Semakin seseorang pandai mengingat-ingat nikmat Allah Ta’ala, maka ia akan lebih terdorong untuk bersyukur. Hal ini perlu dilatih dan diasah setiap saat untuk mengenal dan menyadarkan bahwa berbagai nikmat yang ada di hadapan kita adalah bersumber dari Allah Ta’ala, bukan datang dari akal (kemampuan) dirinya atau alat (teknologi) yang ia buat.
Sesungguhnya nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada hamba-Nya tidak dapat dihitung dan dibilangkan karena saking banyaknya nikmat tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
وَاِ نْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗ اِنَّ الْاِ نْسَا نَ لَـظَلُوْمٌ كَفَّا رٌ
“Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan mampu menentukan jumlahnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34)
Berlatih melihat dan mengingat nikmat Allah sejak dini
Anak-anak kecil hendaknya dibiasakan dan diingatkan bahwa berbagai nikmat itu datangnya dari Allah, sehingga akan terbawa dalam hatinya tatkala ia beranjak dewasa. Ia akan sadar bahwa dokter yang menyembuhkannya, kurir yang mengantar paketnya, penjual yang memurahkan harganya, semua hanya perantara yang mengantarkan nikmat Allah kepada dirinya. Begitu pula nikmat kesuksesan yang ia dapatkan, akan ia sadari bahwa datang dari Allah bukan dari kecerdasan akal atau kemampuan dirinya sendiri. Allah Ta’ala berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ ۚ هَلْ مِنْ خَٰلِقٍ غَيْرُ ٱللَّهِ يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ ۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَأَنَّىٰ تُؤْفَكُونَ
“Wahai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia, maka mengapakah kalian berpaling?” (QS. Al-Fatir: 3)
Menyadari nikmat zahir dan batin
Sesungguhnya tertutupnya jalan syukur seorang hamba disebabkan karena ketidaktahuannya terhadap macam-macam nikmat Allah, yaitu nikmat yang zahir (nampak) dan nikmat yang batin (tidak nampak). Contoh nikmat yang nampak misalnya tempat tinggal, uang, kendaraan, pekerjaan, dan yang lainnya. Sedangkan nikmat batin semisal diberikan ketenangan, keimanaan, dijauhkan dari bahaya, dan sebagainya. Allah Ta’ala berfirman,
أَلَمْ تَرَوْا۟ أَنَّ ٱللَّهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُۥ ظَٰهِرَةً وَبَاطِنَةً ۗ وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يُجَٰدِلُ فِى ٱللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَٰبٍ مُّنِيرٍ
“Tidakkah kalian perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) kalian apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.” (QS. Luqman: 20)
Di antara nikmat pertama kali yang diberikan Allah adalah nikmat penciptaan dan pengadaan. Kita ada di dunia ini adalah termasuk nikmat. Allah tidak menjadikan kita sebagai sesuatu yang tiada. Allah Ta’ala berfirman,
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى
“Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, yang menciptakan, dan yang menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.” (QS. Al-A’la: 1-3)
Kemudian Allah memberikan nikmat kepada kita dengan nikmat adaniyah wal insaniyah, yaitu nikmat berupa manusia (anak keuturunan Adam) bukan menjadikan kita sebagai hewan, tumbuhan, atau benda mati.
Allah juga memberikan nikmat kepada kita dengan menjadikan kita beragama Islam, bukan Yahudi, Nasrani, atau yang lainnya. Dan Allah menyempurnakan nikmat Islam tersebut dengan nikmat iman dan hidayah untuk menjalankan syariat Islam dengan benar sesuai dengan yang dituntunkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah Ta’ala berfirman,
ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagi kalian.” (QS. Al Maidah: 3)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَ إِنَّ اللهَ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لاَ يُحِبُّ، وَلَا يُعْطِي الْإِيْمَانَ إِلَّا مَنْ أَحَبَّ
“Dan Allah memberikan dunia kepada siapa pun yang Dia cintai dan tidak Dia dicintai. Akan tetapi, Dia memberikan iman (agama) hanya kepada orang yang dicintai-Nya.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 1: 348-349 dan Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad no. 275. Lihat As-Silsilah Ash-Sahihah, 6: 213, no. 2714)
Maka, ketika kita sudah mengetahui berbagai nikmat Allah di atas, sudah semestinya menjadikan kita sebagai seorang hamba yang senantiasa bersyukur kepada-Nya.
***
Penulis: Arif Muhammad N.
© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/88606-mengingat-nikmat-dan-memperbanyak-syukur.html