DALAM pelaksanaan haji, saat ihram khususnya, tidak ada untaian kalimat yang terasa amat menerbitkan keharuan dan getaran jiwa selain kalimat talbiyah. Bahkan yang belum berhaji sekalipun bisa jadi merasakan getaran tersebut sembari berharap dan menanti-kenanti kesempatan yang Allah berikan untuk melantunkannya di tempat dan waktu yang sesungguhnya.
Namun, yang sesungguhnya lebih penting dari itu adalah bagaimana makna yang terkandung dalam kalimat talbiyah meresap dalam jiwa, lalu berwujud dalam gerak nyata, dan kemudian menjadi sebuah keyakinan dan kepribadian mempesona. Karena dia mengandung hal yang sangat prinsip sekali dalam akidah kita.
Secara garis besar, kalimat talbiyah dapat dibagi dua bagian. Bagian pertama adalah”
“Aku penuhhi panggilanmu Ya Allah, tidak ada sekutu bagiMu, aku penuhi panggilanmu ya Allah.”
Labbaika adalah ungkapan penuh ketaatan saat mendengar panggilan yang diarahkan kepadanya . Dalam bahasa Arab, ungkapan ini diucapkan dari pihak yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi, seperti anak kepada orang tuanya atau murid kepada gurunya. Sebagaimana para sahabat radhiallahhu anhum, jika dipanggil Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka akan berkata, “Labbaika yaa Rasulallah.”
Dalam konteks ibadah haji, perjalanan yang panjang, ongkos dan beban berat yang harus dipikul serta berbagai kesulitan menghadang, takkan menghalangi kaum muslimin untuk memenuhi panggilan Allah menunaikan ibadah haji, jika Dia telah izinkan.
Di luar itu, sejatinya, “labbaika..” bukan hanya sebatas ucapan yang dilantunkan, tapi seharusnya menjadi keyakinan tak terpisahkan, bahwa tidak ada jawaban dan sikap yang paling pantas dari diri seorang mukmin saat mendengarkan dan menerima seruan Allah kecuali dia menyatakan “Kami dengar dan kami taat.”
Inilah terjemahan yang paling lugas dari kata “labbaik” itu. Sehingga, bukan hanya terhadap seruan haji, tapi terhadap seruan lainnya yang bersumber dari Allah Ta’ala, seperti salat, puasa, zakat, bakti kepada orang tua, menutup aurat, melaksanakan yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar, lisaanul haal (sikap) kita hendaknya menyatakan “Labbaika yaa Allah.”
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul-Nya apabila dia menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu” (QS. Al-Anfal: 24)
Inilah hakikat tauhid uluhiyah, tauhid ibadah dan penghambaan yang menuntut kita untuk selalu mewujudkan ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Dan inilah yang menjadi misi utama para rasul sejak awal hingga akhir. Bahkan pesan tauhid dipertegas lagi dengan kata “Laa syariika lak” (Tidak ada sekutu bagiMu), bahwa ibadah dan penghambaan harus murni kepada Allah Ta’ala semata. Tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada ibadah untuk selain-Nya, apapun dan siapapun wujudnya.
[baca lanjutan: Makna Bagian Kedua dari Kalimat Talbiyah]
– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2323175/makna-bagian-pertama-dari-kalimat-talbiyah#sthash.hPWqNgKE.dpuf