Berikut ini adalah penjelasan mengenai salah satu keistimewaan umat Nabi Muhammad Saw di akhirat sesuai dengan tingkatannya. Umat Nabi Muhammad adalah umat yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah Swt.
Ummat Rasulullah memiliki predikat ummatan wasathan yaitu umat yang berada di posisi yang adil dan selalu memiliki sudut pandang tengah-tengah atau kata lainnya adalah moderat. Hal ini berdasarkan firman Allah Swt dalam surat Al-Baqarah ayat 143;
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا.
Artinya; “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. (QS. Al-Baqarah ayat 143).
Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki menyebutkan, salah satu dari keistimewaan umat nabi Muhammad adalah mereka dimuliakan oleh Allah Swt di akhirat dengan rahmat yang khusus. Hal ini ditegaskan oleh Allah secara langsung di dalam Al-Qur’an surat Fatir ayat 32-35.
ثُمَّ اَوْرَثْنَا الْكِتٰبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَاۚ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ ۚوَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ ۚوَمِنْهُمْ سَابِقٌۢ بِالْخَيْرٰتِ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيْرُۗ
Artinya; “Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar. (QS. Fatir ayat 32).
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَلُؤْلُؤًا ۖ وَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ
Artinya “Adapun surga ‘dan, mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera.” (QS. Fatir ayat 33).
وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ ۖ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ
Artinya; “Dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS. Fatir ayat 34).
الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ
Artinya; “Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu.” (QS. Fatir ayat 35).
Dari ayat di atas, Allah Swt membagi umat kepada tiga tingkatan:
Pertama, Orang yang zalim kepada dirinya sendiri yaitu: orang-orang yang lalai atau lupa dalam mengerjakan sebagian kewajiban, dan mereka melakukan sebagian perkara-perkara yang dilarang oleh Allah Swt. mereka masih mencampuri amal solehnya dengan amal buruknya.
Inilah maksud dari isyarah ayat yang berbunyi, “Faminhum dzalimun linafsihi” Pendek katanya, tingkatan ini adalah tingkatan STMJ (sholat terus maksiat jalan).
Kedua, Orang-orang yang memiliki tingkatan menengah. Yaitu mereka-mereka yang melakukan kewajiban yang diperintahkan serta meninggalkan perkara haram. Namun sayangnya, mereka masih melakukan sebagian perkara yang dimakruhkan oleh allah disamping mereka juga melakukan perkara yang disunnahkan. Tingkatan kedua ini, ditunjukkan oleh potongan ayat “Wa minhum muqtashid”.
Ketiga, Adalah orang-orang yang berbuat baik lebih dahulu. Yaitu mereka yang melakukan perkara wajib secara total serta meninggalkan perkara yang dilarang secara total juga. Baik yang dilarang itu perkara haram dan yang makruh. Saking totalnya ketaatannya, perkara yang mubah pun dia tinggalkan. Inilah maksud dari potongan ayat yang berbunyi “Wa minhum sābiqun bilkhairāt”.
Ibnu Abbas mengatakan: “orang yang lebih awal melakukan kebaikan (assabiqul khairat). Akan masuk surga tanpa dihisab. Orang yang tengah-tengah akan masuk Surga dengan rahmat Allah Swt. sedangkan orang yang zalim kepada dirinya akan masuk surga sebab syafaat dari Nabi Muhammad Saw.
Ini semua merupakan karunia Allah kepada Umat Nabi Muhammad. Dimana, mereka sampai kepada surganya berdasarkan tingkatan yang berbeda-beda, kendatipun mereka berbuat buruk.
Demikian penjelasan mengenai keistimewaan umat Nabi Muhammad di akhirat. Semoga bermanfaat, Wallahu a`lam.