Alquran memang menempatkan hewan atau binatang pada kedudukan yang lebih rendah dari manusia. Meski begitu, Alquran memerintahkan manusia agar memperlakukan hewan dengan rasa belas kasihan dan tidak menganiaya. Hewan sangat akrab dengan keseharian manusia.
Ada yang menjadi hewan ternak maupun peliharaan, di samping yang hidup liar di alam. Maka itu, sudah selayaknya apabila kehidupan binatang harus dilindungi. Pada dasarnya, hewan beserta makhluk yang lain juga senantiasa memuji Allah, walaupun pujian tersebut tidak dinyatakan sebagaimana yang manusia perbuat.
Sebagaimana firman Allah SWT, ”Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memujinya.” (QS :al-Israa’ [17] : 44).
Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW telah memberikan contoh terbaik untuk menyayangi hewan. Beliau sangat memperhatikan kehidupan mereka, dan melarang siapapun untuk menyakiti binatang, termasuk memberi beban di luar batas kemampuannya.
Pernah suatu hari di tengah perjalanannya, Rasulullah melihat seekor unta yang kurus kering dan menderita karena kelaparan. Tak ayal, hal itu menimbulkan kemarahan Rasulullah dan berkata ke pemiliknya, ”Takutlah kepada Allah, karena perlakuan yang kejam terhadap hewan-hewan itu.”
Begitu pula ketika Nabi SAW masuk ke dalam kebun milik seorang Anshar, dilihatnya seekor unta yang merintih dan meleleh air matanya. Rasulullah segera mendekati unta itu, dan mengelus-elus belakang telinganya hingga hewan itu menjadi tenang. Seketika, Rasul bertanya, ”Siapa pemilik unta ini?” Seorang pemuda menyahut, ”Aku pemiliknya, ya Rasulullah.”
Rasulullah pun menegurnya, ”Tidakkah engkau takut kepada Allah karena memperlakukan hewan yang Allah telah memberikan kepadamu dengan kejam? Engkau laparkan perutnya, meletihkan tubuhnya karena kerja yang tiada henti, dan memaksa di luar kemampuannya.”
Disebutkan dalam buku Rasulullah Manusia Tanpa Cela, menyiksa atau menyakiti binatang tanpa rasa belas kasihan, adalah pantangan bagi Rasulullah. Terlebih membunuh binatang tanpa alasan, sebuah tindakan yang dilaknat Nabi.
Hadis riwayat Ibnu Umar mengisahkan, pernah seorang wanita disiksa di neraka lantaran mengurung seekor kucing hingga mati. ”Ia masuk ke dalam neraka, karena saat ia mengurungnya, ia tidak memberi makan kucing itu, juga tidak melepaskannya agar kucing itu bisa mencari makan sendiri.”
Beberapa hadis juga meriwayatkan, Rasulullah memperingatkan supaya jangan merampas nyawa burung sekadar untuk main-main tanpa ada manfaat yang diperoleh darinya. Rasulullah bersabda, ”Siapa orang yang membunuh burung dengan sia-sia, maka burung tersebut akan datang pada hari kiamat dan dengan suara keras mengadu kepada Allah, ”Ya Tuhan, si Fulan merampas nyawaku, menganiayaku dan membunuhku tanpa suatu yang bisa dimanfaatkan olehnya, sehingga aku mati sia-sia.”
Bahkan katak pun dilarang untuk dibunuh. Menurut Nabi, suaranya yang bising dan sahut menyahut itu pada hakikatnya merupakan suara tasbih katak saat memulaikan Allah SWT. Larangan serupa juga berlaku bagi siapapun yang gemar mengadu hewan, apalagi hanya untuk berjudi.
Satu hal yang penting mendapat perhatian yakni pesan Nabi agar berlaku lemah lembut terhadap hewan yang hendak disembelih. Jangan sampai hewan itu merasa sangat kesakitan dengan sembelihan yang dilakukan. Nabi bersabda, ”Tajamkanlah pisau terlebih dahulu sebelum hewan yang akan disembelih itu dibaringkan.” (HR at Thabrani).
Islam merupakan ajaran paripurna sebagai rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam. Dan umat manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT paling sempurna, mengemban tanggung jawab untuk mewujudkan harapan tersebut.
Maka itu, keselamatan dan kelestarian segenap alam, termasuk di dalamnya makhluk Allah lainnya, haruslah dijaga dengan sebaik-baiknya. Berbuat kerusakan ataupun kehancuran pada makhluk lainnya, berarti bertentangan dengan perintah Allah SWT.