JUDUL di atas memang tidak berlebihan. Ceritanya begini. Dulu, saya dulu pernah kehilangan dompet yang tertinggal di mobil.
Mobil ini terparkir di samping sebuah masjid di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Sementara dompet itu berisi uang Rp 2 juta dan kartu-kartu penting lainnya. Setelah dicari-cari, bertanya ke sana ke mari, tak ada kabar tentangnya.
Maka saya berdoa dengan redaksi yang saya buat sendiri. Doa itu selalu saya ulang-ulang dalam shalat dan di luar shalat. Begini bunyinya:
اللهم رده إلي ردا سليما كاملا
“Ya Allah, kembalikanlah dompet itu kepadaku dalam keadaan selamat dan sempurna.”
Selamat, maksudnya; tidak ada kartu-kartu penting yang hilang.
Sempurna, maksudnya: uang sebanyak Rp 2 juta tetap aman, tak terkurangi sedikitpun.
Bagi sebagian orang, uang segitu mungkin tidak seberapa. Tapi bagi seorang guru ngaji, misalnya, jumlah itu bisa terbilang banyak.
Beberapa pekan kemudian, ada yang menginformasikan bahwa dompet saya ada yang mengantarkan ke kantor STIS Hidayatullah. Ini perguruan tinggi tempat saya mengajar, terletak di Kelurahan Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur.
Konon dompet itu di temukan di Manggar, kelurahan yang terletak sekitar 5 kilometer dari Teritip. Lalu oleh penemunya diumumkan di Facebook. Bertepatan ada wali murid Pesantren Hidayatullah Balikpapan yang mengenal foto saya yang disebar di FB oleh penemu dompet. Maka, oleh wali murid yang baik hati itu, dompet tersebut diantarkan ke Pos Keamanan Pesantren. Selanjutnya petugas keamanan itu mengantarkannya ke kantor STIS Hidayatullah.
Sungguh sebuah kesyukuran tak terhingga. Berpekan-pekan menantinya, akhirnya dompet itu bisa kembali ke tuannya.
“Alhamdulillah!” Saat saya buka dompet itu, semua kartu-kartunya lengkap; KTP, ATM, dan kartu lainnya. Rupanya memang, Allah Subhanahu Wata’ala mengabulkan doa saya: dompet itu kembali kepadaku dalam keadaan selamat.
Tapi bagaimana dengan uang Rp 2 juta di dompet? Rupanya raib tanpa bekas. Saya bergumam; Allah kabulkan bagian doa yang pertama (saliman/selamat), tapi kenapa Allah Subhanahu Wata’ala tidak kabulkan bagian doa yang kedua (kamilan/lengkap isinya)?
Saya merenung dan berusaha berprasangka baik kepada Allah, Tuhan Yang Maha Baik. Barangkali Dia ingin menjadikan uang Rp 2 juta yang hilang itu sebagai tabungan di akhirat. Dan saya akan dipertemukan di sana dengan pelaku pencurian untuk saya ambil pahala shalatnya, pahala ngajinya, pahala shadaqahnya. Amin!
Tapi kemudian saya teringat. Bahwa sejak dompet hilang sampai ditemukan kembali, saya merasakan ada yang aneh dengan rezeki saya. Rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka datang meningkat tajam. Meski belum genap sebulan, kalau ditotal saya mendapat uang lebih dari Rp 2 juta. Agak beda dari biasanya.
Akhirnya, terlintas di benak. Bisa jadi Allah Subhanahu Wata’ala melebihkan pemasukan sebagai bentuk jawaban atas doa: “Ya Allah kembalikan dompet itu secara selamat dan sempurna”. Selamat kartu-kartu di dalamnya. Sempurna isinya, meskipun datang tidak bersama dompet itu.
Alhamdulillah, kode ilahiyah itu menjadikanku semakin yakin bahwa Allah Subhanahu Wata’ala menjawab doa yang selama ini kupanjatkan. Terjawab sempurna. Memuaskan dan tidak mengecewakan. Hanya terkadang kita yang lemah ini kurang cerdas memahami terkabulnya doa itu.
Setelah ini, rasanya makin tambah ketagihan. Ketagihan untuk berdoa apa saja kepada Allah, bukan ketagihan kehilangan uang, hehehe…* (Habib Lukman Hakim Alatas/Dai dan Pengajar di Balikpapan)