Di era modern, Istana Topkapi di Istanbul, Turki, merupakan salah satu tempat pe nyimpanan benda-benda asli peninggalan Nabi Muhammad SAW . Di sana, warisan berharga ini disimpan secara baik dan terawat.
Istana Topkapi dibangun pada zaman Kesultanan Ottoman yang berkuasa selama empat abad. Pada 1985, Badan PBB untuk Kebudayaan (UNESCO) mendaulat Istana Topkapi sebagai Situs Warisan Dunia.
Selama empat abad, istana ini merupakan rumah bagi kalangan sultan Ottoman sampai Abdul Majid I (1839- 1860). Pembangunannya dimulai pada masa Sultan Mahmud II.
Tepatnya setelah Konstantinopel takluk di bawah kekuasan pasukan Islam pada 1453. Luas kompleks Istana Topkapi adalah 700 meter persegi. Gerbang utamanya berhadapan persis dengan Haghia Sofia.
Bagian dari Istana Topkapi yang menyimpan benda-benda peninggalan Nabi Muhammad mulai berfungsi sejak masa Sultan Salim I pada 1517.
Saat itu, pasukannya berhasil menguasai Mesir. Seperti dijelaskan dalam situs billkent.edu.tr, kompleks tempat penyimpanan itu terdiri atas beragam ruangan yang beratapkan kubah.
Dindingnya dihiasi corak Iznik dari abad ke-16. Selain itu, benda-benda historis itu ditampilkan dalam kotak kayu dengan jendela bening. Di sini, antara lain, dipamerkan beberapa artefak, seperti busur panah milik Nabi serta pedang milik empat khalifah pengganti Rasulullah.
Ada pula mantel yang diyakini merupakan pakaian Nabi . Mantel ini merupakan pemberian Nabi kepada Ka’ab bin Zuhayr. Dua bilah pedang berhiaskan batu mulia milik Nabi Muhammad juga ditampilkan.
Di sini juga tersimpan dan ditampilkan, gumpalan tanah kuburan Rasulullah. Kemudian, beberapa helai janggut Nabi, pecahan gigi Nabi akibat perang Uhud, beserta bekas tapak kaki beliau . Beberapa surat resmi yang bercapkan Nabi Muhammad juga tersimpan dengan baik di Istana Topkapi.
Dalam buku The Sacred Trusts karya Hilmi Aydin dijelaskan bahwa barangbarang milik Nabi itu merupakan warisan turun-temurun dari satu generasi ke generasi di bawahnya.
Benda-benda peninggalan Rasulullah ini berada di tangan para sahabat atau ada pula yang disimpan para keluarga Rasul (ahlul bait). Mantel Suci (Holy Mantle) atau burda diberikan Nabi Muhammad kepada Ka’b ibn Zuhayr. Anaknya Ka’ab menjual mantel tersebut kepada Muawiyah I, pendiri dinasti Umayyah.
Seiring berjalannya waktu, informasi tentang benda peninggalan Nabi tersebar luas di kota-kota Muslim, seperti Damaskus, Yerusalem, Kairo, Haifa, Kabul, Kashmir, Lahore, dan Karachi. Pada 1327 AH, lebih dari empat puluh helai rambut Nabi diklaim oleh Konstantinopel. Mereka menampilkan peninggalan Nabi tersebut dalam beberapa perayaan.
Sejumlah khalifah menjadikan bendabenda itu sebagai kebanggaan dan menjaganya dengan baik. Saat Sultan Salim I berkuasa atas Mesir, ia memboyong benda-benda peninggalan Nabi dari Alexandria dan pusat kekuasaan Khalifah Abbasiyah di Mesir serta gubernur Makkah, ke Istanbul.
Saat Sultan Salim I berhasil mengalahkan kesultanan Mamluk, maka Mesir dan Hijaz (Mekkah dan Madinah) praktis di bawah kekuasaan Kesultanan Ottoman sejak 1517. Para sultan menjaga barangbarang peninggalan Nabi sebagai amanat untuk peradaban Islam sekaligus simbol kejayaan.
Dalam catatan sejarawan Turki, Evliya Celebi (1611-1682), barang-barang peninggalan Nabi yang diboyong ke Istanbul antara lain terdiri atas jubah Nabi, panji-panji Nabi, pecahan gigi dari Perang Uhud, beberapa helai jenggot beliau, sebuah bendera merah, dan wadah tempat wudhu Nabi .
Selain itu, ada pula sebuah turban serta mushaf Alquran milik Utsman bin Affan yang dibacanya ketika ia dibunuh dalam huru-hara. Pemindahan barangbarang ini juga menandakan pindahnya pusat kekuasaan politik umat Islam ke Istanbul.
Para sultan pengganti Sultan Salim I meneruskan tradisi pemeliharaan bendabenda bersejarah ini hingga abad ke-20 masehi. Mereka mengumpulkannya dari penjuru kota-kota utama di Timur Tengah.