Salah satu sifat Allah swt yang harus diketahui dan diimani oleh umat Islam adalah sifat Wahdaniyat. Sifat Wahdaniyat termasuk salah satu dari kelima sifat Salbiyah, yang artinya sifat ini hanya dimiliki oleh Allah swt dan tidak di dapat pada selain Allah swt. Adapun dasar dari sifat ini ialah surat al Ikhlash ayat 1 yang berbunyi:
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ
Artinya: “Katakanlah, dia adalah Allah yang esa” (QS. Al Ikhlash: 1)
Dari segi bahasa, Wahdaniyat memiliki makna tunggal, esa atau satu sebagaimana dipahami dari ayat tersebut. Keesaan Allah swt dalam hal ini meliputi kepada seluruh yang berkaitan dengan Allah swt, mulai dzat, sifat dan af’alnya. Syeikh Abu Hasan Al Shafaqisi di dalam kitab Taqribul Ba’id berkata:
فَالْوَحْدَةُ فِي حَقِّهِ تَعَالَى عِبَارَةٌ عَنْ نَفْيِ الْكَثْرَةِ فِي الذَّاتِ وَالصِّفَاتِ وَالْأَفْعَالِ
Artinya: “Keesaan pada hak Allah ta’ala merupakan ungkapan kepada ketidak adaan banya pada dzatnya, sifatnya dan af’alnya”
Yang dimaksud dengan esa dalam aspek dzat yaitu Allah swt tidak terbentuk dari beberapa elemen sebagaimana makhluknya. Allah swt maha suci dari terbentuk dari susunan beberapa komponen. Hal ini tidak sama dengan keesaan makhluk seperti manusia. Sekalipun Zaid, misal, tidak ada lagi sosok yang persisa sama dengan Zaid yang berada, tetapi Zaid tetaplah dzat yang tersusun dari beberapa komponen, seperti darah, daging, urat, tulang dan sebagainya. Maka hakikat dzat Zaid tidak lah tunggal, melainkan murokkab yang tersusun dari beberapa elemen lainnya.
Mengapa Allah swt harus Wahdaniyat ? Sebab dengan sifat wahdaniyat pada dzat Allah swt akan menolak bahwa Allah swt adalah dzat yang berjisim yang bisa dibagi-bagikan, sebagaimana diyakini kelompok Mujassimah dan Salafi Wahhabi. Abu Hasan As Shafaqisi berkata:
فَنَفْيُ الْكَثْرَةِ فِي الذَّاتِ يَسْتَلْزِمُ أَنْ لَا يَكُوْنَ جِسْمًا يَقْبَلُ الْاِنْقِسَامَ، وَيَسْتَلْزِمُ نَفْيَ نَظِيْرٍ لَهُ فِي الْأُلُوْهِيَةِ
Artinya: “Menolak sifat banyak pada dzat Allah swt akan menetapkan bahwa Allah swt tidak berjisim yang dapat dibagi-bagi. Dan akan menetapkan kepada adanya sekutu dalam sifat ketuhanan Allah swt”
Begitu juga yang dimaksud dengan tunggal dalam sifat. Artinya hanya satu-satunya Allah swt yang memiliki sifat ketuhanan, seperti sifat qudrat, iradat, qadim dan baqa’. Selain Allah swt tidak ada yang memiliki sifat-sifat seperti di atas. Oleh karena itu, seandainya ada dzat lain yang juga memiliki sifat sama dengan sifat-sifat uluhiyah Allah swt, maka Allah swt tidak lagi wahdaniyat atau tunggal dalam hal sifatnya. Dan ini mustahil terjadi.
Selanjutnya, yang dimaksud sifat tunggal dari aspek af’alnya yaitu Allah swt tidak butuh teman atau kawan dalam menciptakan sesuatu sesuai kehendaknya. Di dalam al Qur’an dijelaskan:
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّّّ الْعَالَمِينَ * لَا شَرِيكَ لَهُ
Artinya: “Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah milik Allah, Tuhan semesta alam, yang tidak ada teman baginya” (QS. Al An’am: 162-163)
Sifat wahdaniyat dalam tiga aspek ini tidak akan muncul dalam makhluknya. Sebab itu, sifat wahdaniyat masuk ke dalam daftar sifat Salbiyah karena tidak akan ada dalam diri manusia dan makhluk lainnya.
wallahu a’lam