Kemuliaan dan Amalan Bulan Sya’ban

Kemuliaan dan Amalan Bulan Sya’ban

Dalam kalender Islam, umat muslim saat ini sudah memasuki bulan Sya’ban. Bulan Sya’ban merupakan bulan kedelapan dalam sistem kalender Islam dan berada di pertengahan Rajab dan Ramadhan.

Dalam bahasa Arab Sya’ban bartinya berpencar. Kata berpencar diambil ketika pada masa itu, kaum Arab biasa pergi memencar, keluar mencari air untuk kebutuhan mereka. Bulan Sya’ban juga bisa diartikan merekah atau muncul dari kedalaman karena bulan Sya’ban berada di antara dua bulan yang mulia.

Sebagaimana bulan Rajab, Sya’ban merupakan bulan penuh kebaikan. Rasulullah menyebutkan bahwa bulan Sya’ban sering dilupakan oleh manusia. Alasannya karena bulan Sya’ban berada di antara dua bulan mulia yang banyak dicari keberkahannya oleh umat muslim.

Rasulullah SAW bersabda, “Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan di mana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” (HR. An Nasa’i, Ahmad).

Dalam kitab “Ma Dza fi Sya’ban?” karya Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki menyebutkan setidaknya terdapat tiga peristiwa penting yang berimbas pada kehidupan beragama bagi seorang muslim.

Pertama, peralihan Kiblat. Peralihan kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram terjadi pada bulan Sya’ban.

Menurut Al-Qurthubi ketika menafsirkan surat al-Baqarah ayat 144 dalam kitab Al-Jami’ li Ahkāmil Qur’an dengan mengutip pendapat Abu Hatim al-Basti mengatakan bahwa Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mengalihkan kiblat pada malam Selasa bulan Sya’ban yang bertepatan dengan malam nisfu Sya’ban.

Peralihan kiblat merupakan hal yang paling ditunggu oleh Rasulullah karena berhubungan dengan ibadah umat muslim, bahkan diceritakan bahwa Rasulullah berdiri menghadap langit setiap hari untuk menunggu turunnya wahyu perihal peralihan kiblat itu.

Allah berfirman, “Sungguh Kami melihat wajahmu kerap menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.” (al-Baqarah:144)

Ka’bah merupakan kiblat yang mampu menyatukan meskipun menyalahi kiblat dari orang-orang Yahudi. Allah telah mengabulkan permohonan Rasulullah, dan umat muslim mulai menjalankan ibadah dengan arah kiblat yang baru. Kiblat ini merupakan suatu kebenaran yang datang dari Allah.

Kedua, penyerahan catatan amal manusia secara menyeluruh.

Pada bulan Sya’ban semua amal manusia diserahkan kepada Allah SWT. Dari hadits dari riwayat An-Nasa’i, meriwayatkan dialog Usamah bin Zaid dan Nabi Muhammad SAW, “Wahai Nabi, aku tidak melihatmu berpuasa di bulan-bulan lain sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban? Kemudian Rasulullah SAW menjawab: Banyak manusia yang lalai di bulan Sya’ban. Pada bulan itu semua amal diserahkan kepada Allah SWT. Dan aku suka ketika amalku diserahkan kepada Allah, aku dalam keadaan puasa.”

Yang dimaksud dengan penyerahan amal ialah penyerahan seluruh rekapitulasi amal kita secara penuh kepada Allah. Terdapat beberapa waktu tertentu yang menjadi waktu penyerahan amal kepada Allah selain bulan Sya’ban, yaitu setiap siang, malam, setiap pekan.

Ada juga beberapa amal yang diserahkan langsung kepada Allah tanpa menunggu waktu-waktu tersebut, yaitu catatan amal shalat lima waktu. Namun di bulan Sya’ban semua amalan diserahkan kepada Allah secara keseluruhan.

Ketiga, turunnya ayat yang menganjurkan umat muslim untuk bershalawat.

Bulan Sya’ban juga dikenal sebagai bulan shalawat. Karena pada bulan tersebut ayat tentang anjuran shalawat diturunkan, “Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (al-Ahzab ayat 56)

Dalam ayat ini mengingatkan tentang kesempurnaan dan tingginya derajad yang dimiliki Rasulullah dihadapan umatnya bahkan di sisi Allah SWT. Allah memuji Nabi Muhammad di hadapan para malaikat, karena Allah mencintai Rasulullah serta para malaikat yang didekatkan pun memuji Beliau serta mendoakannya.

Shalawat tersebut merupakan bentuk penghormatan dan kecintaan kepada Beliau serta untuk menambah kebaikan kita, menghapuskan kesalahan kita. Ucapan shalawat dan salam yang terbaik adalah yang Beliau ajarkan kepada para sahabatnya, yaitu yang biasa kita baca dalam tasyahud.

Karena itulah, selain memperbanyak puasa, amal kebaikan lainnya yang tidak kalah pentingnya di bulan ini adalah bershalawat. Banyak keutamaan shalawat yang sudah dijabarkan dalam berbagai hadist Nabi.

Semoga dalam menyambut bulan Sya’ban ini kita tetap istiqamah dalam ibadah. Ketika seluruh amal kita diserahkan kepada Allah, kita berada dalam keadaan yang sempurna menjalankan ibadah hanya mengharap ridha Allah.

ISLAMKAFFAH