzulhijjah.
Pada pelaksanaan lempar Aqabah, Republika.co.id, mendapati puluhan jamaah haji yang kelelahan. Beberapa di antaranya harus tertinggal di lantai tiga jamarat karena keterbatasan petugas. Siti Rohima Tukiman, misalnya, jamaah haji asal Embarkasi Medan (MES 22) ini pingsan karena kelelahan dan tertinggal rombongan. Dia berada di lantai tiga hingga beberapa jam sebelum akhirnya Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) membawanya ke klinik Saudi terdekat yang berada di lantai tiga jamarat.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id pula, puluhan jamaah haji terpaksa dievakuasi di pelataran jamarat dengan bantuan medis seadanya. Pihak Keamanan Saudi memberlakukan larangan kendaraan apapun masuk dalam kawasan jamarat, tak terkecuali ambulanse KKHI. Ini menjadi faktor rumitnya proses evakuasi jamaah.
Tak hanya jamaah yang bertumbangan, tetapi banyak pula jamaah yang tersesat dan tertinggal rombongan. Jutaan jamaah haji berkumpul di lokasi jamarat. Jufriadi Amin misalnya, jamaah asal Kabupaten Beirune ini, tertinggal rombongannya di kawasan Jamarat. Dia bersama lima teman rombongannya sempat belum melempar jumrah, hingga akhirnya ditemukan petugas. “Kami pun tidak tahu jalan ke maktab,” kata dia kepada wartawan Republika.co.id, Nashih Nashrullah, dari Makkah Arab Saudi. Jufriadi akhirnya diantar petugas pulang menuju tendanya.