Kok Ada, Manusia-Manusia yang Mendukung Negara Zionis – ‘Israel’

Kok Ada, Manusia-Manusia yang Mendukung Negara Zionis – ‘Israel’

Sejak awal, gerakan Zionis sudah menggunakan klaim-klaim keagamaan Yahudi untuk merampas wilayah Palestina dengan menjajah, jadi aneh jika masih ada yang membela penjajahan dan penindasan

Oleh: Dr. Adian Husaini

MASALAH Palestina sebenarnya begitu sederhana dan jelas. Akar masalahnya adalah penjajahan suatu bangsa yang rasis terhadap negeri dan penduduk Palestina.

Sejak awal mula berdirinya, 14 Mei 1948, negara ‘Israel’ memang didirikan dengan kekerasan dan teror. Anehnya, ada saja manusia-manusia di muka bumi ini yang justru mendukung negara Zionis ‘Israel’.

Sejak berdirinya, negara Zionis ‘Israel’ telah menggunakan logika kekuatan untuk mewujudkan ambisinya menguasai negeri  Palestina.  Pada 29 April 2003, saat peringatan Holocaust, tokoh Zionis Ariel Sharon berpidato:

“The murder of six million Jews has demonstrated that the Jewish people can only achieve security through strength.” (Pembunuhan enam juta orang Yahudi telah menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi hanya dapat mencapai keamanan melalui kekuatan) (Ariel Sharon)

Dengan mengenakan peci khas Yahudi (kipa) Sharon menegaskan, bahwa hanya kekuatan (strength) yang dapat menyelamatkan bangsa Yahudi. Karena itu, ia tidak terlalu percaya pada penggunaan cara-cara yang dinilainya menunjukkan kelemahan, seperti diplomasi, perundingan, dan sejenisnya.

Logika kekuatan ini memang banyak dianut oleh para tokoh Zionis. Salah satunya, Vladimir Jabotinsky. Gideon Shimony, penulis buku The Zionist Ideology (1995)  menyebut Jabotinsky seorang Zioinis yang brilian, orator ulung, yang tumbuh di komunitas Yahudi Rusia.

Teori-teorinya banyak diaplikasikan dalam gerakan Zionisme, terutama dalam penggunaan kekuatan dan segala cara yang memungkinkan untuk mewujudkan impian Zionis, termasuk penggunaan kekerasan.  

Ralph Schoenman, dalam bukunya The Hidden Agenda of Zionism,  juga banyak mengungkap pemikiran Jabotinsky dalam mewujudkan impian Zionis.  Bahkan, kaum Zionis tidak tabu untuk bekerjasama dengan Nazi Jerman, kaum pembantai Yahudi sendiri.

Fakta-fakta kerjasama Nazi Jerman dengan gerakan Zionis untuk menggiring orang Yahudi ke Palestina juga diungkap sejawaran Inggris, Faris Glubb, melalui bukunya,  Zionist Relations with Nazi Germany (1979).

Yang lebih mengerikan, sebagian kaum Zionis mencari legitimasi penggunaan kekerasan pada sejarah nenek moyang mereka sebagaimana tertulis dalam Bibel:

“Bersoraklah, sebab Tuhan telah menyerahkan kota ini kepadamu. Dan kota itu dengan segala isinya akan dikhususkan bagi Tuhan untuk dimusnahkan.” (Yosua, 6:16-17).

“Hanya seorang pelacur dan seisi rumahnya yang diselamatkan. (Yosua 6:17). “Mereka menumpas dengan mata pedang segala sesuatu yang dalam kota itu, baik laki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda, sampai kepada lembu, kuda, dan keledai.” (Yosua, 6:21).

Melihat track record  perilaku kaum Yahudi Zionis selama ini, maka pembantaian ribuan warga Palestina di Gaza yang berlangsung terus-menerus, bukan hal yang aneh. Zionis Yahudi memang haus darah. Mereka belum puas mencaplok wilayah Palestina, membunuh dan mengusir jutaan penduduknya.

Karena itu, kita benar-benar patut terheran-heran, di Indonesia – negeri muslim terbesar di dunia —  ada manusia-manusia yang masih menaruh simpati kepada ‘Israel’ dan terus mencerca para pejuang kemerdekaan Palestina. 

Sebagian pendukung itu menggunakan argumentasi agama. Bahwa, tanah Palestina memang hak mutlak bangsa Yahudi. Bangsa lain dilarang tinggal di situ.

Dalam Kitab Kejadian 12:3, disebutkan:  “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”

Esther Kaplan, dalam bukunya, With God on Their Side, (2004) memaparkan banyak contoh bagaimana kaum Kristen fundamentalis (disebutnya “The Zionist Christians”) sangat mendukung aksi pendudukan ‘Israel’ atas Pelestina.

Jerry Falwell, tokoh Kristen fundamentalis AS, misalnya, tahun 1980 menulis buku ”Listen America!”  yang menjelaskan keharusan kaum Yahudi kembali ke tanah mereka, sebagai salah satu pertanda kedatangan Kristus yang kedua. 

Karena itu,  kaum kristen fundamentalis AS memberikan dukungan yang sangat kuat bagi pendudukan ‘Israel’ atas Palestina. Tahun 2002, saat Presiden Bush menyerukan penarikan tank-tank ‘Israel’ dari Tepi Barat, Falwell menghimpun 100.000 email untuk memprotes ucapan Presiden Bush.

Sejak awal, gerakan Zionis memang sudah menggunakan klaim-klaim keagamaan Yahudi untuk merampas wilayah Palestina. Aksi ini kemudian dilegitimasi oleh PBB melalui Resolusi Majelis Umum PBB No. 181 tahun 1947. 

Tetapi, PBB tidak melegalkan pendudukan ‘Israel’ atas wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza, serta Yerusalem. Daerah pendudukan inilah yang kini dicadangkan untuk menjadi wilayah negara Palestina merdeka.

Itu hanya sebagian kecil dari wilayah yang dirampas Zionis Yahudi. Tetapi, daerah yang kecil itu pun terus-menerus dijarah oleh pemukim Yahudi ilegal.

Ketika bangsa Palestina melakukan perlawanan dan perjuangan mewujudkan kemerdekaan, mereka disebut teroris. Syukurlah kini terjadi kebangkitan nurani dunia. Sebagian besar negara di dunia saat ini mendukung kemerdekaan Palestina. Semoga Allah berikan pertolongan-Nya. Amin.*/Jakarta, 15 November 2023

Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), pernah menulis tesis masternya berjudul “”Pragmatisme Kebijakan Luar Negeri ‘Israel’

HIDAYATULLAH