Makna Tauhid dan Syirik

Makna Tauhid dan Syirik

Pertanyaan:

Apa makna tauhid dan syirik? Mohon penjelasannya.

Jawaban:

Alhamdulillah, ash-shalatu wassalamu ‘ala Rasulillah, wa ‘ala alihi wa man walah, amma ba’du,

Makna Tauhid

Tauhid secara bahasa Arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu, yang artinya: menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya” (Syarah Tsalatsatil Ushul, hal. 24). Maka seseorang tidak dikatakan mentauhidkan Allah kecuali ia menafikan semua sesembahan selain Allah dan hanya menyembah Allah semata.

Secara istilah syar’i, dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah,

التوحيد: إفراد الله تعالى بما يختص به من الربوبية والألوهية والأسماء والصفات

“Tauhid adalah mengesakan Allah ta’ala dengan segala kekhususan-Nya dalam perkara rububiyah, uluhiyah, dan al-asma was shifat” (Al-Qaulul Mufid, hal. 6).

Beliau juga mengatakan: 

أن تعبد الله وحده ولا تشرك به شيئا

“Tauhid adalah engkau menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya dengan suatu apapun” (Syarah Tsalatsatil Ushul, hal. 24).

Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.

Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para ulama sejak dahulu hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa tauhid terbagi menjadi tiga:

  1. Tauhid rububiyah
  2. Tauhid uluhiyah
  3. Tauhid al-asma was shifat

Yang dimaksud dengan tauhid rububiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah ta’ala adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang mengatur dan mengubah keadaan mereka (Al-Jadid Syarh Kitab Tauhid, hal. 17). Dengan kata lain, tauhid rububiyah adalah meyakini bahwa Allah ta’ala satu satunya yang menciptakan, mengelola, dan menguasai alam semesta beserta isinya. Misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh Allah, Allahlah yang memberikan rezeki, Allah yang mendatangkan badai dan hujan, Allah menggerakan bintang-bintang, dll. Dinyatakan dalam Al-Qur’an:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ

“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang” (QS. Al-An’am: 1).

Dan perhatikanlah baik-baik, tauhid rububiyyah ini diyakini semua orang baik mukmin, maupun kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka menyembah dan beribadah kepada Allah. Hal ini dikabarkan dalam Al-Qur’an:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ

“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang telah menciptakan mereka?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ” (QS. Az-Zukhruf: 87).

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ

“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang telah menciptakan langit dan bumi serta menjalankan matahari juga bulan?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS. Al-Ankabut: 61).

Oleh karena itu kita dapati ayahanda dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bernama Abdullah, yang artinya: hamba Allah. Padahal ketika Abdullah diberi nama demikian, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tentunya belum lahir. Membuktikan bahwa orang-orang yang hidup sebelum Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam lahir, sudah menyembah Allah.

Pertanyaan, jika orang kafir jahiliyyah sudah menyembah dan beribadah kepada Allah sejak dahulu, lalu apa yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat? Mengapa mereka berlelah-lelah penuh penderitaan dan mendapat banyak perlawanan dari kaum kafirin? Jawabannya, meski orang kafir jahiliyah beribadah kepada Allah mereka tidak bertauhid uluhiyyah kepada Allah, dan inilah yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat.

Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadatan baik yang zhahir maupun batin (Al-Jadid Syarh Kitab Tauhid, hal. 17). Dalilnya firman Allah ta’ala tentang doa dalam surat Al-Fatihah:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” (QS. Al-Fatihah: 5).

Sedangkan orang musyrikin jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga memohon, berdoa, ber-istighatsah kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi Rasulullah, ini juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul seluruhnya, mendakwahkan tauhid uluhiyyah. Allah ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap umat dengan tujuan untuk mengatakan: ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut‘” (QS. An-Nahl: 36).

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan berkata: “Dari tiga bagian tauhid ini yang paling ditekankan adalah tauhid uluhiyah. Karena ini adalah misi dakwah para rasul, dan alasan diturunkannya kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah. Semua itu adalah agar hanya Allah saja yang disembah, dan agar penghambaan kepada selainNya ditinggalkan” (Lihat Syarh Aqidah Ath-Thahawiyah).

Sedangkan tauhid al-asma’ was shifat adalah menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah sesuai yang Allah tetapkan bagi diriNya dan menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari diriNya, dengan tanpa tahrif, tanpa ta’thil dan tanpa takyif dan tanpa tamtsil (Syarh Tsalatsatil Ushul Ibnu Al-Utsaimin, hal. 25). Allah ta’ala berfirman yang artinya:

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

“Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya” (QS. Al-A’raf: 180).

Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits tentang nama atau sifat Allah dari makna zhahir-nya menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya kata ‘istiwa’ yang artinya ‘bersemayam’ dipalingkan menjadi ‘menguasai’.

Ta’thiladalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah. Sebagaimana sebagian orang yang menolak bahwa Allah berada di atas langit dan mereka berkata Allah berada di mana-mana.

Takyifadalah menggambarkan atau mendeskripsikan hakikat Dzat Allah. Dantamtsil adalah menyerupakan Allah dengan makhluk. Padahal Allah sama sekali tidak serupa dengan makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang mampu menggambarkan hakikat wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha mendeskripsikan detail-detail tangan Allah, wajah Allah, dan lain-lain.

Makna Syirik

Adapun syirik, secara bahasa, syirik dari kata asyraka-yusyriku yang artinya: menjadikan sesuatu tidak bersendirian. Secara istilah syar’i, syirik artinya mempersembahkan sesuatu yang khusus bagi Allah kepada selain Allah, sehingga Allah tidak bersendirian dalam hal-hal yang khusus bagi-Nya. Syaikh Abdurrahman As-Sa’di menjelaskan:

حقيقة الشرك بالله: أن يعبد المخلوق كما يعبد الله، أو يعظم كما يعظم الله، أو يصرف له نوع من خصائص الربوبية والإلهية

“Hakikat syirik terhadap Allah adalah: (1) Menyembah makhluk seperti menyembah Allah, atau (2) Mengagungkan makhluk seperti mengagungkan Allah, atau (3) Memalingkan salah satu kekhususan Allah kepada makhluk dalam rububiyah atau uluhiyyah” (Tafsir As-Sa’di, 2/499).

Contoh:

  • Seseorang mempersembahkan ibadah shalat kepada berhala, maka ini syirik karena menyembah makhluk seperti menyembah Allah. 
  • Seseorang mengagungkan seorang kyai dengan penuh pengagungan, sujud dan rukuk kepadanya, meyakini ia memiliki kuasa-kuasa terhadap nasib, rezeki dan semisalnya, maka ini syirik karena mengagungkan makhluk seperti mengagungkan Allah
  • Seseorang mengklaim tahu yang terjadi di masa depan, maka ini syirik karena masa depan adalah perkara yang khusus bagi Allah.

Syirik secara umum terbagi menjadi 2:

  1. Syirik akbar (besar), perbuatan syirik yang mengeluarkan dari Islam dan membuat pelakunya kekal di neraka. 
  2. Syirik ashghar (kecil), perbuatan syirik yang tidak sampai mengeluarkan dari Islam dan tidak membuat pelakunya kekal di neraka. Bukan berarti syirik ashghar ini dosanya kecil, bahkan dosanya tetap besar walaupun tidak mengeluarkan dari Islam.

Contoh-contoh syirik akbar:

  1. Syirik dalam doa
  • Berdoa kepada mayit
  • Berdoa kepada kuburan
  • Berdoa kepada berhala
  • Berdoa kepada jin
  1. Syirik dalam khauf (takut), disebut sebagai khauf sirr. Yaitu takut kepada makhluk dengan keyakinan makhluk tersebut bisa menimpakan bahaya atau kematian secara seketika kapan pun di mana pun.
  2. Syirik dalam tawakal, yaitu bergantung hati kepada selain Allah untuk mengharapkan suatu manfaat atau menghindarkan diri dari mudharat. Seperti:
  • Tawakal kepada jimat
  • Tawakal kepada dukun
  • Tawakal kepada wali
  1. Syirik dalam ibadah lahiriyah, semua bentuk ibadah yang secara lahiriyah dipahami sebagai bentuk penyembahan kepada selain Allah.
  • Sujud kepada selain Allah
  • Menyembelih untuk selain Allah (tumbal)

Contoh-contoh syirik ashghar:

  1. Riya, meniatkan ibadah untuk selain Allah. Semisal:
  • Beribadah karena ingin dilihat
  • Beribadah karena ingin cari keuntungan dunia
  • Beramal untuk memikat wanita
  1. Bersumpah dengan nama selain Allah. Semisal:
  • Bersumpah dengan nama Rasulullah, dengan mengatakan: “demi Rasulullah….”
  • Bersumpah dengan nama Malaikat, dengan mengatakan: “demi Malaikat….”
  1. Syirik dalam ucapan. Semisal:
  • Mengucapkan “andaikan bukan karena kamu, aku tidak mendapatkan keuntungan ini”, “andaikan bukan karena kamu, aku tidak akan selamat”.
  • Mengucapkan “masya Allah wa syi’ta” (semua ini atas kehendak Allah dan kehendakmu).
  1. Mencela waktu. Semisal:
  • Mencela hujan
  • Mencela angin
  • Menganggap adanya hari sial

Dan kesyirikan adalah dosa dan kezaliman yang paling besar. Allah ta’ala berfirman,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Ketika Luqman menasehati anaknya, dia berkata, ‘Wahai anakku, janganlah Engkau berbuat syirik, karena syirik adalah kezaliman yang paling besar’.” (QS. Luqman: 13)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ المُوبِقاتِ، قالوا: يا رَسولَ اللَّهِ وما هُنَّ؟ قالَ: الشِّرْكُ باللَّهِ، والسِّحْرُ، وقَتْلُ النَّفْسِ الَّتي حَرَّمَ اللَّهُ إلَّا بالحَقِّ، وأَكْلُ الرِّبا، وأَكْلُ مالِ اليَتِيمِ، والتَّوَلِّي يَومَ الزَّحْفِ، وقَذْفُ المُحْصَناتِ المُؤْمِناتِ الغافِلاتِ

“Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan. Para sahabat bertanya: wahai Rasulullah, apa saja itu? Rasulullah menjawab: berbuat syirik terhadap Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan hak, makan riba, memakan harta anak yatim, kabur ketika peperangan, menuduh wanita baik-baik berzina” (HR. Bukhari no. 2766, Muslim no. 89).

Perhatikan, dari semua dosa-dosa yang besar, yang paling pertama kali disebutkan adalah dosa syirik.

Ini penjelasan ringkas mengenai makna tauhid dan syirik. Semoga kita diberi taufik oleh Allah untuk senantiasa bertauhid kepada-Nya dan dijauhkan dari dosa syirik.

Walhamdulillahi rabbil ‘alamin, wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.

Dijawab oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom.

***

KONSULTASI SYARIAH