Sering kita sebutkan bahwa Al-Qur’an bukanlah kitab dongeng, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa Al-Qur’an banyak sekali mengutip kisah-kisah para Nabi dan umat terdahulu. Tujuannya tak lain adalah agar menjadi pelajaran berharga bagi generasi selanjutnya.
لَقَدۡ كَانَ فِي قَصَصِهِمۡ عِبۡرَةٞ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِۗ
“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal.” (QS.Yusuf:111)
Dan dari berbagai kisah di dalamnya, kita akan menemukan dua tipe manusia yang sangat bertolak belakang.
1. Tipe pertama adalah manusia yang melihat kebenaran sebagai kebenaran dan mengikutinya walau apapun resikonya, bahkan walau nyawa taruhannya.
2. Tipe kedua adalah manusia yang buta, tak mampu melihat kebenaran di depan matanya. Hingga akhirnya ia lebih memilih kebatilan dan menganggapnya sebagai kebaikan.
Simak contoh-contoh di bawah ini :
1. Para penyihir Fir’aun awalnya datang untuk mengalahkan Nabi Musa as dan mengharapkan imbalan besar dari Fir’aun.
فَلَمَّا جَآءَ ٱلسَّحَرَةُ قَالُواْ لِفِرۡعَوۡنَ أَئِنَّ لَنَا لَأَجۡرًا إِن كُنَّا نَحۡنُ ٱلۡغَٰلِبِينَ
Maka ketika para pesihir datang, mereka berkata kepada Fir‘aun, “Apakah kami benar-benar akan mendapat imbalan yang besar jika kami yang menang?” (QS.Asy-Syu’ara:41)
Bahkan mereka berbangga diri dengan kekuasaan dan kebesaran Fir’aun :
فَأَلۡقَوۡاْ حِبَالَهُمۡ وَعِصِيَّهُمۡ وَقَالُواْ بِعِزَّةِ فِرۡعَوۡنَ إِنَّا لَنَحۡنُ ٱلۡغَٰلِبُونَ
Lalu mereka melemparkan tali temali dan tongkat-tongkat mereka seraya berkata, “Demi kekuasaan Fir‘aun, pasti kamilah yang akan menang.” (QS.Asy-Syu’ara:44)
Namun apa yang terjadi selanjutnya ?
Mereka melihat kebenaran di depan mata. Dan tongkat yang di lemparkan Nabi Musa as berubah menjadi ular asli yang memangsa semua ular jadi-jadian mereka.
Seketika mereka pun beriman kepada Nabi Musa as dan tidak menghiraukan semua ancaman Fir’aun yang akan membunuh mereka.
قَالُواْ لَن نُّؤۡثِرَكَ عَلَىٰ مَا جَآءَنَا مِنَ ٱلۡبَيِّنَٰتِ وَٱلَّذِي فَطَرَنَاۖ فَٱقۡضِ مَآ أَنتَ قَاضٍۖ إِنَّمَا تَقۡضِي هَٰذِهِ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَآ
Mereka (para pesihir) berkata, “Kami tidak akan memilih (tunduk) kepadamu atas bukti-bukti nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan atas (Allah) yang telah menciptakan kami. Maka putuskanlah yang hendak engkau putuskan. Sesungguhnya engkau hanya dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini.” (QS.Tha-Ha:72)
2. Sementara di sisi lain ada sekelompok Bani Israil yang telah melihat berbagai mukjizat Nabi Musa as dan telah beriman kepadanya. Bahkan mereka ikut menyeberangi lautan yang terbelah bersama Nabi Musa as.
Namun apa yang terjadi selanjutnya?
Setelah mereka melihat kebenaran begitu jelas di depan mata, mereka malah meminta Nabi Musa as untuk “mendatangkan” Tuhan selain Allah.
وَجَٰوَزۡنَا بِبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱلۡبَحۡرَ فَأَتَوۡاْ عَلَىٰ قَوۡمٖ يَعۡكُفُونَ عَلَىٰٓ أَصۡنَامٖ لَّهُمۡۚ قَالُواْ يَٰمُوسَى ٱجۡعَل لَّنَآ إِلَٰهٗا كَمَا لَهُمۡ ءَالِهَةٞۚ قَالَ إِنَّكُمۡ قَوۡمٞ تَجۡهَلُونَ
Dan Kami selamatkan Bani Israil menyeberangi laut itu (bagian utara dari Laut Merah). Ketika mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala, mereka (Bani Israil) berkata, “Wahai Musa! Buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).” (Musa) menjawab, “Sungguh, kamu orang-orang yang bodoh.” (QS.Al-A’raf:138)
Dan pada akhirnya mereka malah menyembah patung anak sapi.
۞وَلَقَدۡ جَآءَكُم مُّوسَىٰ بِٱلۡبَيِّنَٰتِ ثُمَّ ٱتَّخَذۡتُمُ ٱلۡعِجۡلَ مِنۢ بَعۡدِهِۦ وَأَنتُمۡ ظَٰلِمُونَ
“Dan sungguh, Musa telah datang kepadamu dengan bukti-bukti kebenaran, kemudian kamu mengambil (patung) anak sapi (sebagai sesembahan) setelah (kepergian)nya, dan kamu (menjadi) orang-orang zhalim.” (QS.Al-Baqarah:92)
Subhanallah ! Manusia benar-benar unik. Satu sisi ada yang memilih kebenaran walau sebesar apapun resikonya dan satu sisi ada yang memilih kebodohan walau kebenaran telah jelas di depan mata.
Al-Qur’an pun telah menceritakan bagaimana seorang ayah mengajak anaknya menuju kehidupan tapi sang anak menolak, seperti kisah putra Nabi Nuh as.
Dan di sisi lain ada seorang ayah yang akan menyembelih anaknya dan sang anak malah menerimanya dengan gembira, seperti kisah Ismail as.
قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS.Ash-Shaffat:102)
Semoga Bermanfaat…