Mengapa Palestina –khususnya Hamas- disebut menang perang padahal jumlah korban di Gaza jauh lebih banyak daripada jumlah korban di Israel? Demikian pula kerusakan infrastruktur di Gaza jauh lebih parah daripada di Israel?
Seperti diketahui, korban agresi Zionis Israel sedikitnya berjumlah 232 warga Palestina. Termasuk 65 anak-anak dan 39 wanita dan lebih dari 1.900 warga Palestina luka-luka. Sedangkan di pihak Zionis, 12 orang tewas dan 796 lainnya dilaporkan terluka.
Warga Palestina, termasuk Hamas, memiliki pandangan tersendiri. Dan pandangan ini kemudian mendunia. Auranya tersebar melalui saluran televisi Aljazeera dan media sosial. Tampak dalam hastag yang dominan menguasai linimasa.
1. Zionis Sambut Usulan Gencatan Senjata Tanpa Syarat
Kekalahan Zionis Israel tampak dari sikap mereka menyetujui secara bulat usulan gencatan senjata yang diprakarsai Mesir, tanpa syarat.
“Dengan suara bulat menerima rekomendasi untuk menerima inisiatif Mesir untuk gencatan senjata … tanpa syarat,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, 21 Mei 2021.
Sebelumnya, setiap kali hendak gencatan senjata, Zionis memberikan syarat kepada Palestina. Namun kali ini, mereka menunjukkan sikap menyerah menghadapi roket-roket Hamas yang mampu menembus pertahanan andalan mereka, Iron Dome.
2. Roket Pejuang Palestina Tembus Tel Aviv
Ini yang menjadi kebanggaan utama warga Palestina, terutama yang tinggal di Gaza. Mereka merasa telah memenangkan perang karena saat ini roket-roket Hamas bisa menjangkau Tel Aviv, ibu kota sekaligus jantung Zionis Israel.
“Saya merasa kami menang,” kata Ibrahim Hamdan. Pemuda berusia 26 tahun yang mengikuti konvoi kemenangan itu merasa bangga roket Hamas menembus pertahanan Israel hingga akhirnya Israel “menyerah.”
Ibrahim al Najjar, peserta konvoi lainnya, merasakan hal yang sama dengan Hamdan. Ia menegaskan Hamas kini telah mencapai tonggak sejarah besar dalam perang. Sebab untuk pertama kalinya roket Hamas mencapai Tel Aviv. Padahal kota ini sudah dimasukan ke dalam zona aman oleh Israel.
“Ini kemenangan paling mewah karena setidaknya kami menyerang Tel Aviv,” kata al Najjar. “Ketika roket itu tiba di Tel Aviv, saya merasa sangat bahagia melebihi hari pernikahan saya dulu.”
Pada agresi militer Zionis sebelumnya, pejuang Palestina hanya bisa membalas dengan menembakkan roket ke perbatasan atau wilayah terluar Israel. Roket yang lebih jauh, tertangkis Iron Dome sebelum jatuh.
Namun sekarang, Hamas seperti di atas angin. Lebih dari 4.000 roket ditembakkan. Iron Dome kewalahan. Pertahanan yang diklaim mampu menangkis 90 persen serangan roket itu ternyata tidak secanggih itu. Maka Zionis Israel kalang kabut dan dihantui depresi setiap kali Hamas mengumumkan akan melakukan serangan roket pada jam sekian.
3. Zionis Israel Dilanda Kekacauan
Selain menghadapi serangan roket dari arah Gaza, Zionis Israel juga menghadapi masalah dari dalam. Di beberapa kota, meletus bentrokan antara zionis dan warga Arab. Pemicunya adalah penodaan atas Masjid Al Aqsha lalu kesadaran warga Arab terstimulus keberanian oleh kemajuan militer Hamas.
Serangan roket yang mampu menjangkau jantung wilayah Israel juga membuat warga Zionis ketakutan. Jangankan warga, bahkan pasukan Zionis saja dilanda stres.
Akurasi pernyataan Juru Bicara Brigade Izzuddin Al-Qassam Abu Ubaidah membuat mereka yakin bahwa apa pun yang dikatakan Izzuddin Al-Qassam adalah benar meskipun militer Zionis melontarkan pernyataan yang bertolak belakang.
Misalnya saat Abu Ubaidah mengumumkan serangan roket ke Tel Aviv. Mereka percaya lalu bersembunyi di shelter dalam kondisi depresi, meskipun militer Israel meyakinkan bahwa Iron Dome akan menangkal semua serangan itu. Faktanya tepat seperti pernyataan Abu Ubaidah dan karenanya mereka lebih percaya dengan ancaman Gaza daripada pernyataan pemerintah Zionis.
4. Dunia Internasional Mendukung Palestina
Kini dunia berubah. Tidak hanya dikuasi media pro Zionis. Ada Aljazeera dan media internasional yang memberitakan apa yang sesungguhnya terjadi. Apalagi dengan semakin pesatnya internet dan media sosial, setiap orang bisa mengabarkan peristiwa di lapangan.
Sejak awal ketika pemukim Yahudi dengan dukungan polisi Zionis merampas tanah dan mengusir warga Sheikh Jarrah, dunia internasional bisa menyaksikan. Apalagi ketika Zionis Israel menyerang Masjid Al Aqsha. Maka seluruh dunia mengecam kecuali Amerika Serikat (AS) dan segelintir negara pro Zionis.
Dukungan kepada Palestina semakin meluas saat Zionis Israel menghujani Gaza dengan rudal. Demonstrasi pun meletus mulai dari negeri-negeri muslim hingga negara-negara Eropa. Secara resmi, mayoritas negara di dunia juga mengecam Zionis Israel sehingga ia semakin tertekan.
5. Zionis Israel Rugi Besar
Dalam perang kali ini, Zionis Israel menderita kerugian besar. Setiap menangkis satu roket Gaza, Zionis Israel harus mengeluarkan biaya $100.000 (Rp 1,5 miliar) untuk rudal anti-roket Iron Dome. Padahal, roket Hamas rata-rata hanya seharga $500 – $1.000 (Rp 7—14,5 juta). Bahkan kadang-kadang, Hamas menembakkan roket palsu untuk mengecoh Iron Dome.
Itu baru perbandingan roket Hamas dan rudal pencegat Iron Dome. Belum lagi harga per unit Iron Dome-nya mencapai $50juta (Rp 725 miliar).
Bayangkan selama 11 hari zionis Israel mengeluarkan biaya berapa untuk menghadapi 4.000 roket Hamas? Dengan asumsi 3.000 roket bisa dicegat dengan rudal Iron Dome, Zionis Israel harus mengeluarkan biaya sedikitnya Rp 4,5 triliun. Hanya untuk rudal pencegat roket. Belum termasuk operasional Iron Dome-nya.
Selain itu, roket-roket Hamas yang menyasar Bandara Ramon hingga Tel Aviv sehingga seluruh penerbangan internasional terhenti.
Bisa dimengerti mengapa Zionis Israel buru-buru gencatan senjata tanpa syarat. Sebab jika diteruskan perang berlama-lama, kerugian lebih besar di depan mata.
6. Pasukan Zionis Ditarik dari Masjid Al Aqsha
Sebagaimana pernyataan Juru Bicara Brigade Izzuddin Al-Qassam, Abu Ubaidah, Hamas bersedia gencatan senjata dengan catatan Zionis menarik pasukannya dari kompleks Masjid Al Aqsha.
Berikut ini poin-poin pernyataan Abu Ubaidah soal gencatan senjata:
- Kita telah menjalani peperangan secara terhormat dengan segenap kesadaran mewakili seluruh umat Islam.
- Kita berhasil menghinakan Israel dan tentaranya.
- Kita telah mempersiapkan serangan roket dengan kekuatan sangat besar.
- Hamas memenuhi seruan negara-negara Arab agar menerima gencatan senjata dan menunda serangan besar-besaran ke Israel hingga pukul 02.00 dini hari Jum’at, 21 Mei 2021.
- Jadi atau tidaknya serangan besar-besaran Al-Qassam tergantung kepatuhan Israel terhadap gencatan yang kami terus pantau.
- Elite Israel sedang dihadapkan pada ujian sebenarnya, hingga pukul 02.00 dini hari Jum’at ini, pilihan untuk menyerang Israel secara besar-besaran selalu bisa menjadi opsi kami.
- Syarat gencatan senjata dari Hamas adalah Israel berhenti menistakan Al-Aqsha, menghentikan kejahatan di Sheikh Jarrah dan membebaskan semua tahanan yang telah ditangkap Israel. Jika tidak, maka Hamas bersiap masuk perang yang lebih besar.
- Pejuang Palestina telah menyelesaikan tugasnya menjaga Al-Quds.
Enam alasan inilah yang membuat Palestina –khususnya Hamas- layak disebut menang dalam Perang 2021 yang kemudian dinamakan Perang Saif Al Aqsha. Insya Allah kemenangan yang barakah. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]