NABI Musa ketika masih kecil, masih bayi, saat perlu menyusu, saat masih lemah, dibuang ke sungai nil tanpa pengawalan siapa-siapa dan tanpa mengandalkan apa-apa kecuali iman dan doa. Beliau tidak tenggelam, beliau selamat, beliau tumbuh berkembang menjadi manusia pilihan.
Fir’aun saat berkuasa, saat kuat dan jaya, dan saat memiliki segala sesuatu yang dibutuhkan mengejar Nabi Musa masuk ke lautan. Fir’aun dan bala tentaranya akhirnya tenggelam karam dn mati mengenaskan. Tak tersisa kecuali kisah kehinaan dalam keangkuhannya yang diwariskan sebagai pelajaran bagi orang yang hidup sesudahnya.
Ternyata, selamat dan celaka bukanlah karena kuat dan lemah, bukan pula karena berkuasa atau dikuasai, bukan pula karena kaya dan miskin. Semuanya adalah karena Allah yang menentukan. Sementara salah satu kaidah hidup dalam al-Qur’an adalah: “Dan rhmat Allah itu sungguh dekat dengan orang-orang baik.”
Ketidakbaikan dan ketidakbenaran akan runtuh, sebesar apapun dana digunakan untuk menyokongnya, sekuat apapaun kekuasaan mem”back up”nya, segempar apapun media memolesnya. Keyakinan semacam ini harus ditanamkan dalam-dalam di dalam hati kita agar tak tergoda mendukung kebatilan hanya hanya karena janji-janji duniawi. Salam, AIM@Madinah. [*]
– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2355015/jangan-sombong-jangan-pesimis#sthash.4U56QN6E.dpuf