Makna Laa Hawla wa Laa Quwwata illa Billah

DARI Abu Musa radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menunjukkan kepadaku, “Maukah aku tunjukkan kepadamu salah satu dari simpanan surga?” Aku menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah).” (Muttafaqun alaih) [HR. Bukhari, no. 6409 dan Muslim, no. 2704]

Faedah Hadits:
– Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjadi pengajar untuk umatnya. Tidak ada kebaikan melainkan beliau ajarkan pada umatnya.
– Laa hawla wa laa quwwata illa billah merupakan simpanan surga.
– Dorongan untuk berdzikir sehingga mendapatkan pahala yang besar sebagai simpanan di surga kelak.

Ada ulama yang menafsirkan kalimat tersebut, “Tidak ada kuasa bagi hamba untuk menolak kejelekan dan tidak ada kekuatan untuk meraih kebaikan selain dengan kuasa Allah.” Ulama lain menafsirkan, “Tidak ada usaha, kekuatan dan upaya selain dengan kehendak Allah.”

Ibnu Masud radhiyallahu anhu berkata, “Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.” Imam Nawawi menyebutkan berbagai tafsiran di atas dalam Syarh Shahih Muslim (17:26-27) dan beliau katakan, “Semua tafsiran tersebut hampir sama maknanya.”

Dalam penjelasan Safinah An-Najah, Imam Nawawi Al-Bantani rahimahullah menyebutkan arti kalimat tersebut, “Tidak ada yang menghalangi dari maksiat pada Allah melainkan dengan pertolongan Allah. Tidak ada pula kekuatan untuk melakukan ketaatan pada Allah selain dengan pertolongan Allah.” (Lihat Kasyifah As-Saja Syarh Safinah An-Najah, hlm. 33)

Abu Ayyub Al-Anshari menceritakan, “Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam diangkat ke langit pada Malam Isra Miraj, beliau melewati Nabi Ibrahim alaihis salam. Ibrahim lantas bertanya, “Siapa yang bersamamu wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Ia Muhammad.” Ibrahim lantas mengatakan padanya, “Perintahkanlah pada umatmu untuk memperbanyak bacaan yang akan menjadi tanaman di surga, debunya itu bersih dan tanamannya pun luas.” Ibrahim ditanya, “Lalu apa bacaan yang disebut girasul jannah tadi?” Ibrahim menjawab, “Kalimat laa hawla wa quwwata illa billah.” (HR. Ahmad, 5:418. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini dhaif).

[Referensi: (1) Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj. (2) Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. (3) Kasyifah As-Saja Syarh Safinah An-Najah/ Muhammad Abduh Tuasikal]

 

INILAH MOZAIK