Kultum Ramadhan Singkat; Puasa Ramadan dan Ketakwaan Sosial

Kultum Ramadhan Singkat; Puasa Ramadan dan Ketakwaan Sosial

Puasa Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tapi juga merupakan kesempatan untuk meningkatkan ketakwaan sosial. Ketakwaan sosial berarti memiliki rasa empati, peduli, dan kasih sayang terhadap sesama manusia. Berikut “Kultum Ramadhan singkat; Puasa Ramadan dan Ketakwaan Sosial.

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ الْوَفَا أَمَّا بَعْدُ.

Jamaah Kultum Ramadhan Singkatyang Dirahmati Allah

Puasa dalam Islam ada yang hukumnya sunnah dan wajib. Untuk puasa sunnah, tidak semua umat Islam melaksanakanmya, terlebih puasa yang dikerjakan secara rutin seperti puasa Senin dan Kamis, Puasa Ayyamul Bidh, apalagi Puasa Nabi Daud AS.

Secara umum, hampir saja kita mengatakan bahwa orang yang biasa melaksanakan puasa sunnah adalah orang yang memiliki tingkat keimanan dan ketakwaan yang sangat baik. Logika sederhananya, jangankan ibadah wajib seperti shalat, ibadah sunnah yang cukup berat seperti puasa saja selalu dikerjakan.

Lain lagi jika kita bicara soal puasa Ramadan yang wajib hukumnya. Siapaun orangnya, selama dia adalah mukallaf yang tidak memiliki udzur, suka atau tidak, dipaksa atau tidak tetap wajib melaksanakannya. Artinya, puasa Ramadan wajib bagi pezina, pemabuk, penjudi, koruptor, perampok, penipu dan selururuh ahli maksiat lainnya dan juga wajib bagi para ulama dan orang awan sekalipun.

Karena kewajiban puasa Ramadan satu bulan penuh ini serentak dilakukan oleh seluruh mukalaf bila uzur, maka puasa Ramadan sangat berpotensi untuk menjadikan para sha’imin menjadi pribadi yang bertakwa, sebagaimana  tujuan dari puasa itu sendiri, la’allakum tattaqun. Harapan kita, setelah Ramadan berakhir, umat Islam seluruh dunia adalah umat yang bertakwa, khususnya di Indonesia, aamin.

Jamaah Kultum Ramadhan Singkatyang Dirahmati Allah

Dalam Al-Qur’an, surah Al-Baqarah ayat 183 dan 18, Allah berfirman mengenai kewajiban dan tujuan puasa Ramadan

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 183).

فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah.” (Q.S. Al-Baqarah: 185).

Jadi, dari dua ayat ini kita tahu bahwa Ramadan itu akan membentuk seorang Muslim menjadi orang yang bertakwa sebenar-benarnya.

Jamaah Kultum Ramadhan Singkatyang Dirahmati Allah

Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. bersbada:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ

Dari Ibnu Umar RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Islam dibangun di atas lima (landasan); bersaksi bahwa  tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadlan”. (Muttafaq Alaih).

Jamaah Kultum Ramadhan Singkatyang Dirahmati Allah

Rasulullah saw. juga bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Dari Abu HurairahRA  berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (Muttafaq Alaih).

Jamaah Kultum Ramadhan Singkatyang Dirahmati Allah

Ketakwaan seorang yang berpuasa di antaranya dapat kita simak dalam dua hadis berikut. Rasulullah saw. bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ رِوَايَةً قَالَ إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ فَإِنْ امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ.

Dari Abu Hurairah RA -secaya riwayah (menukil dan menceritakan hadits dari Nabi) beliau SAW berkata; Apabila salah seorang dari kalian berpuasa di suatu hari, maka janganlah ia berkata-kata kotor dan berbuat kesia-siaan. Bila ia caci seseorang atau menyerangnya, maka hendaklah ia mengatakan, “Sesungguhnya saya sedang berpusa.” (HR. Muslim).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَرُ.

Dari Abu Hurairah RA ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda: “Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan pahalanya selain lapar, dan berapa banyak orang yang shalat malam tidak mendapatkan selain begadang.” (HR. Ibn Majah)

Jamaah Kultum Ramadhan Singkatyang Dirahmati Allah

Al-Imam An-Nawawi dalam kitabnya Syarah Shahih Muslim mengatakan bahwa

وَاعْلَمْ أَنَّ نَهْيَ الصَّائِمِ عَنِ الرَّفَثِ وَالْجَهْلِ وَالْمُخَاصَمَةِ وَالْمُشَاتَمَةِ لَيْسَ مُخْتَصًّا بِهِ، بَلْ كُلُّ اَحَدٍ مِثْلهِ فِي أَصْل ِالنَّهْيِ عَنْ ذَلِكَ، لَكِنَّ الصَّائِمَ آكَدُ.

“Ketahuilah bahwa larangan berkata kotor, bertindak bodoh, permusuhan dan saling mencaci bukan hanya dikhususkan bagi orang yang sedamg berpuasa secara khusus. Semua larangan tersebut memang bersifat asal (kapan dan dimanapun). Terlebih hal itu dilakukan oleh orang yang sedang berpuasa.”

Oleh sebab itu, orang yang berpuasa bukanlah hanya menahan lapar dan haus, tapi ia menjaga seluruh anggota tubuhnya dari perbutan kotor dan maksiat kepada Allah. Dengan begitu, puasa yang berkualitas menjadikan orang yang melakukannhya bertakwa kepada Allah.

Semoga kaum muslimin seluruh dunia, terutama di Indonesia mampu menjalankan seluruh ranglaian ibadah Ramadan dengan penuh kualitas, terutama puasa Ramadan. Dengan demikian, ketakwaan sosial Insya Allah terwujud. Amin.

BINCANG SYARIAH