Tahun ini, malam nisfu Sya’ban jatuh pada Ahad (28/3).
Bulan Sya’ban merupakan salah satu bulan yang memiliki keistimewaan di antara bulan-bulan lain. Terlebih, menjelang bulan suci Ramadhan, biasanya umat Muslim di beberapa negara merayakan malam nisfu sya’ban yang terjadi pada pertengahan Sya’ban.
Biasanya, nisfu sya’ban jatuh pada tanggal ke-15 sebelum bulan suci Ramadhan. Tahun ini, malam nisfu Sya’ban jatuh pada Ahad (28/3).
Pendiri Rumah Fiqih Indonesia Ustadz Ahmad Sarwat menjelaskan dalam situs resminya, bulan Sya’ban mempunyai kekhususan sendiri yang didapat berdasarkan hadits-hadits shahih. Di antaranya, pada bulan ini amal shaleh setiap hamba akan diangkat ke langit.
Dari Usamah bin Zaid berkata, saya bertanya, “Wahai Rasulullah SAW, saya tidak melihat engkau puasa di suatu bulan lebih banyak melebihi bulan Sya’ban.” Rasulullah menjawab, “Bulan tersebut banyak dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan diangkat amal-amal kepada Rabb alam semesta, maka saya suka amal saya diangkat sedang saya dalam kondisi puasa,” (HR Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’I, dan Ibnu Huzaimah).
Selain itu, bulan Sya’ban seolah menjadi awal mula untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan. Jadi, kita perlu menyiapkan bekal ibadah untuk menyambut bulan Ramadhan.
Dalam hal ini, Rasulullah mencontohkan untuk memperbanyak puasa di bulan Sya’ban seperti yang diriwayatkan oleh Aisyah. Aisyah berkata, “Saya tidak melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasanya kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban,” (HR Muslim).
Terkait dengan keutamaan malam pertengahan Sya’ban atau nisfu Sya’ban, para ulama berbeda pendapat tentang kekuatan derajat periwayatannya dari dalilnya. Sebagian kalangan menggunakan hadits dhaif dengan alasan jika hadits tersebut tidak terlalu parah kelemahannya boleh digunakan untuk landasan ibadah yang bersifat keutamaan. Sementara yang lain, bersikap agak ketat dalam menyeleksi hadits-hadits yang dianggap dhaif.
Di antara hadits-hadits yang dianggap dhaif misalnya. “Sesungguhnya Allah SWT bertajalli (menampakkan diri) pada malam nisfu Sya’ban kepada hamba-hamba-Nya serta mengabulkan doa mereka, kecuali sebagian ahli maksiat.”
Riwayat hadits tersebut tidak mencapai derajat shahih. Beberapa kalangan ulama memberi derajay hasan dan yang lainnya tegas memberi derajat dhaif. Al-Qadhi Abu Bakar Ibnul Arabi mengatakan tidak ada satu hadits shahih pun mengenai keutamaan malam nisfu Sya’ban. Begitu pula Ibnu Katsir telah mendhaifkan hadits yang menjelaskan tentang malam nisfu Sya’ban, ajal manusia ditentukan dari bulan pada tahun itu sampai bulan Sya’ban tahun depan.
Sedangkan amaliyah yang dilakukan secara khusus pada malam nisfu Sya’ban, seperti yang kerap kali umat Islam lakukan, yaitu rangkaian ritual, tidak ada satu petunjuk pun yang memiliki dasar yang kuat. Seperti yang diketahui, sebagian umat Islam mengkhususkan malam itu dengan membaca surat Yasin atau melakukan sholat sunnah dua rakaat. Praktik tersebut dilakukan juga selain di Indonesia, contohnya Mesir dan Yaman.
https://www.rumahfiqih.com/konsultasi-573-amalan-nisfu-syaban.html