Alkisah, ada dua orang bersahabat dari Indonesia yang pergi haji bersama. Kemana-mana mereka selalu bersama. Suatu pagi, habis shalat subuh di Masjid al-Haram mereka kepingin minum kopi panas seperti layaknya jama’ah lain.
Seorang dari mereka berkata “Kang, ayo kita cari kopi panas kang, biar seger”. “Sampeyan bisa ngomongnya nggak?” Wah, aku dulu pernah sekolah di Madrasah Diniyah awaliyah tapi cuma sampai kelas tiga. Tapi kalau kopi aku masih ingat bahasa arabnya “Qohwah” kang. Bahasa arabnya panas apa ya? Setelah berpikir sejenak ketemu ide “oh ya, yang panas itu kan neraka jahannam kang”. Jadi? Kopi panas ya “qahwah jahannam”.
Sekarang kalau mau bilang “kopi panas, dua” gimana?. Mereka berdua berfikir lagi… dan… “nah, ketemu kang bahasa arabnya dua. Tadi kita kan shalat subuh “rok’ataini” kang. Terus? Kalu gitu nanti ngomongnya ya gampang ” qahwah jahannam rok’atain”.
Begitu, sampai di depan kedai kopi sebelah masjid. Di tengah kerumunan orang banyak dari berbagai negara itu, tanpa ragu lagi salah satu dari mereka berujar ” Qahwah Jahannam rok’atain”. Kontan saja, semua orang Arab yang mendengarnya tersipu-sipu.
Untung, pelayan kedai itu paham maksud orang indonesia itu.