Jelang Bulan Muharram, Ini Amalan  Sunnah 1 Muharram

Jelang Bulan Muharram, Ini Amalan  Sunnah 1 Muharram

Bulan Dzulhijjah adalah bulan terakhir dalam hitungan tahun Islam. Oleh karenanya usai kita melaksanakan ibadah qurban, maka tak lama lagi kita akan segera memasuki bulan Muharram. Nah berikut amalan sunnah 1 Muharram. 

Dalam Islam, Muharram bulan pertama dalam kalender Hijriyah. Bulan Muharram juga merupakan salah satu bulan mulia Asyhurul Hurum. Bulan Muharram disebut juga bulan Allah, Syahrullah karena terdapat amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan. 

Tradisi Muslim Jelang Muharram

Nah biasanya jelang perayaan Tahun Baru Islam, umat muslim memiliki sejumlah tradisi yang dilakukan bersama keluarga. Selain pawai obor dan mengaji bersama, ternyata ada banyak sekali amalan yang bisa dilakukan untuk menyambut datangnya tahun baru Islam. 

Para ulama telah membagi jenis-jenis amalan yang harus diperbanyak di bulan Muharram menjadi kurang lebih 12 amalan seperti melakukan shalat sunnah, berpuasa, menyambung silaturahim, bersedekah. 

Pun juga dianjurkan mandi atau mensucikan diri, memakai celak mata, berziarah kepada ulama (baik yang hidup maupun yang meninggal), menjenguk orang sakit, menambah nafkah keluarga, memotong kuku, mengusap kepala anak yatim, membaca Surat Al-Ikhlas sebanyak 1000 kali.

Sunnah Berpuasa

Amalan sunnah yang paling utama di bulan muharram ialah puasa. Kesunnahan puasa di bulan Muharram didasarkan pada hadits riwayat Abu Hurairah:

 جاء رجل إلى النبي ضلى الله عليه وسلم فقال: أي الصيام أفضل بعد شهر رمضان؟ قال:  شهر الله الذي تدعونه المحرم  

Artinya : “Seseorang datang menemui Rasulullah SAW, ia bertanya, ‘Setelah Ramadhan, puasa di bulan apa yang lebih afdhal?’ Nabi menjawab, ‘Puasa di Bulan Allah, yaitu bulan yang kalian sebut dengan Muharram,”

Dalam hadis riwayat Muslim disebutkan sebagai berikut.

 أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم 

Artinya : “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan ialah puasa di bulan Allah, Muharram.”

Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam An-Nawawi mengatakan, hadits ini menjadi dalil keutamaan puasa Muharram. Al-Qurthubi, seperti yang dikutip As-Suyuthi dalam Ad-Dibaj ‘ala Shahih Muslim menjelaskan:

 إنما كان صوم المحرم أفضل الصيام من أجل أنه أول السنة المستأنفة فكان استفتاحها بالصوم الذي هو أفضل الأعمال 

Artinya : “Puasa Muharram lebih utama dikarenakan awal tahun. Alangkah baiknya mengawali tahun baru dengan berpuasa, sebab puasa termasuk amalan yang paling utama.”

Memperbanyak puasa di bulan Muharram disunnahkan karena ia merupakan pembuka tahun baru. Seyogianya tahun baru dihiasi dengan amal saleh dan puasa termasuk amalan yang paling utama.

Tentu harapannya, di bulan selanjutnya, menjalankan ibadah puasa sunnah ini tetap dilakukan dan tidak berhenti sampai akhir bulan Muharram. Selain awal tahun, dalam banyak hadits juga disebutkan bahwa tanggal 10 Muharram dianjurkan untuk berpuasa. 

Bacaan Doa Akhir dan Awal Tahun

Selain melakukan amalan-amalan yang telah disebutkan, ada amalan yang penting juga untuk dilakukan, yaitu membaca doa akhir dan awal tahun.

Membaca doa akhir tahun dibaca tiga kali ba’da Maghrib di hari terakhir bulan Dzulhijjah. Pembacaan ini diawali dengan membaca surat Yasin sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan doa dibawah ini:

اَللّٰهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هٰذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِيْ وَدَعَوْتَنِيْ إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِيْ عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِيْ وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ

Allahumma ma amiltu min ‘amalin fi hadzihis sanati ma nahatani anhu walam atub minhu wa halamtu fiha alayya fiha bifadhlika ba’da qudratika ala ‘uqubati wa da’autani ilat taubati min ba’di jara’ati ala ma’shiyatika fa innis taghfartuka faghfirli wa ma amiltu fiha mimma tardho wa wa’adtani alahits tsawaba fas aluka an tataqabbala minni wala taqhta’ rajai minka ya karim.”

Artinya: “Wahai Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu-sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. 

Wahai Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhoi di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah kau membuatku putus asa. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.” (Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Kudus, Kanzun Najah Was Surur Fi Ad’iyyah Al-Ma’tsur Al-Lati Tasyrah As-Shudur, hal: 298-299).

Menurut Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Kudus dalam kitabnya yaitu Kanzun Najah Was Surur pada hari Asyura’ kita dianjurkan untuk membaca dzikir;

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ, نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْر 

hasbunallahu wa ni’ma al wakil, ni’ma al maula wa ni’ma an nashir

Sebanyak 70 kali pada waktu ba’da Maghrib. Setelah itu dilanjutkan membaca doa di bawah ini sebanyak tujuh kali,

بسم الله الرحمن الرحيم. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. سُبْحَانَ اللهِ مِلْءَ الْمِيْزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ, لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنَ اللهِ إِلَّاَ إِلَيْهِ, سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوَتْرِ وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَآمَّاتِ كُلِّهَا, نَسْأَلُكَ السَّلَا مَةَ كُلَّهَا بِرَحْمَتِكَ يَآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ, وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلّاَ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَهُوَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ, نِعمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Demikian penjelasan terkait jelang bulan Muharram, ini amalan sunnah 1 Muharram.Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH