PENYAKIT ‘ain merupakan penyakit yang berasal dari kekaguman seseorang yang melihat sesuatu, lalu diikuti oleh jiwanya yang keji, sehingga dengan menggunakan tatapan matanya menyampaikan racun yang ada pada jiwanya kepada orang yang dilihatnya. Tatapan yang dilontarkan dengan hati hasad inilah yang dapat membahayakan orang lain.
Maka tidak heran jika penyakit ‘ain dikatakan sebagai penyakit hati yang sangat merugikan orang yang berada disekeliling kita dan diri sendiri. Penyakit yang disebabkan oleh pandangan mata ini tidak bisa dianggap sepele. Sebab penyakit ini bisa mempengaruhi perasaan dan pikiran yang berdampak negatif bagi kesehatan korban. Bahkan penyakit ini bisa menyebabkan gangguan fisik yang berbahaya sampai mengancam nyawa.
Dilansir dari AshefaNews cara kerja penyakit ain yang bisa mendatangkan kemudharatan ialah dengan pandangan mata. Meski sebenarnya bukan mata saja yang memberikan pengaruh, namun yang memberi pengaruh ialah ruh.
Maka pandangan yang keluar melalui mata seseorang dengan rasa hasad atau kagum adalah panah maknawi yang apabila mengenai suatu jasad yang sedang ia tidak berperisai maka panah tersebut akan mempengaruhi badan. Adapun jika tidak berpengaruh kepada orang yang dipandangnya, maka berarti ia tidak mengenai sasaran akan tetapi kembali kepada pemilik tatapan itu.
Jahatnya penyakit ‘ain dipertegas oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam an-Naisaburi, “Dari Ibnu ‘Abbas dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Penyakit yang timbul dari pengaruh jahat pandangan mata memang ada. Seandainya ada yang dapat mendahului qadar, tentulah itu pengaruh pandangan mata. Karena itu apabila kamu disuruh mandi, maka mandilah!” (HR. Muslim: 5831)
Hal senada disampaikan pula, dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
أكثرُ مَن يموت بعدَ قضاءِ اللهِ وقَدَرِهِ بالعينِ
“Sebab paling banyak yang menyebabkan kematian pada umatku setelah takdir Allah adalah ain.” (HR. Al Bazzar dalam Kasyful Astar [3/ 404], dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no.1206).
Penyakit yang disebut penyakit hasad ini, merupakan suatu penyakit yang berbahaya bahkan lebih berbahaya dari sihir dan penyakit-penyakit lainnya. Bahkan pendapat lain mengatakan jika penyakit ‘Ain tidak hanya datang dari orang yang berjiwa jahat saja, akan tetapi orang yang sholeh sekalipun dapat mendatang kan ‘ain.
Sebagaimana dikisahkan dalam hadits dari Abu Umamah yang dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, jika ia terkena ‘ain karena kekaguman seseorang.
Abu Umamah bin Sahl berkata:
اغتسل أَبِي سَهْلُ بْنُ حُنَيْفٍ بِالْخَرَّارِ، فَنَزَعَ جُبَّةً كَانَتْ عَلَيْهِ وَعَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ يَنْظُرُ، قَالَ: وَكَانَ سَهْلٌ رَجُلاً أَبْيَضَ، حَسَنَ الْجِلْدِ، قَالَ: فَقَالَ عَامِرُ بْنُ رَبيعَةَ: مَا رَأَيْتُ كَالْيَوْمِ وَلا جِلْدَ عَذْرَاءَ، فَوُعِكَ سَهْلٌ مَكَانَهُ، فَاشْتَدَّ وَعْكُهُ، فَأُتِي رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم – فَأُخْبِرَ أَنَّ سَهْلاً وُعِكَ وَأَنَّهُ غَيرُ رَائِحٍ مَعَكَ يَا رسول الله، فَاَتَاهُ رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم – فَأَخْبَرَهُ سَهْل بالَّذِي كَانَ مِنْ شَأنِ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ، فَقَالَ رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم -: “عَلاَمَ يَقْتُلُ أًحَدُكمْ أَخَاهُ؟ أَلا بَرَّكْتَ؟، إِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ، تَوَضَّأْ لَهُ”. فَتَوَضَأَ لَهُ عَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ، فَرَاحَ سَهْل مَعَ رَسُولِ الله – صلى الله عليه وسلم – لَيْسَ بِهِ بَأْسٌ
“Suatu saat ayahku, Sahl bin Hunaif, mandi di Al Kharrar. Ia membuka jubah yang ia pakai, dan ‘Amir bin Rabi’ah ketika itu melihatnya. Dan Sahl adalah seorang yang putih kulitnya serta indah. Maka ‘Amir bin Rabi’ah pun berkata: “Aku tidak pernah melihat kulit indah seperti yang kulihat pada hari ini, bahkan mengalahkan kulit wanita gadis”. Maka Sahl pun sakit seketika di tempat itu dan sakitnya semakin bertambah parah. Hal ini pun dikabarkan kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, “Sahl sedang sakit dan ia tidak bisa berangkat bersamamu, wahai Rasulullah”. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun menjenguk Sahl, lalu Sahl bercerita kepada Rasulullah tentang apa yang dilakukan ‘Amir bin Rabi’ah. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Mengapa seseorang menyakiti saudaranya? Mengapa engkau tidak mendoakan keberkahan? Sesungguhnya penyakit ‘ain itu benar adanya, maka berwudhulah untuknya!”. ‘Amir bin Rabi’ah lalu berwudhu untuk disiramkan air bekas wudhunya ke Sahl. Maka Sahl pun sembuh dan berangkat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Malik dalam Al-Muwatha’ [2/938] [6/149]).
Lalu bagaimana cara mencegah penyakit ‘ain?
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
وإذا كان العائن يخشى ضرر عينه وإصابتها للمعين، فليدفع شرها بقوله: اللهم بارك عليه
“Orang yang memandang dengan pandangan kagum khawatir bisa menyebabkan ain pada benda yang ia lihat, maka cegahlah keburukan tersebut dengan mengucapkan: Allahumma baarik ‘alaih” (Ath Thibbun Nabawi, 118).
Adapun agar kita tidak menjadi penyebab mendatangkan penyakit ‘ain bagi saudara kita maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إذا رأى أحدكم من نفسه و أخيه ما يعجبه فليدع بالبركة فإن العين حق
“Jika salah seorang dari kalian melihat pada diri saudaranya suatu hal yang menakjubkan maka doakanlah keberkahan baginya, karena ‘ain itu benar adanya” (HR. An Nasa’i no. 10872, disahihkan Al-Albani dalam Shahih An Nasa’i).
Sedangkan bagi orang yang terlanjur terkena ‘ain, yang pertama kali harus dilakukan adalah bersabar. Hendaknya ia meyakini bahwa penyakit ‘ain itu terjadi atas izin Allah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّـهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّـهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّـهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. At Taghabun: 11).
Begitu pula hadits dari Asma bintu Umais radhiallahu’anha, ia berkata:
يا رسول الله ، إن بني جعفر تصيبهم العين ، أفنسترقي لهم ؟ ، قال : نعم ، فلو كان شيء سابق القدر لسبقته العين
“Wahai Rasulullah, Bani Ja’far terkena penyakit ‘ain, bolehkah kami minta mereka diruqyah? Nabi menjawab: iya boleh. Andaikan ada yang bisa mendahului takdir, itulah ‘ain.” (HR. Tirmidzi no.2059, Ibnu Majah no. 3510, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah).
Terdapat beberapa cara meruqyah orang yang terkena penyakit ‘ain, diantaranya ialah dengan membacakan doa yang ada dalam hadits ‘Aisyah radhiallahu’anha.
Ia berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam merasakan sakit, Malaikat Jibril meruqyahnya dengan doa:
باسْمِ اللهِ يُبْرِيكَ، وَمِنْ كُلِّ دَاءٍ يَشْفِيكَ، وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إذَا حَسَدَ، وَشَرِّ كُلِّ ذِي عَيْنٍ
Latin: bismillahi yubriik, wa min kulli daa-in yasyfiik, wa min syarri haasidin idza hasad, wa syarri kulli dzii ‘ainin.
Artinya: “Dengan nama Allah yang menyembuhkanmu. Ia menyembuhkanmu dari segala penyakit dan dari keburukan orang yang hasad dan keburukan orang yang menyebabkan ‘ain.” (HR. Muslim no.2185)
Itulah pemaparan mengenai penyakit ‘ain yang berbahaya bagi siapa saja yang menjadi korbannya. Semoga kita terhindar dari penyakit ‘ain dan bukan pula pelakunya. []