Artikel ini akan menjelaskan tentang Khalifah Al-Hakam II mendamaikan konflik Nasrani. Dalam literatur sejarah Islam, Andalusia merupakan sebuah peradaban Islam yang dikenal dengan masa keemasan dan mengalami banyak kemajuan.
Salah satu khalifah yang dikenal sebagai mercusuar dalam menyempurkan Spanyol dan membuat Cordoba semakin dikenal oleh dunia adalah Hakam II. Ia adalah anak dari Abdurrahman III.
Ia diangkat sebagai khalifah pada umur 45 tahun menggantikan ayahnya. Kekuasaan umayyah di Andalusia menjadi babak baru dalam kekhalifahan Islam pada saat itu. Jika dilihat dari silsilah khalifah, Hakam II merupakan khalifah kesembilan dalam sejarah dinasti Umayyah di Andalusia.
Namun, karena pada masa Daulah Umayyah di Andalusia dari Abdurrahman Ad-Dakhil hingga Abdullah bin Muhammad tidak disebut Khalifah, tapi amir. Baru kemudian, sebutan khalifah terjadi pada Abdurrahman III. Maka Hakam II disebut sebagai khalifah kedua Daulah Umayyah di Andalusia (Faisal Ismail, Sejarah dan kebudayaan Islam Periode Klasik Abad VII-XIII M, Yogyakarta: IRCiSoD, 2017).
Secara kepribadian, ia adalah pembaca ulung yang sangat mencintai ilmu. Ia juga disebut sebagai pecinta sastra yang memiliki ribuan sumber referensi. Bacaan yang dimilikinya pada saat itu merupakan bentuk tulisan tangan. Karena pada waktu, mesin percetakan belum ada. Tidak hanya kecintaan itu, ia juga menghargai para pecinta ilmu dengan memberikan apresiasi yang besar terhadap sebuah karya.
Dikisahkan bahwa, ada seorang pejangga Arab yang bernama Abul Faraj. Saat itu ia sedang Menyusun sajak dan lagu yang diber nama Al-Aghani. Mengetahui hal itu, Hakam II segera mengirimkan utusan untuk menemui sang penulis. Dalam pertemuan itu, Abul Faraj dibayar dengan harga 1.000 dinar emas untuk karya tersebut. Hal ini barangkali menurun dari ayahnya, Abdurrahman III yang juga berhasil membawa Spanyol kepada zaman keemasan Islam.
Ia melakukan berbagai terobosan untuk kemajuan terutama di bidang keilmuan dan juga kedokteran. Sebagai seorang pemuda yang sudah sering mengetahui kegiatan ayahnya dan juga ikut andil dalam kegiatan yang dilakukan sang ayah, ia tampil sebagai seorang pemuda terdidik yang sangat mendukung terhadap kemajuan bidang keilmuan.
Hal itu terbukti dalam masa kepemimpinannya, ia mendirikan banyak universitas, yang kemudian banyak mahasiswa dari kalangan Yahudi, Kristen belajar di kampus tersebut. pada setiap ibu kota di bawah naungan kekuasaannya, sekolah-sekolah dibangun, hingga tidak ada satu kota kecil pun yang tidak ada sekolahnya.
Ilmuwan dan akademisi didatangkan untuk mengajar di Spanyol, ia dikenal sebagai pemimpin yang sangat menghargai terhadap ilmu.
Berdasarkan silsilah keturunan, serta pengalaman mendampingi ayahnya, ia sudah mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin menggantikan ayahnya. Tidak heran, dalam kepemimpinannya ia banyak sekali melakukan terobosan baru yang dilakukan, dimana sebelumnya pernah dilakukan oleh ayahnya.
Pemerintah al-Hakam ditandai dengan rasa aman dan tentram di kalangan penduduk karena mereka bukan saja makmur yang berlimpah akan tetapi kuga berkeadilan. Para penguasa Nasrani yang bertetangga dengannya, di daerah Spanyol atau Andalusia mengakui kedaulatan al-Hakam.
Bahkan dalam beberapa perselisihan antar mereka, bila tidak mampu menyelesaikan sendiri, para penguasa Nasrani sering memohon agar khalifah al-Hakam II turut mengulurkan tangan dalam kemelut tersebut dengan memberikan keputusan.
Al-Hakam II tidak membeda-bedakan bantuan yang diberikan kepada orang lain. Selain itu, peran tersebut membuktikan bahwa, keputusan yang berasal dari al-Hakam II memberi pengaruh cukup besar terhadap penguasa Yahudi.
Selain memiliki toleransi yang cukup besar dalam hubungannya dengan masyarakat penguasa non-muslim. Ia juga sangat baik dengan kerajaan Kristen di Iberia Utara, dan menggunakan stabilitas kepada pengembangfan agrikultur melintasi pembangunan irigasi. Relasi itu kemudian memperkenalkan kemajuan Islam Andalusia, pada masa kepemimpinan Hakam II dalam kemajuan Teknik pembuatan kapal dan navigasi (Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2016).
Tidak hanya itu, kemajuan ilmu pengetahuan di bawah kepemimpinan Hakam II diantaranya: kemajuan intelektual dari bidang saasntra, pembangunan fisik, dll. Selain itu, bidang filsafat, Fiqih, pembangunan arsitektur. Kita meyakini bahwa, al-Hakam II adalah sosok khalifah yang memiliki integritas tinggi.
Terbukti, dalam melakukan perannya sebagai khalifah, ia tampil sebagai sosok yang bisa berdiri di tengah-tengah perbedaan, dan memiliki pengaruh tidak hanya bagi kalangan muslim saja.
Demikian penjelasan kisah Khalifah Al-Hakam II mendamaikan konflik Nasrani. Semoga bermanfaat.