Ketika Rasulullah SAW melaksanakan Mi’raj ke Sidratil Muntaha, Rasulullah SAW diperlihatkan keadaan seseorang yang ahli ibadah dan maksiat, selain itu beliau juga melihat Neraka. Berikut adalah kisah ketika Nabi Muhammad melihat neraka dalam peristiwa Isra dan Mi’raj.
Kisah Nabi Muhammad melihat neraka disampaikan oleh Syekh Ahmad Dardir, ulama ternama dalam bidang ini. Karyanya yang berjudul Dardir Mi’raj, menjadi rujukan utama untuk membaca kisah ini. Beliau menceritakan;
Ketika Rasulullah SAW selesai melakukan Mi’raj, beliau menceritakannya kepada para Sahabat. Beliau menceritakan “diterangkan: “Di dalam surga terdapat buah delima yang besarnya sebesar kulit unta yang ada muatannya dan burung-burung surga itu sebesar Unta Khurasan yang memiliki dua punuk (punggung).”
Shahabat Abu Bakr berkata: “Ya Rasulullah! Apakah dagingnya nikmat?” Kanjeng Nabi berkata: “Saya pernah memakan daging burung itu. Sungguh dagingnya benar-benar nikmat melebihi kenikmatan seluruh daging yang pernah aku rasakan. Dan saya berharap kamu bisa makan daging burung tersebut.”
Lalu Kanjeng Nabi melihat Telaga Kautsar yang di dua tepinya terdapat rumah-rumahan kecil yang terbuat dari mutiara yang dilubangi. Tanahnya berbau harum seperti minyak misik. Lantas Kanjeng Nabi diperlihatkan batu dan besi di neraka. Di situ tempat kemurkaan, kutukan, dan siksaan Allah SWT. Seumpama batu dan besi dilemparkan ke dalam neraka, tentu akan hancur binasa dan meleleh.
Di dalam neraka tiba-tiba ada sekelompok orang/umat yang semuanya memakan bangkai. Kanjeng Nabi bertanya: “Siapa mereka ya Jibril?” Jibril menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang pekerjaannya suka memakan daging manusia (artinya: orang- orang yang gemar mengumpat).”
Di situ, Kanjeng Nabi melihat Malaikat Malik penjaga neraka. Wajahnya selalu terlihat sadis dan memancarkan aura kemarahan yang sangat membara. Kanjeng Nabi mengawali berucap salam kepada Malaikat Malik. Lalu pintu neraka ditutup untuk menghormati Kanjeng Nabi.
Lantas Kanjeng Nabi dibawa naik ke Sidrotul Muntaha. Kanjeng Nabi diselimuti kabut yang menyerupai mendung yang warnanya beraneka ragam. Dan Jibril punberhenti. Kanjeng Nabi lalu dibawa naik ke Mustawa (sebuah tempat tinggi yang biasanya dijadikan sebagai tempat peristirahatan).
Di tempat tersebut, beliau terdengar gemricik kolam-kolam. Di situ, beliau juga melihat seorang lelaki yang diliputi oleh Nurul ‘Arsy. Kanjeng Nabi bertanya: “Siapa dia wahai Jibril? Apakah seorang Malaikat?” Jibril menjawab: “Bukan!” Kanjeng Nabi bertanya lagi:“Apakah seorang nabi?”
Dijawabnya kembali: “Bukan!” Kanjeng Nabi bertanya sekali lagi: “Lantas siapakah dia?” Dan dijawablah: “Dia adalah seorang lelaki yang semasa hidup di dunia, lisannya selalu basah sebab dibuat dzikir kepada Allah SWT. Dan hatinya selalu terikat erat dengan masjid. Serta tidak pernah memusuhi-tidak pernah menyakiti hati kedua orang tuanya.”
Demikianlah ilustrasi Neraka, ketika bersua dengan Nabi Ibrahim As, Nabi Muhammad SAW diminta untuk menyampaikan amalan kepada umatnya. Ketika Nabi Muhammad SAW bersua dengan Nabi Ibrahim AS, beliau berkata: “Selamat datang wahai anakku dan nabi yang shalih.”
Lantas Nabi Ibrahim berpesan: “Perintahkanlah kepada umatmu, agar memperbanyak tanaman dan perhiasan surga, karena sesungguhnya tanah surga itu sangatlah bagus-subur dan luas.” Kanjeng Nabi bertanya: “Apa tanaman surga tersebut?” Nabi Ibrahim AS berkata: “ Yaitu: laa hawla wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adhiim.”
Menurut salah satu riwayat diterangkan bahwa: “Tolong sampaikan salam saya kepada umatmu dan ceritakanlah bahwa surga itu tanahnya bagus-sangat subur, tawar dan segar airnya. Adapun sesungguhnya tanaman surga tersebut adalah: subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallahu wallahu akbar.”
Demikianlah ilustrasi neraka yang diriwayatkan oleh Syekh Ahmad Dardir dalam kitabnya yang berjudul Al-Dardir ala Qissat al-Mi’raj halaman 19. Semoga bermanfaat, Wallahu a’lam bi al-shawab.