Shalat merupakan perintah wajib yang menjadi amalan pertama saat dihisab. Karenanya, saat mendirikan shalat kita harus benar-benar khusyuk. Tetapi terkadang sulit bagi kita mencapai kekhusyukan tersebut.
Sebagai manusia biasa kita dipenuhi oleh segala aktivitas dan masalah kehidupan yang pastinya banyak menyita waktu dan juga pikiran. Dan masalah tersebut sering terbawa saat hendak sholat membuat ibadah kita menjadi kurang khusyuk.
Dalam buku Sehat Tanpa Obat yang dituls oleh DR, H. Brilianto M. Soenarwo dan KH. Muhammad Rusli Amin, MA, dijelaskan terdapat kiat-kiat agar sholat menjadi khusyuk sebagaimana para ulama menyebutkannya,
1. Menyerahkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala secara total, saat kita shalat sikap pasarh, berserah diri, secara total sudah sewajarnya kita lakukan. Menumbuhkan kesadaran, betapa kita memerlukan bantuan dan pertolongan dari-Nya. Segala yang terjadi dalam kehidupan kita merupakan kehendak dari-Nya.
2. Merasa sebagai makhluk paling hina di alam semesta, ketika kita shalat terkadang kita masih membawa jabatan dunia. Merasa bahwa dirinya harus dihormati karen ajabatan yang dia miliki. Rasa seperti inilah yang harus dihapus saat mendirikan sholat. Bahkan kita harus merasa sebgai makhluk yang paling hina dihadapan-Nya.
3. Mengharap Rahmat dan Kasih Sayang Allah Subhanahu Wa Ta’ala, ketika sholat sudah selayaknya mengantarkan kita pada fase “kefakiran”. Saat shalat kita sedang berhadapan dengan Allah yang memiliki atas segalanya. Maka memintalah rahmat dan kasih sayang dari-Nya.
4. Takut akan keras dan pedihnya azab Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas dosa-dosa kita, sepeti yang tercermin pada kulit Ali bin Al-Hasan yang menjadi pucat pasi karena takut saat hendak sholat. Rasa takut tersebut harus kita munculkan, ingat kita ini adalah makhluk pendosa, yang banyak berbuat khilaf dan dosa. Bayangkan kepedihan akan azab dari dosa kita selama ini.
5. Membayangkan nikmatnya Surga, selain membayangkan azab dari dosa, kita juga perlu membayangkan akan nikmatnya surge. Dengan begitu akan menimbulkan harapan dan optimism di dalam hati kita, dan akan mendorong kita memperbanyak amalan yang nantinya akan mengantarkan kita ke surga.
6. Mendambakan kebahagian melihat “Wajah” Allah Subhanahu Wa Ta’ala di akhirat nanti, tidak ada kebahagian bagi seorang hamba yang melebihi kebahagian dapat melihat “Wajah” Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena Allah sunggh-sungguh akan memperlihatkan “Dirinya” kepada hamba-hamba-Nya yang dirahmati.