Kenapa Pengeluaran Tiap Ramadan Malah Boros? Simak Tips Ini Agar Tidak Boncos!

Kenapa Pengeluaran Tiap Ramadan Malah Boros? Simak Tips Ini Agar Tidak Boncos!

Sebagian besar umat Islam tentu merasakan bahkan juga mengalami kalau setiap bulan Ramadan, pengeluaran suka lebih besar dari bulan-bulan lain. Padahal. kalau dipikir-pikir, seharusnya bulan Ramadan justru menjadikan pengeluaran bisa lebih ditekan.

Bagaimana tidak. Toh dengan hadirnya bulan puasa, maka secara praktis, alokasi belanja bisa lebih sedikit mengingat volume makan dan jajan yang mungkin dihari-hari biasa sehari bisa tiga kali, ketika bulan Ramadan hanya Sahur dan buka puasa saja.

Namun itu hanya sebatas teori, yang tentu saja prakteknya banyak berbeda. Namun demikian, pengeluaran yang besar itu faktor penyebabnya tidak hanya pada diri sendiri, melainkan terdapat banyak faktor.

Misalnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap kali menjelang dan pada saat bulan puasa, kebutuhan pangan atau kebutuhan pokok mengalami kenaikan. Bahkan sebelum bulan puasa, harga beras mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yakni sempat naik hingga Rp 18.000 per kg. Belum lagi harga-harga makanan lain seperti daging, telor, cabai dan lain sebagainya.

Faktor selanjutnya adalah berasal dari internal, seperti ada tambahan anggaran ini dan itu. Misal, sedekah, mudik, buka bersama, alokasi THR,  membeli atau memasak makanan yang khas seperti opor, dan lain sebagainya.

Nah, supaya tidak boncos atau tekor saat Ramadan, kamu perlu menyimak beberapa tips berikut ini:

Pertama, susun semua rencana pengeluaran. Buatlah anggaran yang jelas untuk pengeluaran selama bulan Ramadan. Mulai dari makan harian mau seperti apa, kemudian apakah punya program khusus di bulan ramadan sampai urusan mudik. Semuanya harus disusun dan ditentukan berapa banyak uang yang akan akan alokasikan untuk hal tersebut. Tentu sesuaikan dengan kondisi keuangan kamu.

Perencanaan keuangan tersebut sesuai dengan peritah Allah sebagaimana tercantum dalam surat Al-Furqon ayat 67 :

Dan orang-orang yang apabila dalam membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian itu”.

Kedua, buat skala prioritas. Jika sudah disusun rencana pengeluaran selama bulan Ramadan dan dikelompokkan pengeluaran tersebut sesuai dengan jenis income, maka buatlah skala prioritas. Artinya, apabila dari pengeluaran yang sudah disusun dilihat dari kecukupan dananya.

Kalau dari semua pengeluaran dan disesuaikan dengan sumber pemasukan tidak cukup, maka pilah-pilah lagi mana yang top priority. Untuk bisa memilih yang prioritas, maka kita harus mengendalikan hawa nafsu. Dan inilah makna hakiki puasa, yakni menahan hawa nafsur.

Ketiga, ubah mindset bahwa berbuka puasa adalah ajang ‘balas dendam’ selama menahan lapar seharian. Inilah mindset yang menjangkiti hampir seluruh umat Islam pada umumnya, sehingga sajian makanan saat buka puasa secara porsi lebih banyak dan terdapat beraneka ragam makanan yang pada hari biasa jarang tersaji.

Oleh karena itu, mindset tersebut harus dirubah. Buka puasa bukanlah ‘ajang balas dendam’ menahan lapar seharian. Tetapi puasa adalah momentum untuk mengatur diri agar fokus beribadah secara maksimal.

Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa terlepas dari faktor eksternal seperti terjadinya kenaikan bahan pokok saat Ramadan, sejatinya yang bikin boncor dan boros itu bukan puasa, melainkan gaya dan bagaimana kita mengelola pengeluaran dengan cermat dan sederhana.

ISLAMKAFFAH