yaumul mizan

Makna Dan Pengertian Tentang Yaumul Mizan

Ikhwatal Iman Ahabbakumulloh, saudara saudariku sekalian yang mencintai Sunnah dan dicintai oleh Alloh ‘Azza wa Jalla.. Iman terhadap Mizan sejatinya termasuk diantara perkara penting dalam Aqidah, yakni meyakini bahwa Mizan adalah sesuatu yang Alloh letakkan dan tegakkan di Hari Kiamat, sebagaimana sabda Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam,

يُوْضَعُ الْمِيْزَانُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَلَوْ وُزِنَ فِيْهِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ لَوَسِعَتْ، فَتَقُوْلُ الْمَلاَئِكَةُ: يَا رَبِّ! لِمَنْ يَزِنُ هَذَا؟ فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: لِمَنْ شِئْتُ مِنْ خَلْقِيْ، فَتَقُوْلُ الْمَلاَئِكَةُ: سُبْحَانَكَ مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ.

“Pada hari Kiamat mizan akan ditegakkan. Seandainya ia (Mizan) digunakan untuk menimbang langit dan bumi, niscaya ia akan tetap lapang. Maka Malaikat pun berkata, “Wahai Robb-ku, untuk siapa timbangan ini?”
Alloh berfirman: “Untuk siapa saja dari hamba-hamba-Ku”
Maka Malaikat berkata, “Maha suci Engkau, tidaklah kami dapat beribadah kepada-Mu dengan sebenar-benarnya”
[HR Al-Hakim dalam Al-Mustadrok 8891, di-shohih-kan oleh Al-Albani dalam Silsilah As-Silsilah Ash-Shohihah 941]

Namun sayang banyak diantara kita yang belum memahami apa itu Mizan? Bagaimana bentuknya? Kapan waktunya? Apa dan siapa saja yang ditimbang?

Semoga tulisan ini dapat membantu untuk memberikan pemahaman, dengan izin Alloh Ta’ala.

Pengertian Mizan secara bahasa

ما تقدر به الأشياء خفة وثقلا

“Sesuatu yang digunakan untuk mengukur sebuah benda berdasarkan ringan dan berat”

Pengertian Mizan secara syar’i

ما يضعه الله يوم القيامة لوزن أعمال العباد، وقد دل عليه الكتاب والسنة وإجماع السلف

“Sesuatu yang Alloh letakkan pada hari Kiamat untuk menimbang segala amalan hamba-Nya”
(Syarah Lum’atul I’tiqod, Syeikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin, 120)

Ketika menjelaskan Kitab Lum’atul I’tiqod, Syeikh Kholid Muslih yang merupakan menantu dari Syeikh ‘Utsaimin rohimahulloh juga mengatakan

والميزان معروف في كلام العرب، وهو ما يوزن به الشيء، والوزن للأعمال هو الأصل، كما قال النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم: كلمتان خفيفتان على اللسان، ثقيلتان في الميزان: سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم
ولا تقل: كيف يوزن العمل؟ فيوم القيامة شأنه مختلف عن شأن الدنيا؛ فإن الأعمال يكون لها وزن عند الله عز وجل يزنها بها سبحانه وتعالى، فنحن نؤمن بالميزان، لكن لا ندرك كيفية الوزن؛ لأن حقائق ما أخبر الله به مما يكون في الآخرة أمر لا تتصوره العقول بل نؤمن بما أخبر الله به ورسوله على مراد الله وعلى مراد رسوله

“Mizan adalah hal yang lazim dalam perkataan arab, yakni sesuatu yang digunakan untuk menimbang, dan hukum asalnya adalah menimbang amalan. Sebagaimana sabda Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam; ‘2 kalimat yang ringan di lisan, berat di mizan: Subhanallohu wabihamdih, Subhanallohi ‘adzim’ [HR Bukhori 7563, Muslim 2694]”

“Dan jangan engkau katakan: ‘Bagaimana mungkin amalan atau perbuatan bisa ditimbang?’
Ketahuilah, sesungguhnya kejadian di Hari Kiamat berbeda dengan kejadian di Dunia. Semua amalan ada kadarnya disisi Alloh dan akan ditimbang olehNya. Maka hendaklah kita beriman dengan Mizan tanpa menanyakan bagaimana proses atau metodenya, karena hakikat dari apa yang Alloh kabarkan tentang kejadian di Akhirat adalah perkara yang tidak mampu dicerna oleh akal. Cukup kita yakini sebagaimana yang dikabarkan Alloh dan RosulNya, serta sesuai dengan kehendak Alloh dan RosulNya”
(Syarah Lum’atul I’tiqod, Syeikh Kholid Mushlih 13/6, Maktabah Syamilah)

Dan dalam Fatawa Syabakah Islamiyah pun disebutkan

الميزان في الآخرة هو الميزان الذي ينصبه الله عز وجل يوم القيامة لإظهار مقادير أعمال الخلق، خيرها وشرها، والتي يحاسبهم الله عليها، وهو ميزان دقيق، لا يزيد ولا ينقص، ولا يَقْدِرُ قَدْرَ هذا الميزان إلا الله تعالى

“Mizan di Akhirat adalah timbangan yang Alloh sediakan di Hari Kiamat untuk menampakkan kadar amal seorang hamba, baik ataupun buruk. Mizan merupakan timbangan yang detail, tidak akan bertambah dan tidak akan berkurang. Serta tidak ada yang mampu mengetahui kadar timbangan ini selain Alloh”

Referensi: islamweb pembahasan الإيمان-بالميزان-يوم-القيامة

Kapan Yaumul Mizan itu terjadi?

Imam Qurthubi rohimahulloh mengakan;

إذا انقضى الحساب كان بعده وزن الأعمال

“Apabila hisab atau perhitungan amal telah selesai, maka setelahnya adalah timbangan amal”

Beliau juga menjelaskan alasannya

فإن المحاسبة لتقدير الأعمال، والوزن لإظهار مقاديرها؛ ليكون الجزاء بحسبها

“Hisab atau perhitungan sejatinya untuk mengetahui kadar amalan, sementara timbangan untuk menampakkan kadar amalan, serta menjadi balasan atas perhitungan amal tersebut”
(At-Tadzkiroh 309).

Apa yang ditimbang?

Syeikh Kholid Muslih telah menjelaskan diatas bahwa hukum asal Mizan adalah menimbang amalan, apakah ada yang ditimbang selain amalan? Ya ada.

Beliau melanjutkan perkataannya;

ذكرنا أن الأصل في الوزن أن يكون للأعمال، ولكن هل يوزن غير الأعمال؟ نعم يوزن العمال وتوزن الصحائف

“Telah kita sebutkan bahwa hukum asal Mizan adalah untuk amal, akan tetapi apakah juga akan ditimbang selain amalan? Ya, pelaku amal dan lembar catatan amal juga akan ditimbang”
(Syarah Lum’atul I’tiqod, Syeikh Kholid Mushlih 13/6, Maktabah Syamilah)

Ditempat yang lain beliau juga mengulang dan menjelaskan perkataan Ibnu Qudamah,

قال رحمه الله: (وتوزن به) أي بالميزان (الأعمال) وذكرنا أن الوزن يكون للعمل وللعامل وللصحائف

Ibnu Qudamah rohimahulloh berkata: “(Dan ditimbang dengannya) yakni dengan Mizan, (Amalan-amalan) telah kita sebutkan bahwa Mizan digunakan untuk Amal, Pelaku Amal, dan Lembar Catatan Amal”
(Syarah Lum’atul I’tiqod, Syeikh Kholid Mushlih 13/8, Maktabah Syamilah)

Berikut dalil dan landasan tentang 3 hal yang akan ditimbang di Mizan kelak;

1. Amal

Tentang Mizan Amal telah kita nukilkan dalilnya diatas, yakni Hadist tentang 2 kalimat yang ringan di lisan namun berat di Mizan, Subhanallohu wabihamdih, Subhanallohi ‘adzim’.

Atau contoh yang lain, seperti Hadits tentang Akhlak Mulia dari Sahabat Abu Darda rodhiallohu ‘anhu,

مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ

“Tidak ada sesuatu yang lebih berat di Mizan selain akhlak mulia”
[HR Abu Daud 4799 dan Tirmidzi 2002]

Maksud Hadits ini tentu saja bukan membandingkan Akhlak dengan Tauhid, tapi yang dimaksud dari Hadits ini adalah

حسن خلق العبد المؤمن ، الموحد لرب العالمين

“Akhlak Mulia seorang yang beriman, yakni orang yang mentauhidkan Alloh Robb Penguasa Alam.”

2. Catatan Amal

Bagaimana dengan Mizan Lembar Catatan Amal, apa dalilnya? Dalilnya adalah Hadits tentang Kartu atau Bithoqoh, dari sahabat Abdulloh bin ‘Amr bin ‘Ash rodhiallohu ‘anhu

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ سَيُخَلِّصُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَنْشُرُ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ سِجِلًّا كُلُّ سِجِلٍّ مِثْلُ مَدِّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ أَتُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا أَظَلَمَكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ فَيَقُولُ لَا يَا رَبِّ فَيَقُولُ أَفَلَكَ عُذْرٌ فَيَقُولُ لَا يَا رَبِّ فَيَقُولُ بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةً فَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتَخْرُجُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ فَيَقُولُ احْضُرْ وَزْنَكَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ فَقَالَ إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ قَالَ فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي كَفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِي كَفَّةٍ فَطَاشَتْ السِّجِلَّاتُ وَثَقُلَتْ الْبِطَاقَةُ فَلَا يَثْقُلُ مَعَ اسْمِ اللَّهِ شَيْءٌ

Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sejatinya Alloh akan menyelamatkan seorang laki-laki dari umatku di hadapan manusia pada hari kiamat, dihamparkan kepadanya 99 catatan amal miliknya, setiap lembar catatan amal besarnya sejauh mata memandang.
Kemudian Alloh berfirman; ‘Apakah kamu mengingkari sesuatu dari catatan-catatan ini? Apakah para penulisku (Malaikat) yang bertugas menjaga atau mencatat (amal manusia) mendzolimimu?’dia menjawab; ‘Tidak wahai Robbku’,
Alloh bertanya; ‘Apakah kamu mempunyai udzur atau alasan (bagi amal burukmu)?’ dia menjawab; ‘Tidak wahai Robbku’,
Alloh berfirman; ‘Tidak demikian, sejatinya engkau mempunyai kebaikan di sisi Kami, karena itu tidak ada kedzoliman atasmu pada hari ini’. Lalu keluarlah kartu amal kebaikan, yang di dalamnya tercatat bahwa; saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Alloh, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan RosulNya’
Lalu Alloh berfirman; ‘Hadirkan amal timbanganmu!’ dia berkata; ‘Wahai Robbku, apa (artinya) satu kartu amal ini (bila) dibandingkan buku catatan besar ini?’ Alloh berfirman; ‘Sejatinya engkau tidak akan didzolimi’”
Nabi melanjutkan; ‘Lalu diletakkanlah lembar catatan amal pada satu sisi, dan kartu amal pada sisi lainnya, maka lembar catatan amal itu ringan (timbangannya) sedangkan kartu amal itu berat, tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dibandingkan nama Alloh”
[HR Tirmidzi 2563].

3. Pelaku Amal

Adapun Mizan Pelaku Amal atau ‘Aamil, dalil yang masyhur adalah kisah tentang betis milik Abdulloh Ibnu Ma’sud rodhiallohu ‘anhu, Imam Ahmad menyebutkan dalam musnadnya

أَنَّهُ كَانَ يَجْتَنِي سِوَاكًا مِنْ الْأَرَاكِ وَكَانَ دَقِيقَ السَّاقَيْنِ فَجَعَلَتْ الرِّيحُ تَكْفَؤُهُ فَضَحِكَ الْقَوْمُ مِنْهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِمَّ تَضْحَكُونَ قَالُوا يَا نَبِيَّ اللَّهِ مِنْ دِقَّةِ سَاقَيْهِ فَقَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُمَا أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ أُحُدٍ

Dari Ibnu Mas’ud bahwa ia memetik siwak dari pohon Arak dan ia memiliki betis yang kecil, tiba-tiba angin menyingkap kedua kakinya lalu orang-orang menertawakannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Apa yang kalian tertawakan?” Mereka menjawab; Wahai Nabiyullah, kami menertawakan betisnya yang kecil.
Maka beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh kedua betisnya lebih berat timbangannya dari gunung Uhud”
[HR Ahmad 3792]

Dalam Hadits Muttafaqun ‘Alaihi juga disebutkan tentang seseorang yang timbangannya tidak lebih dari sayap seekor nyamuk. Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda

إِنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ الْعَظِيمُ السَّمِينُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَزِنُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ وَقَالَ اقْرَءُوا
” فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا “

“Sungguh pada hari kiamat akan datang seseorang yang berbadan gemuk namun di sisi Allah timbangannya tidak dapat melebihi berat sayap seekor nyamuk. (Lalu Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam mengatakan) Bacalah ayat;

فَلَا نُقِيمُ لَهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَزۡنٗا

‘Maka Kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari kiamat’ (QS Al-Kahfi 105)”
[HR Bukhori 4360, Muslim 4991]

Ikhwatal Iman Ahabbakumulloh, saudara saudariku sekalian yang mencintai Sunnah dan dicintai oleh Alloh ‘Azza wa Jalla.. Ada silang pendapat dikalangan para ‘Ulama tentang 3 hal yang akan ditimbang di Mizan kelak pada Hari Kiamat, apakah ketiga hal tersebut berlaku secara umum dan menyeluruh yakni kepada seluruh makhlukNya atau tidak?

Sebagian ‘Ulama berpendapat bahwa yang ditimbang adalah Amalnya saja, sebagian yang lain berpendapat Catatan Amalnya saja, dan sebagian yang lain berpendapat Orangnya saja, semua dengan dalil-dalil yang telah kita sebutkan diatas.

Mana yang benar? Syeikh ‘Utsaimin rohimahulloh mengatakan,

لا شك أن الاستدلال بحديث ابن مسعود وحديث صاحب البطاقة لا يقاوم الأدلة الدالة من القرآن والسنة على أن الذي يوزن هو العمل، ولهذا صرح شيخ الإسلام ابن تيمية في العقيدة الواسطية فقال : تنصب الموازين فتوزن بها أعمال العباد ، وهذا هو الحق، لكن حديث البطاقة قد يقال : إن هذا خاص به وبأمثاله من أجل أن يتبين له فضل الله عز وجل عليه، وقد يقال : إنه لما وزنت الصحيفة وثقلت بحسب العمل، فإن الوزن حقيقة يكون للعمل

وأما حديث ابن مسعود والآية فلا تدل على ذلك؛ لأن معنى لا نقيم لهم وزناً يعني لا نقيم لهم قيمة، كما نقول: فلان ليس له عندي وزن؛ أي لا قيمة له ولا اعتبار، وأما حديث ابن مسعود رضي الله عنه فأراد النبي صلى الله عليه وسلم أن يبين أن خفة الجسم لا تدل على قلة العمل، أو على خفته، وليس بذاك الصريح. وعلى ذلك فالمعتمد أن الذي توزن هي الأعمال نفسها

“Tidak dipungkiri bahwa pendalilan dengan Hadits Ibnu Mas’ud (tentang betis beliau) dan Hadits Bithoqoh (tentang kartu) tidak kontradiksi dengan dalil-dalil dari Al-Quran dan As-Sunnah bahwa yang ditimbang adalah Amal, karenanya Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh mengatakan dalam Al-‘Aqidah Al-Wasithiyah ; ‘Diletakkan timbangan-timbangan, dan ditimbang dengannya Amalan-amalan hamba’, ini adalah perkataan yang benar. Dan Hadits tentang Bithoqoh dapat dimaknai bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang Alloh khususkan kepada hambaNya sebagai Anugerah dariNya, juga dapat dimaknai bahwa ketika catatan amal ditimbang lalu berat karena amal, maka hakikat dari timbangan adalah amal itu sendiri.

Adapun Hadits Ibnu Mas’ud dan Ayat (tentang timbangan pelaku amal), tidaklah dimaknai demikian. Sebab makna (ayat) ‘Kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal)’ (QS Al-Kahfi 105) adalah tidak memberikan nilai, sebagaimana perkataan ‘Fulan tidak sebanding denganku’ bermakna ‘Fulan tidak ada nilainya, tidak jadi perhitungan’. Dan dalam Hadits Ibnu Mas’ud, Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam ingin menjelaskan bahwa ringannya jasad tidak berarti ringannya amal. Oleh karena itu, yang tepat (hukum asal) dari sesuatu yang ditimbang adalah amal itu sendiri”
(Syarah Al-‘Aqidah Al-Wasithiyah 473)

Penjelasan ini sejatinya senada dengan apa yang disampaikan Syeikh Kholid Muslih pada pengertian mizan diatas, yakni hukum asal Mizan adalah untuk Amal. Penjelasan inilah yang Insya Alloh lebih menenangkan hati karena lebih mengumpulkan pendapat-pendapat yang ada dan tidak meniadakan pendapat lain, yakni menganggap bahwa mizan untuk catatan amal dan pelaku amal itu ada, namun khusus untuk sebagian orang saja.

Siapa saja yang ditimbang? Apakah amalan orang kafir juga ditimbang?

Syeikh Kholid Muslih menerangkan maksud dari Ibnu Qudamah rohimahulloh

فقوله رحمه الله: (وتنصب الموازين) ، المقصود فيه الموازين التي توزن بها الأعمال والعمال وسجلات العمل، وهذا كله في حق أهل الإيمان، أما الكفار فليس لهم حسنات توزن، بل كل ما قدموه من حسنات يذهب هباء منثوراً

“Perkataan Ibnu Qudamah rohimahulloh: (Diletakkan Timbangan) Maksudnya adalah timbangan-timbangan yang akan menimbang amalan, pelaku amal, serta catatan amal. Dan ini semua adalah hak dari orang-orang yang beriman. Adapun orang-orang kafir maka tidak ada pada mereka kebaikan yang ditimbang, sebab semua kebaikan yang telah mereka lakukan telah pergi seperti debu yang bertebangan”
(Syarah Lum’atul I’tiqod, Syeikh Kholid Mushlih 13/6, Maktabah Syamilah)

Semoga bermanfaat, Wallahu A’lam Bisshowab.

Ditulis oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
Selasa, 25 Shafar 1441 H/ 13 Oktober 2020 M

BIMBINGAN ISLAM