Para salaf terdahulu memberikan perhatian lebih kepada diterima-tidaknya amalan mereka, daripada kepada memperbanyak amalan. Artinya, mereka berusaha amalan mereka diterima oleh Allah dengan memperbagus kualitasnya.
Dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata:
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ: ﴿ وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ ﴾ [المؤمنون: 60]، قَالَتْ عَائِشَةُ: أَهُمْ الَّذِينَ يَشْرَبُونَ الْخَمْرَ، وَيَسْرِقُونَ؟ قَالَ: “لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُمْ الَّذِينَ يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ، وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا يُقْبَلَ مِنْهُمْ، أُولَئِكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتٍِ
“Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tentang ayat (yang artinya) : ‘Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut’ (QS. Al Mu’minun: 6). Apakah mereka ini adalah orang-orang yang minum khamr dan mencuri? Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab: “Tidak demikian wahai Aisyah, namun mereka adalah orang-orang yang puasa, shalat, bersedekah, tapi mereka takut amalan-amalan mereka tidak diterima. Merekalah orang-orang yang senantiasa berlomba-lomba untuk mengerjakan kebaikan” (HR. At Tirmidzi no. 2537, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).
Abud Darda’ radhiallahu’anhu juga mengatakan:
لئن أستيقن أن الله تَقَبَّلَ مني صلاةً واحدةً أَحَبُّ إِلَيَّ من الدنيا وما فيها
“Andaikan aku yaqin bahwa Allah menerima satu saja dari shalatku, itu lebih aku cintai daripada seluruh dunia dan seisinya” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/166).
Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu juga mengatakan:
كونوا لقبول العمل أشد اهتماماً منكم بالعمل، ألم تسمعوا لقول الله تعالى: إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Jadilah orang-orang yang lebih semangat dan fokus pada diterimanya amalan. Tidakkah kalian mendengar firman Allah Ta’ala (yang artinya): sesungguhnya Allah hanya menerima amalan dari orang-orang yang bertaqwa (QS. Al Maidah: 27)” (Tafsir Al Qurthubi, 7/411).
Maka jelas ternyata mereka lebih perhatian pada diterimanya amalan lebih banyak dari pada memperbanyak amalan.
Lalu bagaimana cara memberikan perhatian besar terhadap diterima-tidaknya amalan? Diterima-tidaknya amalan berporos pada 2 perkara, dan inilah yang wajib diperhatikan:
[1] Ikhlas, yaitu beramal shalih semata-mata karena mengharap wajah Allah. Termasuk di dalamnya memperbaiki niat, meninggalkan syirik, ihsan dalam amalan, khusyuk dalam ibadah, merasa senang dengan amalan shalih, menyembunyikan amalan, dan seterusnya.
[2] Sesuai sunnah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Termasuk di dalamnya, menuntut ilmu tentang amalan yang ia kerjakan, meninggalkan bid’ah, memperbaiki tata caranya, berusaha mengerjakan yang paling utama dari beberapa pilihan, dan seterusnya.
Wallahu a’lam, semoga Allah Ta’ala menerima amalan-amalan kita.
Penulis: Yulian Purnama
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/50472-lebih-fokus-dan-perhatian-pada-kualitas-amalan-daripada-memperbanyak-amalan.html