Mendamaikan Perselisihan (bagian 1)

PERNAH mendengar kata Al-Ishlah? Al-Ishlah sering diartikan dengan “perbaikan” atau “memperbaiki”.

Jika kita menengok pada tujuan utama dari dakwah para nabi, maka sejarah membuktikan bahwa tujuan mereka adalah Al-Ishlah, atau memperbaiki kondisi umat. Seperti perkataan Nabi Sholeh as yang diabadikan dalam Alquran berikut ini,

“Aku hanya bermaksud (melakukan) perbaikan semampuku.” (QS.Huud:88)

Nabi Sholeh ingin memfokuskan bahwa tujuan dari jerih payah dan usahanya selama ini hanya untuk memperbaiki kondisi umat manusia, semampunya. Dan seluruh nabi pun punya tujuan yang sama.Kali ini, kita akan mendalami makna Al-Ishlah dalam Al-Quran.

Al-Ishlah dalam Alquran

Kata Al-Ishlah sering digunakan dalam Alquran. Kata ini bisa memiliki dua makna,

1. Jika diambil dari dari kalimat As-Sulhu maka artinya adalah mendamaikan 2 orang atau kelompok yang berselisih.Makna Al-Islah dengan arti pertama (mendamaikan perselisihan) digunakan untuk beberapa hal seperti,

>> Mendamaikan suami istri

“Dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga perempuan. Jika keduanya bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah Memberi taufik kepada suami-istri itu.” (QS.An-Nisa:35)

>> Mendamaikan dua kelompok

“Dan apabila ada dua golongan orang Mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya.” (QS.Al-Hujurat:9)

>> Mendamaikan secara umum

“Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu.” (QS.Al-Anfal:1)

2. Jika diambil dari kata As-Solaah maka artinya adalah melakukan kebaikan dan menyingkirkan keburukan. Makna ini juga menjadi lawan kata dari Al-Fasad yang artinya melakukan keburukan ataupun kerusakan.

Makna Pertama : Mendamaikan yang Berselisih.

“Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu.” (QS.Al-Anfal:1)

Ayat ini menarik untuk kita perhatikan lebih dalam. Bertakwalah ! Lalu perbaiki hubungan diantara sesamamu ! Ayat ini seakan ingin berbicara bahwa tak ada artinya takwa tanpa kepedulian kepada kondisi sekitar kita. Tak ada artinya takwa tanpa rasa peduli untuk mendamaikan saudara yang berselisih.

“Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS.Al-Hujurat:10)

Namun inilah manusia. Semakin hari rasa kepedulian ini semakin pudar. Orang-orang sibuk dengan urusannya masing-masing dan tak acuh dengan kondisi sekitarnya. Walaupun ada yang memang tidak mampu untuk mendamaikan, ada pula yang tidak mau. Bahkan akhir-akhir ini semakin banyak orang yang tidak mendamaikan perselisihan tapi malah membakar api provokasi dan memecah belah saudaranya sendiri.

Padahal menurut Al-Quran tidak ada kebaikan dalam perkataan rahasia (bisik-bisik) yang dilakukan manusia kecuali dalam tiga pembicaraan saja seperti Firman Allah swt,

“Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (QS.An-Nisa:114)

Mendamaikan perselisihan termasuk sesuatu yang sangat ditekankan dalam Islam. Tentu kebalikan dari mendamaikan ini (seperti adu domba dan memecah persatuan) punya bahaya dan ancaman yang begitu besar pula. Jangan pernah pesimis ketika ingin mendamaikan orang yang berselisih, karena Allah tidak pernah menanyakan “berhasil atau tidak?”, tapi yang akan ditanyakan adalah “kenapa tidak menyampaikan? kenapa tidak berusaha mendamaikan?”.

Kita semua tahu bahwa bohong itu haram dan pembohong itu terlaknat. Tapi khusus dalam masalah mendamaikan orang, kebohongan itu diizinkan. Misalkan kita berbohong kepada orang yang berselisih bahwa “musuhnya” tadi memujinya dan ingin memperbaiki hubungan dengannya. Kebohongan macam ini diperbolehkan dalam Islam.

Namun kenyataannya, kebohongan itu sering digunakan untuk adu domba dan memecah belah masyarakat. Fitnah disebar untuk merusak keharmonisan umat. Mereka menggunakan alasan “Membela Al-Quran” tapi sungguh amat jauh dari ajaran sucinya.

Mendamaikan orang yang berselisih bukanlah perkara kecil. Perbuatan ini amat agung di Sisi Allah swt. Rasul pun sering bersabda tentang pahala mendamaikan perselisihan.

 

[khazanahalquran]