Satu waktu, Rasulullah SAW masuk masjid. Lalu, seorang lelaki masuk dan melakukan shalat. Setelah selesai, ia datang dan memberi salam kepada Rasulullah SAW. Beliau menjawab salamnya lalu bersabda, “Ulangilah shalatmu, karena sesungguhnya engkau belum shalat.”
Lelaki itu kembali shalat seperti shalat sebelumnya. Setelah shalatnya yang kedua, ia mendatangi Nabi SAW dan memberi salam. Rasulullah SAW menjawab, “Wa’alaikassalam.” Kemudian beliau bersabda lagi, “Ulangilah shalatmu, karena sesungguhnya engkau belum shalat.”
Sehingga orang itu mengulangi shalatnya lagi, total jadi tiga kali. Lelaki itu berkata, “Demi Zat yang mengutus engkau dengan membawa kebenaran, saya tidak dapat mengerjakan yang lebih baik daripada ini semua. Ajarilah saya!”
Rasul yang mulia itu lalu bersabda, “Bila engkau melakukan shalat, bertakbirlah. Bacalah bacaan dari Alquran yang engkau hafal. Setelah itu, rukuk hingga engkau tenang dalam rukukmu. Bangunlah hingga berdiri tegak. Lalu bersujudlah hingga engkau tenang dalam sujudmu. Bangunlah hingga engkau tenang dalam dudukmu. Kerjakanlah semua itu dalam seluruh shalatmu.”
Subhanallah, sahabatku, inilah dalil bolehnya mengulangi shalat sampai merasakan kekhusyukan. Sungguh shalat yang yakin ditatap Allah dan sadar bahwa sedang berhadapan dengan Allah (QS asy-Syuaro: 218-220) sehingga setiap bacaan menjadi doa dan terasa sedang berdialog dengan-Nya akan membuat shalat kita thumakninahdan khusyuk, tenang, damai, sejuk, nyaman, nikmat, indah, bahagia dan buahnya adalah akhlak mulia (QS al-Ankabut: 45).
Dalam shalat, kita dituntut sebisa mungkin untuk mendirikannya dengan khusyuk. Sebab dengan khusyuk, amal ibadah kita akan diterima oleh Allah SWT, terhapus dosa-dosa kita, dan segala perilaku serta ucapan kita terjaga dari kemungkaran dan kefasikan.
Khusyuk menjadi bukti keikhlasan seorang hamba. Karena hanya mereka yang ikhlas beribadah karena Allah dan shalat karena-Nya yang dapat melakukan khusyuk secara sempurna. Tanpa keikhlasan, maka seseorang hanya melakukan kekhusyukan palsu atau yang sering disebut kekhusyukan dusta.
Lalu, bagaimana caranya agar mudah khusyuk dalam shalat? Pertama, menghadirkan hati. Sadarlah bahwa dirinya sedang bermunajat, sedang berdiri berhadapan langsung dengan Sang Maha Kuasa, berdialog tanpa batas apa pun.
Maka dalam keadaan seperti itu, yakinlah bahwa Allah sedang melihat, memperhatikan dan mengawasi gerak-gerik shalat kita. Maka alangkah bodohnya kita, jika kita sedang berhadapan langsung seperti itu, kita tidak merasa takut atau bergetar dengan keberadaan-Nya di hadapan kita.
Kedua, anggaplah saat itu adalah shalat yang terakhir. Agar makin khusyuk, anggaplah bahwa shalat tersebut adalah yang terakhir kali kita lakukan karena bisa jadi usai shalat Allah mencabut nyawa kita.
Atau bayangkan, pada saat kita sedang mengambil wudhu tiba-tiba datang malaikat maut menghampiri kita dan mengabarkan bahwa usai shalat nanti dia akan mencabut nyawa kita. Subhanallah. Kita lanjut di kesempatan lain.
Oleh: Muhammad Arifin Ilham