Kiat Meraih Kebahagiaan Sejati

Mengapa banyak orang merasa tak bahagia hatinya?

Ya, karena ia memandang kebahagiaan dengan sudut pandang orang lain. Realitanya, ada seorang ibu yang tetap bisa menikmati oase kebahagiaan meski harus bekerja 24 jam mengurus rumah tangga, apa rahasianya? Karena ia memaknai semua yang dilakukannya adalah sebuah ibadah kepada Allah Ta’ala. Mungkin seseorang hidup di desa yang banyak penyakit, dengan kehidupan ekonomi yang tidak cukup baik, namun ia merasa bahagia karena dia merasa semua yang terjadi adalah hal terbaik yang ditetapkan Allah Ta’ala. Ini merupakan bukti keimanannya kepada takdir Allah Ta’ala.

Ibnu Rajab rahimahullah berkata: “Segala sesuatu yang menyakitkan jiwa dan menyusahkannya adalah sebagai penghapus dosa.” (Majmu’ Rasail, 17/4).

Sufyan Ats Tsauri rahimahullah berkata: “Telah sampai kepada kami bahwa pahala yang paling banyak didapati seorang Muslim dalam catatan amalnya adalah (dari) kesusahan dan kesedihan” (Al Hilyah, 7/50).

Dan versi kebahagiaan seorang mukmin adalah standar akhirat. Obsesi akhirat inilah yang membuat seorang mukmin selalu bahagia setiap saat, bukan visi bahagia standar Firaun, Qarun, Hamam, dan lain-lain, yang paradoks dengan level kebahagiaan hakiki yang dikehendaki Allah Ta’ala dan rasul Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.

Di bawah ini ada tiga kiat agar hati selalu bahagia dunia dan akhirat,

1. Ridha dengan takdir Allah Ta’ala

Mengimani bahwa segala yang terjadi baik suka maupun duka adalah takdir Allah Ta’ala yang tidak akan luput dan tidak bisa dihindari. Semua yang terjadi tak lepas dari ilmu Allah Ta’ala, Allah Maha berbuat menurut pilihan dan kehendak-Nya.

Asy Syaikh Muhammad Ali Adam Al Ityubi berkata: “Yang terbaik untuk kita ialah pada yang Allah tetapkan bukan pada yang kita inginkan. Meski tentunya, bisa saja yang kita inginkan itu juga yang Allah tetapkan. tapi ingat, saat yang Allah tetapkan untuk kita berbeda dengan yang kita inginkan. itu bukan karena Allah semata ingin menggagalkannya. Tapi karena Allah tahu bahwa yang terbaik untuk kita bukan pada ada sesuatu yang kita inginkan itu, tapi pada hal yang Dia tetapkan. Sesungguhnya Allah ialah Yang membagikan rezeki dan penghidupan sesuai dengan tuntutan hikmah-Nya. Tidak layak seorang hamba melihat pada orang lain. Sebab akan membuatnya menganggap remeh rezeki yang sudah Allah berikan kepadanya berdasarkan hikmah dan hukum-Nya.” (Asy Syaikh Muhammad Ali Adam Al Ityubi dalam penggalan pembahasan hadits kedua dari kitab Al jami‘ dari Bulughul Maram).

Subhanallah… dengan senantiasa belajar rububiyah Allah, memahami sifat-sifat indah dan mulia dari Allah Ta’ala, percaya kita selalu bahagia dan mampu menjalani hidup dengan keyakinan bahwa semua ini telah ditentukan Allah Ta’ala.

2. Selalu Bersyukur dan Bersabar

Ikrimah rahimahullah berkata: “Tidaklah ada seorang pun ia pasti merasakan suka dan juga duka. Oleh karena itu jadikanlah suka itu syukur dan duka itu sabar.” (Tafsir Ibnu Katsir, 8/27)

Dari Abu Yahya Shuhaib Bin Sinan radhiyallahu’anhu ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali oleh orang mukmin, yaitu Jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. dan jika ia mendapat kesusahan ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya.” (HR. Muslim no. 2999).

Kebahagiaan itu akan dinikmati seorang mukmin ketika ia mampu hidup optimis dalam suka maupun duka, dalam lapang maupun sempit. Karena semua itu jika tidak disyukuri, hati akan terasa sempit. Alangkah mulia akhlak seorang mukmin tatkala ia bisa menyembunyikan kesusahannya dan mampu tegar serta bersikap wajar tatkala diberi nikmat dan selalu berbaik sangka pada Allah Ta’ala.

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ

Siapa yang menampakan kecukupan, niscaya Allah akan membuatnya kaya” (HR. Bukhari no. 1469, Muslim no. 1745)

Kita tetap bisa bahagia meski dalam segala keterbatasan hidup, pola pikir islami inilah yang membuat mukmin tak pernah stres dan depresi. Hati lapang dada, tidak hasad, dan tetap semangat karena segala yang ditentukan Allah Ta’ala baik untuk hamba-Nya.

3. Memiliki Teman Saleh

Teman yang saleh yang mengajak pada ketaatan adalah anugerah istimewa yang membahagiakan. Sahabat yang selalu memberi rasa nyaman, memotivasi beramal saleh, dan selalu mencintainya, selalu bertanya tentang kabarmu, tidak bosan denganmu, memaafkan, menasehatimu ketika bersalah dan menyertakanmu dalam doa-doanya.

Ubaidillah bin Al Hasan rahimahullah pernah berpesan kepada seseorang, “Wahai Fulan, Perbanyaklah teman-teman (yang saleh). Dikarenakan paling tidak hal terkecil yang bisa kamu dapatkan ketika kabar kematianmu sampai kepadanya ia akan mendoakan kebaikan untukmu.” (Al Ikhwan Ibnu Abid Dunya, hal. 78)

Teman saleh bisa mengantarkan kita untuk kebahagiaan dunia akhirat. Membuat tensi iman memuncak, karena itu perbanyaklah teman saleh sehingga Anda bahagia.

Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata: “Jika engkau memiliki teman yang membantu melaksanakan ketaatan kepada Allah, maka genggamlah ia erat-erat karena sesungguhnya mencari teman yang saleh itu susah, namun melepaskannya mudah.” (Hilyatul Auliya’ 4/101)

  1. Semoga uraian ini bermanfaat dan dan seharusnya kita selalu membahagiakan diri dengan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, Membuat orang lain di sekitar kita bahagia serta memohon kepada Allah Ta’ala agar kebahagiaan itu meretas sampai surga.

Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa

Referensi:

1. Majalah As-Sunnah edisi 6/ THN XX/ 1437 H

2. https://t.me/nasehatetam/3870

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/14235-kiat-meraih-kebahagiaan-sejati.html